Polutan PM-2,5
Sumber: https://m.facebook.com/photo.php/?photo_id=1667446210083918
Banyak
daerah menginginkan kualitas udara yang benar-benar bersih dan nol atau minim
emisi. Namun, hal itu bukanlah sesuatu yang mudah. Kendati mereka telah
bergelut sekuat tenaga untuk mengatasinya, tetapi masih menyisakan satu atau
beberapa polutan di sana, tak terkecuali Surabaya.
Ada
banyak polutan penyebab pencemaran udara. Yang jelas-jelas mencemari Surabaya
adalah PM-2,5, sementara data untuk polutan-polutan lain masih simpang siur,
tidak berasal dari website pemerintah, atau memiliki data yang berbeda dari
pemerintah.
Misalnya
timbal (Pb), pemerintah memang telah menggalakkan penggunaan bensin tanpa
timbal sejak Juli 2006, tetapi nyatanya hasil riset BATAN terhadap kadar Timbal
(Pb) pada PM-2,5 di 16 kota besar di Indonesia menyatakan rekor konsentrasi
timbal tertinggi malah diraih oleh Surabaya, Tangerang, dan Jakarta.
Pada PM-2,5 juga demikian, meskipun
sama-sama menunjukkan cemaran PM-2,5, tetapi nilainya berbeda antara https://ispu.menlhk.go.id dan https://www.iqair.com. Tak jelas apakah hal
itu disebabkan karena penentuan titik lokasi pemantauannya yang berbeda ataukah
karena hal lain, karena pada https://ispu.menlhk.go.id
hanya memuat alamat Tandes di sana, sedangkan 3 alat pemantau ISPU yang tetap
berada di Wonorejo, Kebonsari, dan Tandes, dan meski memiliki alat pemantau
portabel, tidak dijelaskan mengenai di mana penempatannya serta bagaimana
sistem pengukurannya. Berbeda dengan website tersebut, https://www.iqair.com memberikan sumber data
yang jelas dan dikatakan berasal dari 3 tempat, yaitu Keputih, Tandes, dan Kertajaya.
Polutan PM-2,5
Sumber: https://m.facebook.com/photo.php/?photo_id=1667446210083918
Saat saya mengakses Data Indeks
Kualitas Udara (AQI) di Surabaya di https://www.iqair.com
pada 12 Desember 2023 pukul 10.00, angka AQI-nya sebesar 134 (tidak sehat bagi
kelompok sensitif) dengan kadar polutan PM-2,5 sebesar 49 mikrogram/meter kubik
(10 kali lebih tinggi dari acuan WHO); sedangkan pada 14 Desember 2023 pukul
09.00, angka AQI-nya telah berubah menjadi 163 (tidak sehat) dan kadar PM-2,5-nya
meningkat menjadi 78,3 mikrogram per meter kubik (16 kali lebih tinggi dari
acuan WHO).
Artinya, pada kedua data tersebut, PM-2,5 masih menjadi polutan utama dan masih
sangat tinggi kadarnya dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh WHO.
Saya kembali mengaksesnya pada 14 Desember 2023 pukul 10.00 dan kali ini saya
membandingkannya dengan data dari pemerintah. Ternyata pada https://www.iqair.com, AQI-nya menjadi 129
(tidak sehat bagi kelompok sensitif), sedangkan pada https://ispu.menlhk.go.id, ISPU (Indeks
Standar Pencemaran Udara)-nya menunjukkan angka 87 (sedang/kualitas udara masih
dapat diterima pada kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan), dengan kadar
PM-2,5 dan PM- 1 https://ispu.menlhk.go.id
hanya berada pada kategori sedang, yaitu berturut-turut menunjukkan angka 87
dan 54.
Ketika Ahmad Safrudin, Ketua Komite
Penghapusan Bahan Bakar Bertimbal (KPBB), menyatakan penggunaan bensin
bertimbal sudah tidak ada sejak tahun 2006, ia malah menyebut 3 nama polutan
baru sebagai tantangan penggantinya, yaitu BBM dengan belerang dan benzena berkadar
sangat tinggi serta olefin. Kadar benzena kita masih di atas 5 persen, padahal
World Wide Fuel Charter mensyaratkan kadarnya maksimal hanya 1 persen. Pada
belerang lebih parah lagi, belerang kita kadarnya masih di atas 1800 ppm,
padahal Euro 4 (seperti yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan) hanya memperbolehkannya maksimal 50 ppm.
Melihat keganjilan-keganjilan di
atas, kita jadi mempertanyakan apakah jika pengukuran dan penghitungan
dilakukan oleh orang atau pihak lain, kadar polutan yang diperoleh juga akan
berbeda dari data Kementerian Lingkungan Hidup. Yang artinya, mungkin saja
Surabaya juga masih bermasalah dengan belerang (sulfur), benzena, dan olefin.
Mikroplastik
Sumber: https://kimia.uin-malang.ac.id/mengenal-mikro-plastik/
Tak berhenti sampai di situ, hasil
penelitian dari Ecoton pada Juli hingga September 2021 membuktikan bahwa udara
Surabaya juga tercemar dengan mikroplastik, dengan kandungan rata-rata sebesar 13,86
partikel per 2 jam.
Menuju Transisi Energi di Surabaya
Pada tulisan kali ini saya hanya memfokuskan
pada pencemaran udara akibat kendaraan bermotor, mengingat menurut Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sektor transportasi merupakan penyebab utama buruknya
kualitas udara di kota-kota besar di Indonesia saat ini, disusul oleh sektor
industri. Apalagi, di Surabaya juga tidak ada PLTU sehingga tidak bermasalah
dengan PLTU seperti kota-kota besar lainnya.
Macam-macam polutan kendaraan
Sumber: Koran-Jakarta
Polutan dari bersumber dari
kendaraan bermotor banyak jenisnya, misalnya CO, NO2, SO2, HC, Pb, benzena, serta
partikel debu yang terdiri dari PM-10 dan PM-2,5.
Jika ingin meminimalisir polusi asap kendaraan yang
ada di Surabaya, terdapat berbagai cara yang bisa dilakukan, misalnya sebagai
berikut:
Menggunakan cara yang sudah terbukti efektif
Dampak pencemaran timbal
Sumber: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2463932/ecological-genocide-saat-harapan-anak-anak-cinangka-dibunuh-racun-timbal#top
Untuk mengatasi polusi timbal (Pb),
Surabaya tinggal mengikuti anjuran pemerintah untuk menghapuskan penggunaan
bensin bertimbal. Apalagi, menurut Muhayatun, Peneliti Senior BATAN, sudah ada
contoh nyatanya yaitu di Kota Bandung. Rata-rata konsentrasi timbal di Kota
Bandung telah menurun drastis setelah menerapkan program ini.
Cara lain adalah dengan membeli
alat pembersih tanpa filter pertama di dunia (Praan) karya Angad Daryani asal
Mumbai, yang harganya sekitar 25,6 juta (harga di India). Alat ini mampu
menyaring 300 kubik udara per menit dan menyimpan 11.540 sentimeter kubik
polutan. Dalam penggunaannya, ruang pengumpulan perlu dikosongkan setiap dua
hingga enam bulan, tergantung seberapa tercemar udara luar. Selain itu, Daryani
dan timnya bisa memanfaatkan karbon yang ditangkap dan dijual ke perusahaan di
India untuk membuat ubin lantai dekoratif buatan tangan. Alat ini dibuat oleh
Daryani untuk mengatasi polusi PM-2,5 di New Delhi, India yang pada 2020 hingga
2021 kadarnya 14 kali batas aman yang ditetapkan oleh WHO. Jadi, sepertinya
cocok untuk Surabaya yang juga bermasalah dengan tingginya kadar PM-2,5,
setidaknya sebagai solusi pendukung atau solusi sementara sampai kondisi nol
emisi atau emisi terendah telah tercapai.
Menghentikan cara-cara yang tidak efektif
· Menghentikan
uji emisi kendaraan bermotor
Ahmad Safrudin, Ketua Komite
Penghapusan Bahan Bakar Bertimbal (KPBB), mengatakan uji emisi dan perawatan
mesin berkala akan sia-sia jika kita masih menggunakan bahan bakar “kotor”.
Selain itu, pendapat tentang kurang
efektifnya uji emisi di Surabaya juga didasari oleh pernyataan Budi Setiawan,
dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya, bahwa uji emisi di Surabaya hanya
dilakukan secara acak dan di titik-titik tertentu.
Di masyarakat, jenis bahan bakar
yang digunakan untuk kendaraan bermotor adalah Pertalite, Pertamax, Pertamax
Turbo, dan Shell v Power. Di antara semuanya, yang paling disarankan
adalah Pertamax Turbo karena Pertalite dan Pertamax masih mengandung sulfur
0,05% m/m (setara 500 ppm) (belum memenuhi standar Euro 4), sedangkan Pertamax
Turbo hanya mengandung sulfur setara 50 ppm (sudah memenuhi standar Euro 4).
Pertamax Turbo juga merupakan jenis
bensin ideal saat ini menurut Ahmad, sedangkan untuk jenis solar yang ideal ia
merekomendasikan Pertadex High Quality.
Jika kita menggunakan bahan bakar
fosil pasti ada emisinya, sedangkan jika kita masih menggunakan BBM “kotor”
hasil uji emisinya kemungkinan besar masih akan sangat buruk/tidak sesuai
harapan. Jadi, cara ini masih kurang maksimal jika diterapkan.
· Menghentikan
subsidi BBM “kotor” dan mengalihkannya ke subsidi BBM yang lebih “bersih”
Pertamax Turbo memenuhi Euro 4
Sumber: https://indonesiabaik.id/infografis/standar-emisi-euro-4-untungkan-indonesia
Subsidi BBM dari pemerintah juga
tergolong upaya penanganan polusi yang tidak efektif karena yang disubsidi
berupa BBM “kotor”, padahal seharusnya yang disubsidi adalah Pertamax Turbo dan
Pertadex High Quality sebagai BBM terbersih. Lucunya, pada saat kita sendiri
sangat membutuhkan keduanya dan harganya selangit di Indonesia, BBM tersebut
malah diekspor dengan harga sangat murah ke Malaysia. Pertamax Turbo hanya
dijual seharga 7200 ringgit per liter, sedangkan Pertadex High Quality hanya
dihargai sebesar 4300 ringgit per liter. Permainan harga seperti ini butuh
ditertibkan karena sebenarnya harga kedua jenis BBM berkualitas tinggi tersebut
tidak semahal itu dan masih terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Harga yang
terlalu mahal tadi timbul karena permainan harga dari para penyedia BBM dan
harga tersebut juga masih bisa ditekan lebih jauh jika mendapat alihan subsidi
dari pemerintah. Itu artinya, jika kita benar-benar ingin menurunkan tingkat
emisi, kita perlu betul-betul memperhatikan kualitas BBM-nya.
BBM berbasis tanaman (dari energi
terbarukan) juga sering disebut-sebut sebagai cara untuk mengurangi polusi
udara. Akan tetapi, hal tersebut terlalu berisiko karena adanya risiko
persaingan lahan antara pembudidayaan tanaman penghasil bahan bakar dengan
pembudidayaan tanaman pangan sehingga menurut saya penerapannya akan kurang
efektif.
Mengoptimalkan cara-cara yang sudah ada
Masalah kemacetan dan volume
kendaraan yang melintasi suatu jalan juga sering dikaitkan dengan masalah
tingginya polusi udara dari kendaraan bermotor. Untuk itu, pemerintah Surabaya
berusaha mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, dengan cara mengeluarkan
angkutan umum baru, di antaranya adalah Suroboyo Bus, Feeder WiraWiri, dan Trans
Semanggi Suroboyo.
Namun, masih banyak keluhan
masyarakat terkait penerapannya, misalnya karena tidak semua daerah dilintasi
olehnya, ketepatan waktu datang, masa tunggu yang lama, atau lainnya.
Ketika saya mencoba aplikasi GOBIS Suroboyo
Bus, saya menemukan bahwa aplikasi tersebut masih memerlukan banyak perbaikan.
Selain karena keterbacaannya susah dan kurang detail, kita membutuhkan aplikasi
yang bisa mengintegrasikan antara kenyamanan penumpang dengan solusi kemacetan,
solusi polusi udara, dan solusi bagi pekerja angkutan itu sendiri, suatu solusi
yang bagi saya sejalan dengan keluhan Nanda Pratama dari Organda Surabaya atas
masalah angkutan umum di Surabaya.
Penerapan angkutan umum baru di
Surabaya harus diatur dengan cermat. Kita harus ingat momen pergantian masa
antar angkutan umum yang satu dengan angkutan umum yang lain. Mengapa angkutan
umum yang satu sepi/tumbang atau digantikan dengan angkutan umum yang lain,
mengapa rute yang tadinya ramai menjadi sepi, mengapa angkutan umum kalah
bersaing dengan ojek online, dan lain-lain. Jangan sampai perubahannya tidak
signifikan dan terkesan hanya berganti nama.
Untuk mengatasinya, saya menawarkan
suatu konsep modifikasi dari aplikasi yang sudah ada (GOBIS Suroboyo Bus).
Kita bisa membuat suatu web atau aplikasi yang
memuat:
·
Rekomendasi
kendaraan dan rute beserta tarifnya (hanya untuk kendaraan terbaik per
kategori).
Kategorinya yaitu:
v Rute
terpendek ke tujuan kita,
v Kendaraan
terdekat dengan kita (jenis angkutan umum dan kodenya),
v Rute
teraman dari polusi,
v Rute
termurah,
v Rute
dengan dugaan terlancar dari kemacetan atau masalah lain,
v Rekomendasi
hasil terbaik dari seluruh parameter yang ada (kesimpulan),
·
Info jika ada
penundaan, keterlambatan, masalah di jalan (misal kecelakaan, banjir, dll),
pengalihan ke kendaraan dan rute lain, atau masalah lainnya,
·
Integrasi dengan
data kemacetan lalu lintas/traffic light (bagi yang langsung pergi saat
itu juga/data real time),
·
Integrasi dengan
data polusi udara (bagi yang langsung pergi saat itu juga/data real time),
·
Integrasi dengan
WA /detail info dikirim ke WA kita (opsional jika kita punya WA dan mau),
·
Bisa membeli dan
membayar tiket secara langsung (melalui pemesanan online), membayar tunai, dan
berbagai metode lainnya, tidak hanya dengan penukaran sampah plastik di
tempat-tempat tertentu.
·
Ada kontak
kritik dan saran dan kontak customer service real time,
·
Memiliki opsi
“berlangganan” dan pembatalan,
·
Bisa memilih
kursi dan mengubah rencana perjalanan,
·
Terintegrasi
dengan prakiraan cuaca untuk lokasi jemput (pada waktu keberangkatan kita) dan lokasi
tujuan (pada waktu kita sampai di lokasi tujuan),
·
Bisa menyimpan
tujuan favorit (dan mengubah/menghapusnya jika diinginkan), dan
·
Memuat kotak
pencarian yang memunculkan halte terdekat dan alamat serta cara mencapai halte
tersebut, transisi menuju lokasi/kendaraan berikutnya, dan setiap langkah
menuju tujuan akhir (serupa dengan yang terdapat pada aplikasi Trans Jatim).
Contoh format pada Trans Jatim
Sebagai tambahan, bentuk peta
dengan banyak titik (halte/bus) seperti yang ada pada GOBIS Suroboyo Bus sangat
sulit dilihat jelas, lebih baik diubah ke bentuk tabel atau deskripsi,
sedangkan jika ingin menampilkan peta petanya jangan peta keseluruhan (full),
peta perbesaran (zoom) saja yang terdekat dengan lokasi kita. Begitupun
jika ingin menampilkan gambar kendaraan pada peta, lebih baik ditunjukkan
jumlah kursi yang tersedia saja pada bubble-nya, dan bukan kode
kendaraannya. Kendaraannya juga dipilih yang terbaik sesuai kategori di atas
saja.
Ini adalah konsep saya untuk
memperbaiki aplikasi angkutan umum yang sudah ada di Surabaya (semua angkutan
umum termasuk bus dan mikrolet masuk dalam satu aplikasi dan web). Harapannya isinya
bisa detail tapi ukurannya sekecil mungkin. Selain itu, aplikasi dan web tadi
harus bisa diakses oleh tipe HP yang dimiliki oleh mayoritas warga Surabaya
karena jika berbicara masalah digital ada orang yang belum terlalu melek
teknologi, ada pula yang hanya punya HP dengan memori kecil atau tipe android versi
jadul, dan semacamnya.
Saya berasumsi bahwa baik
masyarakat maupun sopirnya itu ingin cepat sampai, tidak suka kena macet, tidak
ingin kena polusi, ingin tiba dengan aman (tanpa hujan atau banjir), serta
ingin andil di dalam perbaikan lingkungan ataupun kehidupan, meskipun dengan
melakukan sesuatu yang sangat kecil (misalnya dengan pemilihan rute ini). Saya
yakin masih banyak orang yang akan peduli. Untuk itu, kita perlu melakukan uji
coba dulu dengan memberi mereka pilihan-pilihan di atas. Namun, aplikasi ini
tentu tidak bisa berdiri sendiri. Penyempurnaan akan hal-hal lain (faktor
pendukung lain) masih diperlukan, baik sambil jalan ataupun setelah memantau
hasilnya.
Sumber:
Ichsanudin, Ghozali. 2023. Analisa Faktor Emisi
Gas Buang pada Motor 4 Langkah 150 cc Menggunakan Gasboard 5020. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Https://m.jpnn.com/news/polusi-udara-3-kota-dengan-kadar-timbal-tertinggi-oh-surabaya?page=2
Https://ispu.menlhk.go.id/webv4/#/peta/SURABAYA/-7.258999824523926/112.6780014038086
Https://www.surabaya.go.id/id/berita/75794/pemkot-surabaya-rutin-pantau-kualitas-udara-dengan-5-parameter
Https://www.iqair.com/id/indonesia/east-java/surabaya
Https://m.youtube.com/watch?v=PnrG6fcRENo
Https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220419170725-199-786755/udara-di-5-wilayah-jawa-timur-tercemar-mikroplastik-penyebab-kanker
Https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-58558810
Https://m.antaranews.com/berita/798063/jenis-jenis-polutan-kendaraan-dan-bahayanya-bagi-kesehatan