![]() |
Pandemi Covid-19 lalu membawa sisi lain yang positif bagi masyarakat Papua Barat. Kekhawatiran akan terputusnya pengiriman logistik dari luar daerah, khususnya beras, membuat mereka kembali kepada kearifan lokalnya, yaitu berkebun massal di pekarangan. Mereka memanfaatkan pekarangan masing-masing untuk menanam petatas (ubi), keladi (bete), singkong, serta sayuran. Tak hanya itu, banyak warga yang sebelumnya main tog3l atau j*di di pasar sekarang ikut berkebun. Aktivitas berkebun ini tak hanya bisa berfungsi sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan masyarakat Papua Barat saat pandemi, tetapi juga bisa membantu mereka berhemat. Semua ini berawal dari saran seorang peneliti pertanian dari Universitas Papua (BBC.co.uk).
Aneh memang jika Papua Barat rentan mengalami rawan pangan. Apalagi, ditetapkan sebagai salah satu provinsi dengan ketahanan terburuk di Indonesia dalam data Kementerian Pertahanan tahun 2019 serta sempat mengalami defisit beras pada akhir 2020. Bukan cuma itu, berdasarkan data dari BPS Papua Barat, pada tahun 2019, Papua Barat masih menduduki peringkat ke dua daerah dengan penduduk miskin terbesar di Indonesia, dan beras serta rokok menjadi dua penyebab utamanya (Papuakita.com).
Ketergantungan masyarakat Papua terhadap beras ini terjadi sejak kepemimpinan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang memperkenalkan program raskin. Saat itu, beras dijual sangat murah sehingga membuat warga merasa tak perlu menanam bahan pangan. Menurut dosen Fakultas Pertanian Universitas Papua di Manokwari, Agus Sumule, 75% warga Papua Barat menggantungkan hidup pada bahan pangan dari luar Papua, khususnya beras (News.okezone.com).
Tanpa sadar, momen pandemi kemarin telah menjadi pintu gerbang bagi warga Papua Barat untuk kembali pada kearifan lokalnya, yaitu kembali berkebun pangan lokal dan mengkonsumsinya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bahwa pembangunan pertanian Indonesia ada di Papua Barat. Menurutnya, Papua Barat memiliki potensi pertanian yang besar untuk digali. Masyarakat Papua Barat hanya perlu membangunkan lahan tidur, “membangunkan” petaninya, serta membangkitkan kembali komoditas pangan unggulan seperti pala, sukun, kopi, dan jagung hingga dapat diekspor. Juga, wortel, kol, kelapa, kentang, dan kakao untuk mewujudkannya (Agrofarm.co.id).
Dengan fakta-fakta ini, tak seharusnya Papua Barat menjadi daerah dengan tingkat kemandirian pangan yang rendah, yaitu hanya sebesar 2,2%. Itu karena bahan pangan mereka sudah diganti menjadi beras, bukan sagu atau pangan lokal mereka lainnya. (ekbis.sindonews.com).
Meskipun demikian, ancaman deforestasi besar-besaran (Koran.tempo.co) masih mengintai. Warga Papua Barat harus bisa berhemat dan mengelola semua sumber daya yang ada sebaik-baiknya, termasuk air.
Di dalam buku Gardening With Less Water, penulisnya, David A. Bainbridge, mengatakan, terdapat 7 sistem irigasi yang super efisien, yang menggunakan teknologi rendah, teknik berbiaya rendah, dan menggunakan hingga 90% air lebih sedikit pada kebun kita. Sistem-sistem tersebut antara lain:
1. Buried clay pots (pitcher atau olla)/tanah liat yang terkubur,
2. Porous capsules/kapsul berpori,
3. Deep pipes/pipa dalam,
4. Wicks/sumbu,
5. Porous hose (leaky pipe/leaky tubing/porous pipe/sweating atau sweaty hose/weeping hose/soaker hose)/selang berpori,
6. Buried clay pipe/pipa tanah liat yang terkubur, dan
7. Tree shelters (grow tubes/plant protectors)/tempat perlindungan pohon.
Praktik irigasi super efisien dapat memberikan kehidupan berkelanjutan hampir di mana saja di dunia, baik yang beriklim sangat kering atau lebih beriklim sedang. Kunci untuk meminimalkan penggunaan air adalah menyalurkan air ke tanaman sesuai kebutuhan, dengan sedikit atau tanpa kehilangan melalui penguapan dan limpasan.
Untuk diterapkan di Papua Barat, kita ambil salah satu contohnya, yaitu tree shelters. Tree shelters dapat digunakan untuk irigasi di banyak jenis tanah dan untuk berbagai spesies tanaman. Tree shelters berupa tabung plastik yang ditempatkan di sekitar bibit dan diletakkan di dalam tanah, kemudian alirkan air ke dalamnya dengan tangan atau dengan sistem tetes. Tree shelters memungkinkan air terkonsentrasi di dekat tanaman dan cepat meresap lebih dalam ke dalam tanah.
Meskipun fungsi terpenting dari tree shelters biasanya adalah perlindungan dari hewan liar atau peliharaan, mereka juga melindungi pucuk dari angin yang mengering dan mengurangi tekanan kelembaban dengan menciptakan lingkungan mikro yang lebih menguntungkan dengan kelembapan yang lebih tinggi. Tree shelters yang tembus cahaya memungkinkan masuknya sinar matahari yang cukup, dan suhu di dalamnya (dengan bibit) seringkali lebih dingin daripada suhu udara luar sebagai akibat dari evapotranspirasi.
Tree shelters sangat membantu dalam pemulihan gurun, tetapi juga dapat digunakan di kebun dengan jagung dan tanaman lain yang tumbuh tinggi. Mereka dapat digunakan kembali selama bertahun-tahun. Mereka melindungi dari suhu dingin dan dapat membantu Anda mendapatkan lompatan yang baik pada musim dengan membiarkan tanaman ditanam di taman lebih awal di musim semi.
Menyiram tanaman dengan tree shelter hemat biaya dan berkinerja baik terhadap tanaman yang tahan pembasahan. Sistem ini lebih cocok untuk tanah yang cepat kering daripada tanah liat. Air dapat dituangkan ke dalam tree shelter dari kaleng penyiram dengan sprinkler rose dilepas atau, untuk proyek yang lebih besar, diisi dari selang dari tangki air di dalam truk. Mereka juga dapat disiram melalui saluran tetes dari tangki air atau saluran air bertekanan. Lebih disukai penyiraman dengan pipa dalam tetapi menambah biaya.
Kita juga bisa membuat sendiri tree shelter untuk lanskap rumah. Gunakan botol dan wadah plastik yang bagian atas dan bawahnya dipotong; bila memungkinkan gunakan plastik hijau karena memberikan keteduhan yang sedikit lebih baik daripada plastik bening. Shelter dengan dinding ganda bekerja lebih baik dan dapat dibuat dengan dua botol air berukuran berbeda, satu di dalam yang lain. Perlindungan pohon juga bisa dibuat dengan bebatuan. Jika batu ditempatkan untuk membentuk kerah, mereka dapat meningkatkan suplai air dan mengurangi kehilangan akibat penguapan, tetapi tidak sebagus shelter berdinding ganda.
Tree shelter plastik terkadang menjebak kadal. Tempatkan tongkat di tempat penampungan agar mereka bisa memanjat keluar. Tempatkan pula jaring atau pancing ikan di dekat bagian atas di beberapa area untuk mencegah burung masuk.
Tree shelters dapat berguna dalam membangun lanskap rumah jika kita memulai dengan tanaman atau bibit kecil. Mereka dapat mengurangi stres tanaman akibat panas, dingin, dan angin. Penampungan pohon yang lebih tinggi sangat cocok untuk pohon muda, semak yang tumbuh, dan tanaman merambat. Mereka bisa sangat membantu jika rusa atau kelinci merusak tanaman. Kita juga bisa menggunakan tree shelter pendek di taman untuk melindungi bibit muda.
Dengan teknik ini warga Papua Barat berpotensi mampu mencapai ketahanan pangannya, terbebas dari kemiskinan, memelihara atau mengembangkan plasma nutfah/biodiversitas di sana, menghemat air, serta menjadi lebih berdaya.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.