17 Februari 2018

Cara Positif Menyikapi Kegagalan dan Kekalahan



Cara Positif Menyikapi Kegagalan dan Kekalahan

 “Andai kesenangan adalah matahari dan kesulitan adalah hujan maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat indahnya pelangi.” (Ustadz Yusuf Mansur)

Kepentingan “menang” seringkali dibesar-besarkan sedemikian rupa sehingga kita lupa bahwa sebenarnya melalui “kekalahan” itulah kita akhirnya menciptakan pemenang yang sangat hebat.

Masa sulit, masa terburuk, masa sedih (murung), dan masa menderita semuanya dijadikan untuk membentuk diri Anda sebagaimana api membentuk emas. 

Mereka yang telah melalui perjuangan yang hebat atau lebih banyak akan menjadi orang yang lebih andal dan lebih hebat.

Kekuatan dan perkembangan yang baik datang lewat usaha dan perjuangan terus-menerus, sedangkan yang tidak dimanfaatkan menjadi lemah dan membusuk.

“Setiap orang mempunyai bakat masing-masing. Kekurangannya hanyalah keberanian untuk menunaikan bakat yang tersembunyi itu.” (Erica Jong)

Takut terhadap kegagalan bukanlah sekadar bersumber dari “kegagalan” itu sendiri, melainkan dari cara masyarakat menanggapi mereka yang gagal. Apa yang akan dikatakan orang lain jika saya gagal? Bagaimana saya menghadapi orang lain?

Intinya, berkaitan dengan “aib” yang sering kali dikaitkan oleh masyarakat dengan “kegagalan”. Mereka memandang rendah dan negatif terhadapnya.

Padahal, agar terus maju kita harus mencoba sesuatu yang lebih besar atau menyelami bidang baru. Semua itu mengandung risiko. Semakin besar risiko, semakin besar pula kesempatan yang datang karena tidak banyak yang berani mencobanya.

Jika kita tidak siap menghadapi risiko kegagalan, janganlah iri terhadap mereka yang hidup lebih baik dari kita. Mereka sesungguhnya telah melakukan pengorbanan yang sewajarnya untuk mendapatkan apa yang mereka miliki.

Mengambil risiko di sini bukanlah terlalu berani, tetapi terukur dan terencana. Mereka mencoba idenya dalam skala kecil dulu, mempelajari kesalahan yang terjadi, mengumpulkan informasi dan umpan balik, melakukan perbaikan dan mencoba sekali lagi untuk memastikan mereka mendapatkan yang terbaik. Apabila mereka yakin dengan perubahan tersebut, mereka mulai untuk mengimplementasikan atau memulai sesuatu yang lebih besar. Mereka belajar agar tidak terjatuh ke lubang yang sama dua kali.

“Tidak ada keberhasilan yang sesungguhnya tanpa penolakan. Semakin banyak penolakan yang dialami, semakin hebatlah Anda, semakin banyak yang dipelajari, semakin dekat Anda pada tujuan Anda.” (Billi Lim)

“Bersusah hati tentang apa yang tidak Anda miliki adalah menyia-nyiakan apa yang telah Anda miliki.” (Ken Keyes Jr.)

“Lebih baik hidup sendiri daripada hidup bersama-sama dengan orang bobrok.” (Billi Lim)

Walaupun selama ini kita belajar dari kesalahan, kita masih tetap dihukum apabila melakukan kesalahan. Oleh karena itu, kita harus siap menerima konsekuensi apabila kita gagal.

Apabila kita gagal, jangan berharap:
·         Orang akan memuji kita karena kegagalan yang kita alami.
·         Orang memahami kegagalan kita.
·         Agar tidak disalahkan.
·         Rekan-rekan kita akan tetap berada di sekeliling kita.
·         Terus hidup dalam kemewahan seperti sebelum kita melakukan kesalahan.
·         Mendapat banyak dukungan moral dari orang lain.
·         Orang akan meminjami uang sebagai bantuan sementara.
·         Orang bank akan memberikan pinjaman selanjutnya.
·         Teman wanita/lelaki kita akan melayani kita dengan cara yang sama seperti dulu.
·         Anggota keluarga kita memahami kita.
·         Tetap bisa makan enak atau tidur nyenyak.
·         Masih mempunyai keinginan untuk keluar atau bergaul dengan orang lain.

Banyak lawan Anda akan memberikan teguran seperti “Bukankah aku sudah bilang ....”. Dan secara pribadi Anda akan rendah diri dan malu jika bertemu orang lain.

Oleh karena itu, apabila gagal, tidak ada gunanya bersedih memikirkannya. Lebih baik segera mencari sumber dari kegagalan tersebut. 

Tidak perlu menyesal atau menyalahkan orang lain atas keputusan yang telah kita ambil. Karena, walaupun kadang-kadang dipengaruhi oleh orang lain, keputusan itu adalah tanggungjawab kita. Kita bisa mendengar semua pendapat, tetapi tanggungjawab terhadap keputusan yang diambil terletak pada diri kita sendiri.

“Jangan menyebutnya sebagai kesalahan, sebaliknya, sebutlah ia sebagai suatu pelajaran.” (Thomas Alfa Edison)

Jangan menyalahkan diri sendiri karena keputusan yang salah itu. Yang terpenting, ambillah satu keputusan yang tepat untuk memperbaiki semuanya.

“Sampai Anda mencoba, Anda tidak akan tahu apa yang tidak bisa Anda lakukan.” (Kardinal John Henry Newman)

“Lakukanlah apa yang menurut firasatmu mana yang benar karena kamu tetap akan dikritik. Sama saja kamu melakukannya atau tidak, kamu akan tetap dihina.” (Eleanor Roosevelt)

Tingginya angka bunuh diri banyak disebabkan karena penolakan, kegagalan, pandangan rendah orang lain atas standar umum di masyarakat tentang kalah-menang dan sukses-gagal.

Menurut Billi Lim, pendidikan bertujuan untuk mengajar seseorang bagaimana caranya melakukan yang terbaik dalam dirinya, di samping mengembangkan dirinya ke tahap yang lebih baik sesuai dengan bakat yang dimilikinya (bukan untuk mendapat pekerjaan, tanpa mempedulikan jenis pekerjaan dan kesesuaian pekerjaan).

Bersaing merupakan hal yang baik, namun siapa pesaing kita?

Dalam suatu kompetisi pasti akan ada yang menang dan kalah. Bagi pemenang, pasti ada beberapa orang yang kalah. Masalahnya, bagaimana Anda menentukan kekalahan itu? Segalanya mengarah pada pokok pertanyaan, siapa pesaing Anda? Banyak yang terjebak dengan pertanyaan ini dan tertekan karenanya. Kita tidak harus bersaing dengan orang lain. Kita seharusnya menjalin kerja sama dengan mereka dan bersaing dengan diri kita sendiri. “Orang lain” hanyalah sebagai sebuah alat ukur. Jika kita bersaing dengan diri sendiri dan kemudian gagal, siapa pemenangnya?

Banyak orang yang telah dilatih untuk menyamakan berprestasi baik dengan mengalahkan orang lain. Hal demikian seringkali menimbulkan anggapan bahwa hanya persaingan menentang orang lain yang dapat membuahkan sukses dan bahwa hanya dengan mengutamakan kepentingan diri sendiri lah seseorang itu bisa meraih sukses. Hasil penelitian Robert Helm Reich, psikolog di Universitas Texas, menunjukkan bahwa bekerja sama dengan orang lain itu lebih produktif daripada saling bersaing dengan orang lain, menggantungkan keberhasilan seseorang pada kegagalan orang lain (sindrom menang/kalah) seringkali mewujudkan gangguan dan sama sekali tidak produktif.

Nah, sebenarnya diri Anda adalah saingan terhebat untuk Anda sendiri.

Terimalah apa yang ada saat ini karena ia merupakan “buah” dari “benih” yang telah Anda tanam. Selalu ada sebab dan akibat. Ada waktu untuk segala-galanya. Apapun milik Anda, ia tetap milik Anda. Anda tidak perlu cemas atau mengubah pendirian karena ia pasti akan tiba. Jika ia tidak tiba, artinya ia mungkin bukan milik Anda.

Kesakitan, masalah, dan penderitaan adalah sebagian dari hidup yang tidak menyenangkan, tetapi sangat dibutuhkan. Milikilah ketekunan dan ketabahan yang kokoh untuk menghadapinya.

Arahkanlah pikiran Anda kepada apa yang ingin Anda lakukan. Rasakan perasaan yang menggebu-gebu. Lakukan secara kontinyu, jangan pedulikan apa yang terjadi di luar sana. Anda akan menyadari bahwa lingkungan di luar sana akan berubah karena pikiran dari dalam diri Anda sendiri. Jangan menggunakan situasi saat ini sebagai sumber pikiran Anda. Berpikirlah seolah-olah tanpa batasan.

Sejujurnya, tidak ada seorang pun yang akan memikirkan tentang kita. Kebanyakan waktu mereka gunakan untuk memikirkan dirinya sendiri. 

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa 93% masalah yang kita hadapi sebenarnya tidak nyata, hanya 7% yang nyata.

Berinteraksilah dengan orang-orang positif, membaca buku-buku positif, mendengarkan hal-hal positif, dan setiap bangun pagi, tanamkan di pikiran orang sukses seperti apa yang Anda inginkan. Lakukan hal yang sama sebelum tidur. Jangan membaca koran! Karena 95% berita koran memuat hal-hal yang negatif. (Dengan alasan yang sama, jangan pula membaca medsos atau TV-tambahan saya pribadi).

“Orang yang paling berhasil bukanlah orang yang tidak pernah gagal, justru mereka lebih banyak gagal. Namun, mereka tidak memberikan sentuhan emosi negatif ke dalam hal-hal yang mereka tidak bisa lakukan.

Selalu ada pengorbanan yang dibutuhkan untuk meraih sebuah kesuksesan, itulah ketabahan. Jangan pernah menerima jawaban “tidak” dan seandainya Anda terjepit atau merasa sedang jatuh, ingatlah bahwa Anda hanya berada di tikungan, bukan di ujung jalan.

Bila semuanya gagal, cobalah ubah haluan. Sesuaikan keahlian dan bakat dari usaha sebelumnya untuk disalurkan dalam bidang usaha yang baru. Bahkan, kita mungkin terpaksa mempelajari keahlian yang baru.

Orang Jepang tidak menciptakan mobil, kamera, kulkas, televisi, AC, mesin cuci, atau penyedot debu. Bahkan, mereka tidak menciptakan banyak produk. Mereka hanya meniru, memperhalus, dan memperbaiki barang yang sudah ada.

Bila Anda tidak pernah maju dalam karier walaupun mempunyai keahlian, berlatihlah lagi dengan lebih giat atau perbaikilah diri Anda dengan keahlian baru dalam bidang lain yang mempunyai masa depan lebih baik. Jangan hanya bertumpu pada satu keahlian. 

Ingatlah bahwa manusia mampu mempelajari keahlian baru dan menekuni bidang usaha lain.

Tuliskan hal-hal yang akan Anda lakukan apabila semua yang Anda usahakan gagal!

 “Di Jepang, sekali Anda kalah, Anda tidak hanya dianggap sebagai pecundang, tetapi Anda juga dikucilkan. Kita harus mengubah budaya ini dengan memberikan kesempatan ke dua bagi siapa pun.” (Nubuo Tanaka, Director of Miti’s Industriall Finance Bureau, Japan)

“Di Jepang, orang yang bangkrut dilarang berbicara dan disembunyikan.” (Yuichiro Itakura)

“Untuk bisa menciptakan lebih banyak orang menjadi pengusaha, kita harus mengubah perilaku kita terhadap orang yang gagal.” (Menteri kanan Singapura, Mr. Lee Kuan Yew)

Mencoba itu mengambil risiko gagal. Tetapi tetaplah mencoba. Kegagalan bukanlah lawan dari kesuksesan, tetapi merupakan efek samping. Ia adalah bagian dari kehidupan. Gagal-lah secukupnya, lalu belajarlah dari kegagalan itu.

Bukankah ketika bayi kita juga berkali-kali gagal sebelum akhirnya berhasil berjalan? 

Bersemangatlah! Kesuksesan menanti Anda.


Sumber:
Lim, B. 2014. Dare to Fail. Jakarta: Ufuk Publishing House.



Sumber gambar: Pixabay