Don't judge a book by its cover quotes
Quotes don’t
judge a book by its cover artinya jangan melihat sesuatu dari luarnya. Quote tersebut mungkin sudah tidak asing di telinga
Anda. Quote yang sebenarnya salah dan sudah kedaluarsa. Quote ini kurang lebih menyarankan kepada orang-orang, khususnya para
pembaca buku, untuk tidak langsung menghakimi buku dari sampulnya. Bisa saja
sampulnya tidak menarik tetapi isi bukunya menarik. Begitu kira-kira. Di sisi
lain, sadar atau tidak, quote ini secara implisit seperti menegaskan bahwa
sampul/cover/bungkus itu memang penting. Suatu isi buku memang tidak berdiri sendiri.
Laris atau menariknya sebuah buku dipengaruhi juga oleh banyak faktor lain
selain isi; misalnya sampul (cover), judul, tata letak, gambar ilustrasi, dan
nama penulis. Lebih dari itu, sialnya, memang sampul buku merupakan salah satu
faktor penarik utama. Tata letak, isi, maupun gambar ilustrasi letaknya di
dalam. Kecuali sebuah buku didedahkan bagian dalamnya, pembaca tidak akan
tahu/terlalu tahu.
Tentang
“bagian luar” ini, peribahasa lain juga menyatakan, “Jangan jadi kacang lupa
kulitnya”. Wah, kulit lagi. Meskipun artinya jauh berbeda dari quote
sebelumnya, tetapi lagi-lagi membahas tentang
kulit/sampul/bungkus/casing/apalah namanya.
Lebih
sederhana lagi Anda bisa mengamatinya di dunia percintaan. Biasanya orang akan
melihat pada fisiknya terlebih dahulu, baru kemudian tahu
hatinya/sifatnya/kepribadiannya. Orang sulit jatuh cinta pada hatinya bila
ngobrol dengannya saja belum pernah. Quote don't judge a book by its cover benar-benar tidak berlaku.
Dari
uraian-uraian di atas, bagian luar itu sangatlah penting dan berpengaruh.
Fungsinya tidak bisa diabaikan. Seorang tetangga, sebut saja A, pernah
bercerita. Ibu B menitipkan barangnya untuk dijualkan di tempat usahanya.
Tempat usaha itu ada di perkantoran elit. Pembeli di sana adalah orang-orang
dalam kantor itu, yang tentu saja sangat memperhatikan kerapian dan keindahan
bungkusnya. Si A dikomplain oleh pembelinya karena kemasan ibu B itu terkesan asal-asalan. A
sendiri mengakui kalau kemasan ibu B itu sangat tidak berkelas. Istilahnya, kebanting,
bila dibandingkan dengan produk-produk lain yang juga dititipkan orang padanya.
Secara kasar bisa disebut memalukan. Tidak tahu tentang kemasan dan tidak
memperhatikan akan kesesuaian tempat. Akhirnya apa? Produk tersebut tidak laku.
Si A, yang walaupun hanya sebagai perantara untuk dititipi jual harus ikut
menanggung malu. Tak mau mempertaruhkan reputasinya lebih jauh, A menyampaikan
keluhannya kepada ibu B. Dengan sebuah ultimatum, boleh tetap titip asal
bungkusnya diperbaiki.
Pernah
dengar tidak orang-orang bercanda, “Yang mahal bungkusnya”? Ya ... memang
kadang-kadang begitu adanya. Ha ... ha ... ha ... Karena kemasan yang baik dan
indah akan meningkatkan kelas dan harga, membentuk imej, menggambarkan isi, dan
hal-hal semacam itu. Slogan “Yang penting isinya” atau "don't judge by cover quotes" tidak selalu berlaku. Jadi,
tetap beri perhatian serius pada bagian luar, sebaik Anda memperhatikan yang
dalam.
Terkait dengan hal ini, jika Anda sebagai pembaca berusahalah sekeras mungkin untuk tidak membaca atau membeli berdasarkan cover saja. Karena cover tidak selalu mencerminkan isi buku. Cover adalah tentang imej/marketing/pemasaran. Cover itu penting tetapi tidak menggambarkan isi buku/isinya, lebih pada upaya agar lebih menarik/marketable saja.
Sumber
gambar: picturequotes.com