Seandainya
Semua
orang akan menyesal. Ada yang menyesal mengapa dia tidak berbuat baik (mengapa
dia berbuat dosa), ada yang menyesal mengapa tidak berbuat baik lebih banyak,
ada yang menyesal karena hal-hal yang dilakukan, ada yang menyesal karena
hal-hal yang belum sempat dilakukan (keburu meninggal), ada pula yang menyesal
karena hal-hal yang tidak dilakukan (mengapa tidak melakukan sesuatu).
Di
dalam Al Quran, Allah banyak menyebut tentang waktu. Di dalam hadits pun juga
banyak disinggung. Bahkan, “waktu” akan menjadi salah satu yang akan dihisab
nanti di akhirat. Masa mudamu diisi apa dan umurmu dihabiskan untuk apa.
Hingga
setelah meninggal pun manusia masih banyak yang akan menyesal. Mereka ingin
dikembalikan lagi ke dunia dan memperbaiki hidup. Orang-orang di neraka pun
menyesal mengapa berteman dengan setan/iblis. Dan penyesalan-penyesalan
lainnya.
Di
dalam sebuah hadits kita diajarkan untuk tidak berandai-andai, alias dilarang
mengucapkan kata “seandainya”, karena kata tersebut membuka pintu tipu daya
setan. Selain itu, Rasulullah juga mengajarkan kita untuk bersegera kepada
kebaikan dan apa-apa yang bermanfaat bagi diri; bekerja seolah-olah hidup
selamanya dan beribadah seolah-olah akan mati besok; memanfaatkan 5 sebelum 5
(sehat sebelum sakit; kaya sebelum miskin; lapang sebelum sempit; muda sebelum
tua; dan hidup sebelum mati). Itu artinya kita akan menjalani hidup secara
“penuh”. Hidup kita berarti dan kita pun tidak takut mati. Kita sudah mengisi
hidup dengan sebaik-baiknya dan mempersiapkan kematian (hidup sesudah mati)
dengan seindah-indahnya.
“Dari
semua kata-kata sedih yang pernah diucapkan maupun ditulis, yang paling
menyedihkan adalah: Andai saja.” Begitu kata John Greenleaf Whittier, penyair
Amerika abad ke-17.
Bila
Anda menganggap itu hanya kata-kata penyair, Anda salah. Terdapat pula temuan
ilmiah yang mengikutinya.
John
Izzo, berdasarkan pengalamannya selama 30 tahun, mengatakan, penyesalan adalah
satu-satunya hal yang paling kita takuti. Yaitu ketika kita tidak menjalani
hidup dengan benar. Kita tidak akan menyesali segala risiko yang diambil yang
tidak memberikan hasil sesuai harapan. Tidak satu orang pun yang mengatakan
bahwa mereka menyesal telah mencoba atau gagal melakukan sesuatu. Meskipun,
sebagian besar dari orang-orang tersebut berkata bahwa memang mereka tidak
menempuh banyak risiko. Artinya, kemungkinan besar kita akan menyesali hal-hal
yang tidak kita coba (Dari sini mungkin Anda akan paham mengapa Allah menilai
proses dan bukan hasil. Hasil sendiri merupakan hak prerogatif Allah).
Masih
di dalam buku John Izzo (5 Rahasia yang Harus Anda Temukan Sebelum Meninggal),
Paul, 76 tahun, konsultan bisnis, juga berkata: Selama 50 tahun saya bekerja
dengan banyak pengambil keputusan. Menurut saya, penyesalan terbesar pada akhir
hidup banyak orang tua adalah mereka tidak melakukan sesuatu, menyesal karena
tidak memanfaatkan kesempatan yang ada. Manusia menyesali apa yang tidak mereka
lakukan, lebih dari apa yang mereka lakukan. Ketakutan terbesar menjelang akhir
hidup adalah tidak berani mengambil risiko dan tidak melakukan kesalahan sama
sekali.
Bahkan,
dari 200 orang bijak (berusia sekitar 50 tahun ke atas) yang diwawancarai oleh
John Izzo (direkomendasikan oleh orang lain), banyak dari mereka yang masih menyesali
waktunya. Mereka berkata,”Semuanya begitu cepat berlalu”.
Di
Universitas Cornell, Thomas Gilovich sudah mempelajari psikologi penyesalan
selama lebih dari satu dekade. Sebagian besar penelitiannya dilakukan dengan
meminta responden mengingat kembali kehidupan mereka di masa lalu kemudian
menjelaskan hal terbesar yang mereka sesali. sekitar 75 persen responden
menyesal karena tidak melakukan sesuatu, dan tiga penyesalan terbesar adalah kurang
sungguh-sungguh belajar ketika di sekolah, tidak memanfaatkan peluang yang
penting, dan tidak mampu memberikan waktu yang cukup untuk keluarga dan teman.
Sebaliknya, hanya 25 persen responden yang menyesal karena melakukan sesuatu,
seperti membuat keputusan yang merugikan tentang karier, menikah dengan orang
yang tidak dicintai, atau mempunyai anak pada saat yang tidak tepat dalam hidupnya.
Bila
masih belum cukup, di dalam buku Kiss That Frog karya Brian Tracy dan
Christina Tracy Stein, seorang psikiater yang sudah berpengalaman 25 tahun pun
menyampaikan hal serupa. E.B. White, nama psikiater tersebut, berkata kepada
wartawan, bahwa kalimat yang sering dia dengar pada masa awal konseling yang
emosional adalah “Seandainya”. Sehingga, salah satu rahasia terbesar agar bisa
berbahagia adalah menghapus kata “Seandainya” dari perbendaharaan kata Anda.
Mungkin
Anda pernah mendengar atau membaca orang dengan penyakit kanker atau lainnya
dan divonis umurnya tidak akan lama, tiba-tiba mengubah caranya di dalam
memandang hidup. Mereka tiba-tiba melakukan atau berfokus pada hal-hal yang
lebih berarti.
Bagi
Anda yang muslim, mungkin sudah tidak asing dengan hadits yang menganjurkan
untuk beribadah seolah-olah hidup selamanya dan bekerja seolah-olah akan mati
besok. Ternyata, John Izzo dan Dr. David Kuhl (seorang dokter dan penulis
berbakat), pernah memerintahkan hal serupa kepada audiensnya pada saat seminar,
berpura-puralah bahwa 6 bulan dari sekarang Anda akan meninggal. Anda tidak
tahu apakah hal baik atau buruk yang ada di sisa hidup tersebut. Lalu tiba-tiba
saja ruangan hening, dan para peserta seminar mulai menuliskan apa-apa yang
paling berarti di dalam hidupnya.
Di
dunia bisnis pun sama. Joel Fotinos dan August Gold di dalam Think and Grow
Rich Workbook, mengatakan, pengandaian merupakan salah satu alibi yang
terkenal bagi orang-orang yang gagal. Andai saya begini dan begitu, andai saya
punya ini dan tidak punya itu, mengalami ini dan tidak mengalami itu, dan
semacamnya. Alibi-alibi itu digunakan untuk menjelaskan kegagalan. Padahal, hal
itu tidak berguna.
Mulai
sekarang, hilangkan kata “Seandainya” dari kamus kehidupan Anda. Selain tidak
berguna juga tidak mengubah apapun, tidak membuat keadaan membaik. Lebih baik,
fokuslah untuk memperbaiki diri dan belajar dari kesalahan. Berani mencoba. Karena
hidup tanpa penyesalan berarti mengambil risiko lebih banyak.
Sumber gambar: Pixabay