Buku 1:
Dopamine Detox karya Thibaut Meurisse (disingkat DDTM)
A short guide to remove distractions and get your brain to do hard things
Buku 2:
Dopamine Detox karya Linda Hill (DDLH)
The step by step guide to overcome addictions, break bad habits and stop obsessive thoughts
Unik, judul kedua buku ini persis sama, tapi sub judul dan penulisnya kok beda. Apakah penulisnya benar-benar beda? Karena dalam dunia tulis itu orang bisa jadi siapa saja. Aku pernah tahu ada penulis yang pake nama pena beda gender pada buku karyanya. Dan apakah isinya beda? Pas aku nemu kedua buku ini aku sempat bingung karena hal-hal di atas, termasuk apakah buku-buku tersebut bener-bener beda atau beda cover aja setelah revisi atau cetak ulang.
Akhirnya, aku baca keduanya. Pikiran pertamaku adalah buku-buku ini isinya bakal mirip buku-buku tentang otak karena dopamin adalah salah satu neurotransmitter otak, ternyata nggak. Isi buku DDTM lebih ke buku tentang fokus, sesuai judulnya; sedangkan isi buku DDLH lebih ke gabungan antara buku tentang motivasi, fokus, habit, procrastination, produktivitas/manajemen waktu, dan pikiran negatif. Format ini membuatnya lebih luwes daripada buku tentang otak pada umumnya, hanya saja meski pada sub judul DDLH itu memuat kata kecanduan dan obsesi jangan dibayangkan seperti buku-buku tentang terapi kecanduan yang biasa ditulis oleh psikolog, psikiater, atau lainnya karena ini luwes dan nggak sedalam itu.
Dopamin ini adalah neurotransmitter yang sangat berhubungan dengan motivasi, fokus, reward instan, kebiasaan, penunda-nundaan, kecanduan, dll. Kalau kamu bermasalah dengan susah konsentrasi, suka menunda-nunda dan multitasking, kecanduan, kurang perencanaan akan masa depan, maka kamu mungkin bermasalah dengan dopamin. Kamu mengalami overstimulasi sehingga dopaminmu harus di-detoks. Istilah detoks dopamin itu sebenarnya kurang tepat tapi kedua penulis tersebut tetap memakainya dan menjelaskan alasannya di buku mereka.
Jadi, saat dopaminmu tadi bermasalah, kamu jadi mager, sulit fokus, dll. Saat kamu ingin mengatasinya, kamu butuh buku yang tipis-tipis aja, wong lagi mager dan bad mood. Kedua buku ini cocok karena sama-sama punya halaman sedikit. DDTM 48 halaman, cocok kalau kamu lagi mager/susah fokus parah atau lagi hari-H mager, sedangkan DDLH lebih cocok kalau nggak lagi hari-H karena lebih detail dan lebih tebal.
Secara isi, pada intinya sama, dan semua bagian DDTM sudah termasuk di dalam DDLH (DDTM semacam versi mini dari DDLH). DDLH lebih lengkap dan lebih dijelaskan satu-satu bagian-bagiannya. Jadi, semua bagian DDTM ada di DDLH, sedangkan apa yang dibahas di DDLH tidak semuanya ada di DDTM, misalnya tentang makanan untuk otak dan aktivitas gelombang otak.
Jadi, kamu lebih suka yang mana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.