29 November 2025

Menggagas Kompetisi Olahraga Lansia

 

Lomba lari lansia
Para lansia berlomba sambil bersosialisasi dengan ceria


Bertambahnya umur itu pasti, tetapi kecepatan dan bentuk penuaan itu pilihan. Di dalam buku Psycho-Cybernetics, Maxwell Maltz mengutip perkataan psikoterapis Dr. Arnold A. Hutschnecker dalam bukunya The Will to Live, “Kita menua bukan berdasarkan tahun, tetapi oleh peristiwa dan reaksi emosional kita terhadapnya.” Penuaan itu memiliki spesialisasi, ada yang menua kekuatan fisik atau daya tahan tubuhnya, ada yang menua wajahnya, dan sebagainya. Petani perempuan yang bekerja sebagai buruh murah di ladang di beberapa bagian dunia mengalami layu awal pada wajah, tetapi mereka tidak kehilangan kekuatan fisik dan daya tahan. Sebaliknya, para artis tidak mengalami penuaan wajah lebih awal karena mereka menganggap wajah dan tampilan fisiknya sebagai aset untuk tampil di dunia hiburan. Senada dengan itu, janda-janda yang merasa hidupnya telah berakhir dan tidak punya apa-apa juga mengalami penuaan penampilan lebih awal, sementara janda lain yang lebih positif dan optimis menjalani hidup malah memulai karir baru, menyibukkan diri dalam minatnya, atau berkompetisi mencari suami baru. 

 

Pria pun begitu, setelah pensiun banyak yang kehidupannya menurun drastis. Mereka merasa kehidupan mereka yang aktif dan produktif telah selesai dan pekerjaan mereka telah selesai. Mereka tidak memiliki apa-apa untuk dinanti-nantikan, menjadi bosan, tidak aktif, dan sering kali kehilangan harga diri karena merasa ditinggalkan, tidak penting, dan tidak berguna, sehingga banyak yang akhirnya meninggal hanya dalam setahun setelah pensiun. 

 

Sampai sekarang orang masih meyakini bahwa pada umur tertentu itu kita pasti lemah, sakit-sakitan, tidak mampu ini itu, dan tidak berguna. Padahal, seorang pria akan mencapai puncaknya secara mental sekitar umur 35 tahun dan mempertahankan tingkat yang sama sampai melewati umur 70 tahun. Bukan hanya itu, sampai sekarang pun orang-orang masih meyakini bahwa para lansia tidak boleh melakukan olahraga berat. Akan tetapi, Fisiolog dan MD., termasuk para ahli jantung terkemuka sekarang memberi tahu bahwa aktivitas berat tidak hanya dibolehkan tetapi juga diperlukan untuk kesehatan yang baik pada usia berapa pun. Syaratnya, mereka harus melakukannya secara bertahap, dari yang ringan dulu dan jarak tempuh pendek dulu selama 2 tahun, serta lakukan variasi antara joging dengan berjalan atau lainnya. Dr. Cureton telah membuktikan, banyak pasiennya tak hanya merasa lebih baik tetapi juga mengalami peningkatan fungsi jantung dan organ vital lainnya.

 

Para lansia di Indonesia juga seharusnya seperti itu. Hindari memiliki keyakinan bahwa menjadi tua itu lemah, sakit-sakitan, dan tak berguna karena pikiran dapat mempengaruhi mood, perilaku, maupun kondisi fisik kita. Miris rasanya saya menemukan para lansia, terutama ibu-ibu lansia, banyak yang mengeluhkan sakit lutut, diabetes, hipertensi, atau lainnya, lalu orang-orang di sekitarnya menyebutnya sebagai “penyakit tua”, seolah-olah menjadi tua itu otomatis akan mengidap penyakit-penyakit tersebut.

 

Setiap manusia berpotensi untuk berumur panjang dan sehat, bahkan hidup hingga seratus tahun lebih. Malahan, menurut Shigeo Haruyama, seorang ahli pengobatan timur dan barat, manusia memang dirancang seperti itu. Contoh nyata bisa ditemui pada keluarganya sendiri yang saat itu sudah memiliki 3 lansia berusia satu abad lebih. 

 

Badan Pusat Statistik memperkirakan Indonesia akan mengalami bonus demografi pada 2030-2040. Artinya, pada tahun tersebut kondisi masyarakat akan didominasi oleh usia produktif (usia 15-64 tahun) dibandingkan usia non produktif. Oleh karena itu, pemerintah lebih banyak memfokuskan program-programnya pada masyarakat pada rentang usia tersebut. Mereka yang usianya di atas 64 tahun sudah dianggap tidak produktif dan oleh karena itu mungkin akan lebih diabaikan. Kita harus mengubah imej tersebut dengan menanamkan keyakinan (belief) baru bahwa kita bisa produktif selamanya, salah satunya adalah dengan menggagas kompetisi olahraga lansia.

 

Kompetisi olahraga lansia bisa menjadi wadah bagi para lansia untuk bersosialisasi, meningkatkan kesadaran diri akan kesehatan, serta meningkatkan harga diri mereka, membuat mereka merasa lebih berarti dan masih memiliki daya saing meskipun usianya sudah lanjut. Bagi negara, itu juga bisa berarti mengurangi anggaran untuk mencegah atau mengobati penyakit yang mereka derita karena gaya hidup yang tidak baik. Jenis olahraga dalam kompetisi ini disesuaikan dengan kecocokan dan kemampuan para lansia tentunya.

 

Lansia yang pasif itu malah akan sakit-sakitan. Tujuh lansia berikut ini telah membuktikannya, di usianya yang satu abad mereka masih mampu berlari jarak jauh atau bahkan berkompetisi lari dan memenangkannya. Mereka adalah Sawang Janpram (102 tahun), Julia Hawkins (103 tahun), Man Kaur (101 tahun), nenek Rambai (105 tahun), Deirde Larkin (85 tahun, pada tahun 2017), Hario Tilarso (77 tahun), dan Darmiyanto (81 tahun). Mereka masih bugar dan gesit berlari di antaranya adalah karena gaya hidupnya yang aktif dan rajin berolahraga. 

 

Mereka semua adalah bukti nyata yang bisa menepis keyakinan masyarakat umum bahwa tua itu pasti lemah, sakit-sakitan, dan tak berdaya. Secara umum, tujuh hal ini adalah rahasianya, yaitu cinta kesehatan, aktif, rutin berlatih, memiliki sikap hidup positif, memiliki hubungan yang sehat, serta menerapkan pola makan dan pola hidup yang sehat. 

 

Terbukti, bukan, sakit-sakitan atau tidak bukanlah masalah angka pada usia kita, tetapi tentang sebaik apa kita memelihara kesehatan masing-masing. Dengan menggagas kompetisi olahraga lansia, kita mengupayakan agar kualitas hidup lansia di Indonesia menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.