26 September 2025

Review Buku "Time Anxiety": The Illusion of Urgency and a Better Way to Live"

Penulis: Chris Guillebeau

Jumlah Halaman: 297 halaman

 

review buku "Time Anxiety" oleh Chris Guillebeau
 

Time Anxiety. 

Aku pertama nemu buku ini dari postingan Instagram. Jadi, iklan (postingan dia) atau mungkin istilahnya teaser dia itu bagus. Dia nunjukin beberapa halaman bukunya dan kayak bagus, trus aku nyari bukunya.

Trus lihat deh, covernya juga bagus. Gambar jamnya itu unik. Di dunia online, gambar jam udah terkenal pakai jarum di angka 2 dan 10, tapi jarum jam di cover buku ini tidak di kedua angka tersebut. Udah gitu artistik juga desainnya dan nyatu dengan judul dan tema bukunya.

Trus judul bukunya itu lho, kreatif dia. Ada banyak buku anxiety tapi pada mengarah ke psikologi, atau anggap aja masih berbau buku kuliahan gitu deh ya. Tapi buku ini, cari keunikan, dia jadi buku umum dan pakai micro niche. Aku udah pernah baca sih strategi bisnis ginian di salah satu buku bisnis, tapi buku ini itu jadi ngingetin aku lagi gitu lho tentang micro niche itu.

 

Baca juga: 

Review Buku "To Do"

Review Buku "The Time Chunking Method"

 

Kalo soal isinya sih, isinya juga bagus. Dia ngasih banyak insight baru. Dan sejujurnya, dia seperti punya banyak kemiripan denganku.

Ini itu 300 an halaman, tapi nyante aja, banyak ruang atau desain yang kayak dibuat menuh-menuhin halaman (biar cepet tebel). Jadi, ada kayak halaman judul bab/sub bab, halaman quote, halaman buat satu gambar full, halaman buat gambar setengah halaman, tulisan yang tiga perempat halaman, gitu-gitu dan per bahasan itu lumayan pendek-pendek, jadi untuk konteks gitunya gak terlalu horor untuk dibaca. Kayak-kayak tebel padahal gak gitu-gitu banget. Tapi meskipun kayak menuh-menuhin halaman gak papa juga sih, desainnya bikin enak dibaca. Trus ada bagian inti di akhir tiap sub bab sebagai tulisan bercetak tebal dan ada juga rangkuman per babnya buat yang males banget baca seluruhnya.

Soal halaman aslinya gak terlalu serem. Yang bikin capek itu malah karena dia banyak cerita, sedangkan aku gak suka cerita, aku suka yang to the point. Selain itu, aku bacanya kayak puyeng/roaming. Dia kayak kumpulan berbagai buku dengan tema berbeda, dan ketika dicampur aduk kayak gado-gado, aku jadi puyeng. Seperti gak cuma strukturnya yang kurang baik tapi juga ada peralihan yang kurang halus di sana.

 

Apa Isi Bukunya?

 

Buku ini bahas tentang kecemasan terhadap waktu, baik terhadap masa lalu, masa sekarang, maupun masa depan. Cuma aku bingung juga, aku dulu nanya chat gpt tentang perbedaan berbagai kata takut dalam bahasa Inggris (fear, worry, anxiety, dll), nah kata chat gpt-nya anxiety itu berhubungan dengan cemas terhadap masa depan. Lha kok di buku ini katanya masa lalu dan masa sekarang juga diikutin?

Penulis itu menyatakan bahwa waktu itu relatif, nggak cuma relatif antara orang yang satu dengan yang lain, tetapi antara orang yang sama tapi dalam waktu/masa yang berbeda. Kadang kita merasa waktu begitu cepat, kadang juga kita merasa waktu begitu lambat.

Bahasannya banyak, misalnya seputar salah berpikir (misal black and white thinking), manajemen waktu, produktivitas, perfeksionis, procrastination (suka menunda-nunda), selektif banget ngisi waktu dengan hal-hal yang kamu banget, produktif yang manusiawi dan sehat dan gak harus ngoyo, dan pokoknya fleksibel aja.


Buku ini cocok terutama buat yang tipe MBTI tipe S (sensing) atau J (judging) yang biasanya suka rigid/kaku banget soal waktu sampai akhirnya jadi draining/burnout/overwhelm (tebal gitu lah istilahnya). Belajar rileks tapi tetep produktif. Kalau buat tipe P (perceiving) sih biasanya uda fleksibel, cuma bisa juga buat inspirasi nyari pola fleksibilitas yang cocok atau inspirasi dan pandangan baru (insight). Karena kelebihan utama buku ini memang pada isinya yang mengandung metode yang agak beda dari buku kebanyakan. 


Tapi, ada juga hal yang gak kusukai dari buku ini, yaitu karena dia memuat pujian terhadap orang LGBT. Ada kata-kata atau perilaku orang LGBT yang menginspirasi dia dan jadi bagian dari bahan buku ini. Tapi kenapa dia harus nyantumin/menyorot LGBT-nya gitu lho. Itu agak mencurigakan. Kalo normal kan biasanya orang mungkin bilang saya mendapat inspirasi dari Si X yang berprofesi sebagai Y di perusahaan Z. Lha itu gak, malah label LGBT-nya yang dipake. Itu yang bikin aku curiga apakah dia LGBT juga atau pendukungnya. Tapi yang manapun itu, itu bikin aku jadi gak suka karena aku gak suka keduanya. 


Jadi, apakah buku ini kurekomendasikan?

Hmmm, no comment deh. 

Terserah kalian. Uda kujelasin bagian yang kusuka dan gak kusuka dari buku ini dan penulisnya. Aku ga pengen nanti aku jadi seolah pro LGBT, padahal gak. Hanya karena aku mendukung orang/karya yang pro LGBT.

 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.