Tukang becak (ilustrasi)
Saya mendekati beberapa tukang becak yang mangkal di tepi jalan. Hari sudah sangat malam sementara bemo entah akan lewat atau tidak. Saya menanyakan berapa ongkos ke rumah. Biasanya hanya 7 ribu namun saya tetap bertanya. Ternyata dia menjawab 10 ribu. “Mahal sekali pak, apa ndak 7 ribu?” tanya saya. Lalu dia menghina-hina dan mengoperkan saya pada teman-temannya barangkali ada yang mau dengan harga 7 ribu. Ternyata tidak ada yang mau. Saya ditertawakan. Mereka semua adalah pemuda yang gagah dan masih kuat, padahal dari jalur yang sebaliknya (dengan jarak yang sama) para tukang becak yang tua mau dengan harga 7 ribu. Misalkan ada 2 titik, A dan B, sedangkan rumahku di tengah-tengah, harga dari titik A ke rumahku dan harga dari titik B ke rumahku berbeda. Tiba-tiba ada seseorang yang (maaf) hitam, pendek dan tidak rupawan menyeruak di antara mereka. Dia mau mengantarku dengan harga 7 ribu. Lalu saya tersentuh dan memberinya 10 ribu. Ini adalah masalah hati, bukan fisik atau wajah yang rupawan. Tetapi rasa kemanusiaan, sifat belas kasih dan semangat kerja yang tulus dari seorang tukang becak.
Sumber gambar: Pluk.me