05 Desember 2025

Benarkah Hanya Ikan Mati yang Mengikuti Arus? Fakta Salmon yang Sering Disalahpahami

 

Migrasi salmon melawan arus
Migrasi salmon melawan arus

Di zaman quote ngetren banget seperti saat ini, banyak buku dan postingan diwarnai dengan quote. Bahkan, beberapa buku isinya quote doang, nggak ada lainnya.

Quote-quote pun bertebaran, termasuk yang satu ini, “Hanya ikan mati yang mengikuti arus?” Pernah nggak kamu nemu quote itu? Kalau aku sih iyes, sering banget nemunya.

Tapi, bener nggak sih isi quote-nya kayak gitu? Gimana kalo ternyata salah.

Dan ... JRENG JRENG JRENG... emang salah. Kalau kamu nggak pernah cari tau tentang itu, pengetahuan biologimu bisa salah gara-gara ngikut quote sesat tersebut.

Nyatanya, mayoritas ikan itu berenang ngikut arus. Hanya salmon yang melawan arus, itu pun hanya pada tahap tertentu kehidupannya. Trus MATI deh.

Quote tersebut memotong dan tidak memberi konteks lengkap hidup Si Salmon.

Jadi bunyi lengkapnya aslinya gini, “Hanya SALMON pada TAHAP TERTENTU KEHIDUPANNYA yang berenang melawan arus.”

Hewan-hewan juga suka ngikut prinsip hemat energi. Ada angsa yang membentuk formasi V, lumba-lumba yang suka deketin motor boat di lautan, atau lainnya. Lah ngapain gitu hewan tertentu/ikan ngoyo, kalau nggak KEPEPET BANGET, seperti kisah Si Salmon ini.

 

Salmon dan Migrasinya

 

Mayoritas Ikan Berenang Mengikuti arus

Seperti sudah dijelaskan di atas, mayoritas ikan itu berenang mengikuti arus bersama kelompoknya (schooling). Hal itu bertujuan untuk menghemat energi, mencari makanan, atau menghindari predator.

 

Pada Fase Preproduksi Salmon Berenang Melawan Arus

Salmon berbeda dari kebanyakan ikan lain. Ia memiliki perilaku khusus menjelang fase reproduksi. Saat hendak bertelur, mereka akan bermigrasi, kembali ke tempat kelahirannya di sungai (salmon run). Lalu dalam migrasi tersebut salmon akan menempuh jarak bahkan hingga ratusan kilometer. Semua dilakukannya demi bisa bereproduksi dengan kondisi ideal. Karena hanya sungai tertentu yang memiliki suhu air, oksigen, substrat bebatuan, arus, dll yang ideal untuk telur dan anak salmon. Dengan demikian, peluang salmon bisa lestari serta telur dan anaknya lebih banyak yang jadi dan selamat bisa lebih besar.

 

Kebutuhan Salmon Dewasa Berbeda dengan Kebutuhan Telur dan Salmon Anakan

Kebutuhan telur dan anak salmon berbeda dengan salmon dewasa. Salmon dewasa lebih cocok hidup di laut karena makanannya lebih berlimpah dan ruangnya lebih luas. Cocok untuk makan dan tumbuh besar. Sementara telur dan anak salmon lebih aman dan cocok dengan lingkungan sungai tertentu. Oleh karena itu, terpaksa salmon-salmon tadi bermigrasi sangat jauh, ke sungai asalnya. Singkatnya, salmon adalah anadromous fish: lahir di air tawar (sungai tertentu), tumbuh di laut, lalu kembali ke tempat lahir (sungai asalnya) untuk bertelur.

 

Tidak Semua Sungai Cocok bagi Salmon

Meskipun salmon bermigrasi menuju sungai, tetapi tidak semua sungai cocok bagi telur salmon. Sungai yang dibutuhkan biasanya yang aman dan jauh dari laut. Sungai dekat laut biasanya lebih berisiko bagi telur/anak ikan: predator lebih banyak, air bisa lebih hangat atau tidak stabil secara oksigen, banjir lebih sering. Sementara itu, sungai yang jauh dari laut arusnya lebih stabil, lebih banyak bebatuan, lebih dingin, serta mengandung oksigen yang cukup, sehingga kesempatan bertahan hidup anak salmon bisa lebih tinggi.

 

Melawan Arus lalu Mati

Yang harus kita pahami adalah memang ada ikan yang mengikuti arus, tetapi tidak semua, dan hanya pada tahap tertentu kehidupannya. Tapi kamu tau nggak, bahkan salmon, yang dicontohkan dalam quote tersebut akhirnya mati. Ia bisa mati dalam perjalanan tersebut ataupun setelah berhasil bertelur di sungai “kampung halamannya”.

Perjalanan salmon sangatlah berat. Selain melawan arus itu butuh energi tinggi, arusnya itu kuat, jarak renangnya pun bisa ratusan kilometer. Sudah gitu mereka juga puasa selama migrasi. Belum lagi dengan kehadiran predatornya, seperti beruang, burung, dan ikan lain. Bener-bener susah dibayangkan betapa habis-habisan Si Salmon tadi. Jangankan sampai ke sungai tujuannya, salmon-salmon tadi malah banyak yang mati. Ada sih yang lolos, tapi cuma untuk pembuahan. Setelah dia bertelur di sungai kelahirannya, kedua induk salmon itu sama-sama mati (semelparitas). Tubuh mereka sudah sangat lelah dan rusak, lalu membusuk. Tubuh induk yang membusuk tadi kemudian menjadi sumber nutrisi tambahan bagi telur-telurnya, karena mendukung perkembangan larva serta mengurangi kompetisi antara generasi tua dan generasi baru. Calon anaknya-lah (dari telur hasil fertilisasi eksternal tadi) yang berpeluang hidup, itu juga kalau anaknya beruntung.

Meski demikian, salmon tetap melakukannya, karena:

1.      Yang sampai sungai cukup untuk bertelur: sudah cukup untuk menjaga populasi.

2.      Seleksi alam: hanya salmon paling kuat atau fit yang berhasil → anaknya kemungkinan lebih kuat juga.

3.      Overproduksi telur: satu induk bertelur ribuan telur → meski sebagian mati, cukup untuk generasi berikutnya.

 

Jadi, meskipun sangat susah dan banyak yang gagal, jumlah yang berhasil masih cukup untuk mempertahankan spesies.

 

Analogi dan Filosofi dari Salmon Harus Disikapi dengan Hati-Hati

Quote bahwa hanya ikan mati yang melawan arus, tadinya memang tampak sebagai suatu simbol perjuangan melawan kesulitan. Kayak keren, gigih, teguh pendirian, tetapi dia boros energi. Selain itu, risiko terbesarnya adalah mati, baik dalam arti kiasan maupun arti sesungguhnya.

Meskipun, kita tentu saja tidak selalu berakhir seperti salmon, karena manusia punya kemampuan berpikir, mencari dan mengubah strategi, atau lainnya.

Setelah kita meluruskan bahwa mayoritas ikan itu mengikuti arus, kita juga perlu memahami bahwa tidak semua situasi harus melawan arus. Tidak bermodal semangat atau PD palsu atau PD yang tidak realistis, kita harus lihat dulu konteks, peluang, dan kemampuan, serta sumber daya kita sendiri. Kalau tidak, kita bisa saja hanya “mati” di tengah jalan atau hanya membuka jalan bagi fase atau generasi berikutnya (mati tak lama setelah sampai tujuan). Salmon itu habis-habisan, suoro banget (susah payah banget), berkorban banget, dan belum tentu berhasil, plus akhirnya mati. Yakin mau niru salmon?

Quote-quote motivasi itu harus hati-hati agar tidak sampai omong doang (omdo), atau asal nyemangatin pengunjungnya yang penting motivatornya dapat cuan gede. Kadang kita memang akan bertindak ala salmon, tapi hanya pada kondisi tertentu, yaitu saat kita ingin mencapai tujuan besar atau mewujudkan sesuatu yang penting. Salmon itu kayak setengah b*ndir, kita bisa burnout atau stres atau juga rusak parah kalau sering-sering ngikut salmon, atau tiru-tiru asal-asalan. Meskipun, kita bisa belajar, pulih, dan mempersiapkan fase berikutnya, dan terus hidup. Nggak harus mati seperti salmon. Susah bukan berarti mustahil. Ada juga orang yang akan berhasil, yang sering-seringnya disebabkan karena kombinasi keberanian, strategi, timing, dan faktor eksternal.

 

Manusia yang melawan arus ekstrem (gagasan, perjuangan sosial, inovasi):

·      Banyak yang akan menghadapi rintangan besar: penolakan, hukuman, kegagalan.

·      Hanya sebagian kecil yang benar-benar berhasil atau diakui → mungkin hanya 1–5% yang “sukses” dalam konteks ekstrem, sisanya gagal, ditolak, atau hanya membuka jalan.

·      Tingkatkan peluang keberhasilanmu dengan:

Ø Strategi dan persiapan,

Ø Kondisi lingkungan / timing / dukungan eksternal.

Ø Kegigihan + keberuntungan.

 

Inti filosofi yang bisa dipakai untuk refleksi diri:

1.    Melawan arus itu berat dan berisiko → persiapkan diri, ketahui konsekuensinya.

2.    Banyak quote atau analogi populer disederhanakan dramatis, terdengar motivasional: “melawan arus itu hebat, kamu harus kuat, resilien, jangan takut gagal.”

 

Akibatnya, orang yang mengikuti quote ini:

·      Mikirnya positif, optimis, resilien, tapi kenyataannya tantangannya sangat tinggi dan peluang sukses kecil.

·      Saat gagal → bisa merasa “gagal total” atau “kurang cukup kuat,” padahal kegagalan itu normal dan probabilitasnya tinggi.

Jika kita tidak mengetahui peluang atau statistik keberhasilan yang benar, kita bisa menganggap diri kita yang payah banget, padahal emang tingkat kegagalan di situ tinggi.

 

Jadi beberapa quote populer tidak hanya menyesatkan, tapi bisa ‘njebak’ orang, membuat mereka stres, overwork, atau merasa gagal secara pribadi karena membandingkan diri dengan analogi ekstrem.

 

Fenomena ini memang sering terjadi di “budaya motivasi” atau quote-driven:

·      Hanya segelintir orang sukses dijadikan contoh → seolah-olah strategi “melawan arus” itu mudah atau hampir pasti berhasil.

·      Mayoritas yang gagal diabaikan → padahal jumlahnya jauh lebih banyak.

 

Akibatnya, orang yang mengikuti quote atau analogi ekstrem:

·      Terlalu optimis dan underestimate/meremehkan risiko, mikir cuma butuh semangat saja.

·      Saat gagal → merasa “salah sendiri” atau “kurang kuat,” padahal kegagalan itu normal dan statistiknya tinggi.

·      Bisa stres, kecewa, bahkan merasa tertipu karena motivasi awalnya salah kaprah.

 

Intinya: ini mirip PHP (Pemberi Harapan Palsu).

Quote itu bisa memberi harapan besar, tapi tidak realistis, sehingga mayoritas orang yang berjuang keras tetap gagal → padahal bukan karena mereka lemah, tapi karena probabilitasnya/kemungkinan berhasilnya memang rendah.

 

3.    Tidak semua perjuangan harus ekstrem seperti salmon → gunakan strategi seperti paus: persiapan, perlindungan, dan memanfaatkan jalur/arahan yang mendukung.

4.    Hasil perjuangan bisa untuk generasi berikutnya, tim, atau fase lain → bukan berarti kita harus menghabiskan diri.

5.    Kritis terhadap metafora atau quote dramatis → cek fakta dan konteks supaya filosofi tetap realistis dan berguna.

 

Cara Cepat Mengecek Analogi atau Quote Populer

 

Biar nggak mudah tersesat atau dibodohi gini cara cepat mengenalinya:

1.    Kenali tujuan quote

Tanyakan: Apakah ini dimaksudkan untuk fakta, motivasi, atau ilustrasi?

Contoh: “Ikan hidup melawan arus” → motivasi/metafora, bukan fakta biologis lengkap.

 

2.    Periksa presisi/ketepatan istilah

Apakah kata-katanya terlalu general (kurang spesifik)?

Misal kata “ikan” padahal yang dimaksud hanya “salmon saat migrasi.” Generalisasi sering bikin salah paham.

 

3.    Cek konteks dan batasan

Cari tahu kapan, di mana, dan dalam kondisi apa analogi itu berlaku.

Misal salmon: hanya melawan arus saat migrasi, bukan sepanjang hidup.

 

4.    Bandingkan dengan sumber fakta

Kalau terkait sains atau sejarah, cek sumber primer atau literatur terpercaya.

Misal ensiklopedia, artikel ilmiah, atau website edukasi yang kredibel.

 

5.    Pisahkan pesan filosofi dan fakta

Ambil pesan reflektif/filosofi yang bisa berguna, tapi jangan terjebak percaya bahwa analogi = kebenaran literal.

 

6.    Pertanyaan kritis tambahan

“Apakah analogi ini berlaku untuk semua kasus atau hanya contoh ekstrem?”

“Apa asumsi tersembunyi yang mereka gunakan?”

“Apakah ada fakta yang sengaja disederhanakan atau dihilangkan?”

 

Jadi, hati-hati dengan quote-quote motivasi, analogi, atau metafora. Cek dulu apakah benar secara ilmu pengetahuan dan konteksnya.

Kita boleh saja menyemangati diri atau orang lain dengan filosofi salmon, asal kita tahu konsekuensinya dan menerapkannya pada konteks yang tepat. Karena, melawan arus itu berisiko tinggi, peluang sukses kecil, tapi tidak mustahil bisa berhasil.

 

04 Desember 2025

Etalase Kemewahan: Negara dalam Pajangan, Rakyat dalam Angan (Satire)

Pejabat berpesta di atas penderitaan rakyat
Joget ala pejabat

Indonesia Laksana Malam

Siapa bilang Indonesia gelap. Bukan, ini bukan gelap. Ini malam. Gelap itu seperti sesuatu yang buruk, tetapi malam tidak. Malam di negeriku ini adalah malam yang indah, tempat kami melepaskan segala lelah.

Di sana, kami sudah tak perlu lagi memikirkan dunia. Kami tinggal menyetorkan uang-uang dan pajak-pajak kepada para pejabat negara, lalu terima beres hasilnya. Itu karena mereka terlalu baik. Mereka tak ingin kami kelelahan mengurus uang-uang dan harta-harta kami sepanjang hari. Dulu, kami suka lupa makan karena sibuk bekerja. Sekarang tidak lagi, melihat mereka makan makanan mewah perut kami kenyang seketika.

Itu semua karena selain negara kami sangat kaya, kami memiliki pejabat-pejabat yang strategik serta peduli rakyat dan negara. Mereka adalah pribadi-pribadi multitalenta, yang unggul di bidang apa saja. Dengan jurus seribu wajahnya, mereka bisa membuat “rakyat” masuk ke berbagai lembaga, atas namanya. Sebut saja pemilihan MA, KPK, KPI, BPK, MK, Mahkamah Kehormatan Dewan, dan Komisi Yudisial, semua harus atas persetujuan mereka. Ini membuat rakyat (baca: DPR) sangat kokoh dan tak bisa dihancurkan oleh siapa saja.

 

Pejabat Negara sebagai Pintu Gerbang Persepsi Dunia

Pada era globalisasi saat ini, kita juga sangat membutuhkan transferable skill, yaitu suatu keahlian yang bisa digunakan lintas bidang. Contohnya, menerapkan ilmu ekonomi ke dunia politik. Negara kami sangat memahami hal tersebut. Oleh karena itu, untuk mempersepsikan bahwa rakyat Indonesia sejahtera dan kaya, maka para pejabat sebagai wakil dari rakyat harus dibekali dengan berbagai fasilitas mewah. Fasilitas tersebut harus menyeluruh, mulai dari makanan mahal, uang rapat mahal, dukungan kendaraaan, tampilan keren, dan tunjangan-tunjangan yang fantastis jumlahnya. Kemewahan ini bertujuan agar Indonesia tak dipandang sebelah mata oleh negara lain, selain juga menunjukkan betapa dermawan rakyatnya.

Jangan lupa, kami rakyat paling dermawan sedunia. Tentu saja kami juga berderma ke pejabat kami dulu sebelum berderma ke lainnya. Pajak mereka kami tanggung, beras mereka juga, transportasi, atau kunjungan kerja mereka ke planet Mars, serta komunikasi mereka dari Mars ke Bumi semua tinggal kami beri. Uang makan pejabat dalam rapat 2 jam saja sebesar 171 ribu, uang hotel maksimal 9,3 juta per orang per hari, bahkan seragam dinas gubernur saja anggarannya bisa mencapai 150 juta lebih.

Hanya pemimpin bervisi besar yang sanggup memikirkan hal ini. Ibarat dagangan, yang paling diinginkan untuk dilirik akan diletakkan di etalase terdepan, dan didesain menyolok sekali. Jika kita ingin hubungan dengan negara lain mulus, kita sangat membutuhkan ini, selain juga dilengkapi dengan dual sistem pembacaan gaji. Sistem ini memungkinkan gaji DPR dibaca dengan mode “rendah hati” dan mode “percaya diri”. Mode “rendah hati” ditulis sebagai gaji pokok 4,2 juta, sedikit lebih tinggi dari UMR Indonesia yang sebesar 3,3 juta. Mode “rendah hati” ini bisa bermanfaat untuk mengesankan kesederhanaan, bahwa mereka itu sangat mewakili rakyat Indonesia, sampai-sampai gajinya saja tidak sebesar UMP Jakarta. Sementara itu, dalam mode “percaya diri”, berdasarkan bocoran dari Mahfud MD., pendapatan total DPR kita dalam sebulan bisa mencapai 2 milyar lebih. Mode “percaya diri” ini lebih bermanfaat untuk mengesankan pada negara lain bahwa Indonesia sangat kaya, kami (baca: mereka/DPR) adalah gambarannya. Dengan demikian, negara-negara lain akhirnya segan dan akan berpikir ulang kalau mau menghina atau mencari gara-gara.

Tapi kemewahan saja tidak cukup. Para pejabat juga menunjukkan betapa mereka peduli pada pendidikan rakyat—dengan cara yang tak biasa.

 

Langsung Mendidik Rakyat dengan Contoh

DPR kami juga tidak suka omong kosong. Mereka suka mendidik rakyat secara langsung, bahkan jika itu bisa mencederai namanya sendiri. Tidak main-main, DPR turun tangan langsung untuk mendidik rakyat agar pandai berhitung, berpikir kritis, dan memprotes jika ada pejabat yang salah. Rakyat begitu heboh ketika "DPR tersebut" salah hitung tentang tunjangan rumah. Padahal, itu "memang strateginya". Hanya pejabat bervisi tinggi dan cinta rakyat yang bisa demikian. Levelnya sudah tinggi, wajar jika banyak orang awam yang pemahamannya belum sampai ke sana.

 

Saat Rakyat Ingin Bertemu Langsung dengan Pejabat

 

Joget teruus (pejabat berjoget di atas penderitaan rakyat)

Negara luar mungkin mengira kami berteriak-teriak karena mengeluh kepada pemerintah. Mengapa kami harus mengeluh jika pemerintah saja sudah menjalankan amanat Pasal 34 ayat 1 UUD 1945. Mereka telah memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar sehingga semakin berkembangbiak jumlahnya. Malahan, kami berbahagia karena bisa berderma semakin banyak kepada negara. Pajak-pajak kami yang gila-gilaan jumlah, jenis, dan kenaikannya itu sebenarnya terlalu kecil bagi kami. Itu berarti negara kami sangat sejahtera. Itu membuat kami tampak keren di mata dunia.

Kami tidak merasa berat karenanya. Bukankah kami rakyat tersantai di dunia? Masalah apa pun tinggal dibawa joget saja. Kami sudah digembleng presiden seperti ini sejak beliau masih mencalonkan diri. Kemudian, karena kami mudah lupa, DPR kembali mengajak kami berjoget ria dari tempat kerjanya. “Jangan dipikir berat-berat, dijogetin saja.” Begitu kira-kira pesannya.

Para pejabat kami memang mengagumkan. Dengan masalah negara yang dianggap seremeh itu baginya, masalah kami jelas tak ada apa-apanya. Itulah mengapa kami berlomba-lomba menulis tentang mereka di media sosial atau melangitkan namanya di dalam doa-doa.

Itu karena mereka membuat beban di pundak kami semakin luar biasa.

 

 

03 Desember 2025

Optimalisasi VCO Indonesia: Strategi Inovasi Terpadu 70/20/10 Berbasis Daya Saing Global

VCO (Virgin Coconut Oil)

 

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa merupakan komoditas penyumbang devisa tertinggi ke-4 di Indonesia setelah kelapa sawit, karet, dan kakao. Di antara berbagai produk kelapa yang diekspor, Virgin Coconut Oil (VCO) adalah produk yang paling menguntungkan. Per Januari 2021, nilai ekonomi VCO telah mencapai 3600 US$/MT (International Coconut Community dalam Sari, 2022). Selain itu, sejak 2012 hingga 2018, rata-rata pertumbuhan nilai impor negara lain terhadap VCO juga menduduki yang teratas, yaitu sebesar 1,45 persen (Trademap 2020 dalam Ismuhar Andhika, dkk., 2022).

Sayangnya, Indonesia belum memaksimalkan potensi tersebut. Persentase ekspor VCO Indonesia sejak 2005-2021 masih di bawah satu persen. Produksinya pun masih berfluktuasi, yaitu dari 60.537 ton pada 2019 menjadi 54.684 ton pada 2022, yang menandakan adanya lost opportunity besar dalam hilirisasi. Akibatnya, pada 2020, Filipina berhasil menggeser posisi Indonesia sebagai produsen kelapa terbesar di dunia. Kondisi Indonesia ini kemudian makin memburuk karena ekspor kelapa yang masih didominasi oleh kelapa bulat juga dilakukan tanpa pengenaan pajak ekspor, yang akhirnya memicu kelangkaan kelapa di dalam negeri baru-baru ini.

Tak hanya itu, optimalisasi kelapa di Indonesia juga mengalami berbagai tantangan signifikan, antara lain:

·      Produktivitas lahan yang stagnan di 1,1 ton/ha,

·      Kapasitas produksi benih kelapa hanya 1 juta unit, sangat jauh dari kebutuhan peremajaan (41 juta benih untuk 378.191 hektar tanaman tua/rusak),

·      Infrastruktur buruk, membuat logistik mahal dan sulit bersaing di pasar global,

·      Hampir semua perkebunan kelapa rakyat masih tradisional, kurang terorganisir, dan kurang produktif dibanding perkebunan negara atau swasta.

·      Meluasnya kerusakan dan konversi lahan serta minimnya regenerasi petani, sehingga mengancam keberlanjutan industri. Bahkan, Ketua Umum Roemah Kelapa Indonesia (RoeKI), Galih Batara Muda, menegaskan Indonesia bukan lagi negara dengan luas lahan kelapa atau produsen kelapa terbesar di dunia.

Meski demikian, ada pula kabar baik dan potensi perbaikan, contohnya keberhasilan VCO dari IKM Al Amin di Kabupaten Lombok Utara (KLU), dalam menembus Bangladesh. Para produsen VCO yang semula VCO-nya tak lolos ekspor dan bingung karena kemahalan jika dijual di dalam negeri (Rp 70-80 ribu), akhirnya mampu memproduksi VCO berkualitas ekspor seharga Rp 30 ribu per liter dan tetap untung. Perbaikan kondisi tersebut terjadi berkat keberhasilan Bank Indonesia (BI) NTB dalam membinanya, membantunya dengan pengadaan mesin, serta meluaskan pembinaan ke petani pemasok untuk meningkatkan efisiensi pemerasan kelapa. Kasus ini membuktikan bahwa dengan intervensi yang tepat, hambatan harga dan kualitas dapat diatasi.

Secara keseluruhan, VCO Indonesia menghadapi tantangan kuantitas dan kualitas: ketersediaan kelapa mentahnya terbatas, ekspor VCO-nya masih rendah, dan kualitas VCO yang diekspor pun masih rendah. Kesenjangan antara data statistik ketersediaan kelapa mentah (misalnya, data Import Dependency Ratio (IDR) dari tahun 2016 – 2020 dalam Sehusman, 2021) dan realitas kelangkaan pasokan bagi masyarakat lokal baru-baru ini (2025) menunjukkan tantangan hulu yang kompleks. Perbedaan ini dapat diakibatkan oleh ekspor kelapa bulat masif tanpa regulasi, masalah rantai pasok dan distribusi, ataupun preferensi petani yang menahan pasokan atau mengalihkannya untuk ekspor. Data yang jadul (hingga 2020) juga tidak sepenuhnya merefleksikan dinamika pasar dan kondisi terkini.

Mengingat kompleksitas masalah dan keterbatasan sumber daya (dana, waktu, tenaga), strategi konvensional yang tergesa-gesa atau investasi masif (seperti penggunaan AI ala Filipina) rawan tidak optimal. Indonesia membutuhkan pendekatan inovasi terpadu yang realistis dan terarah, berfokus pada optimalisasi nilai jual VCO, keberlanjutan pertanian, dan penguatan fundamental dari hulu hingga hilir.

 

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana strategi optimalisasi terpadu dapat diterapkan pada sektor VCO Indonesia untuk memaksimalkan nilai jual, memastikan keberlanjutan bahan baku, dan mengatasi tantangan kuantitas maupun kualitas, melalui pendekatan alokasi sumber daya strategis dan inovatif berbasis data daya saing komparatif (RCA) dan posisi pasar (EPD)?

 

1.3. Tujuan

Merumuskan strategi optimalisasi terpadu bagi VCO Indonesia yang berfokus pada peningkatan nilai jual, memastikan keberlanjutan bahan baku, dan mengatasi tantangan kuantitas dan kualitas, melalui pendekatan alokasi sumber daya strategis dan inovatif berbasis data RCA dan EPD.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1. Potensi dan Tantangan Virgin Coconut Oil (VCO) Indonesia

VCO atau minyak kelapa murni merupakan minyak kelapa yang diproleh lewat pemanasan minimal dan tanpa proses pemurnian kimiawi. Kandungannya yang kaya asam laurat (50%) menyebabkan sifatnya serupa dengan Air Susu Ibu (ASI), yaitu memiliki sifat antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Oleh karena itu, VCO banyak dimanfaatkan di dalam sektor kesehatan dan kecantikan.

Namun, meskipun potensi pasarnya tinggi, kuantitas dan kualitas VCO Indonesia masih sangat kurang. VCO Indonesia harus memiliki kadar asam laurat 43-53 persen, asam kaproat 0,4-0,6 persen, asam kaprat 4,5-8 persen, peroksida 3 mg per kg, arsenik 0,1 mg per kg dan tembaga 0,4 mg per kg agar bisa lolos ekspor (Anny Hartati dan Altri Mulyani, 2009). Selain itu, dengan struktur pasar VCO yang monopoli cenderung oligopoli, Indonesia harus memiliki daya saing dan posisi pasar yang baik dibandingkan dengan negara-negara kompetitornya.

 

2.2. Analisis Daya Saing (RCA)  dan Posisi Pasar (EPD) VCO Indonesia di Pasar Global

Analisis ini menggunakan data Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Posisi Pasar (Economic Position Diagram/EPD) yang bersumber dari UN Comtrade 2022 dalam Lussi Oktania dan Arini H. (2023) untuk menilai daya saing VCO Indonesia di pasar global utama, yaitu sebagai berikut:

Ø Rising Star: VCO Indonesia menunjukkan posisi rising star di Tiongkok, Amerika Serikat, Rusia, dan Sri Lanka.

·       Di Tiongkok, Indonesia adalah importir terbesar (32% pangsa pasar pada 2022). RCA Indonesia (40,74) bersaing ketat dengan Filipina (43,41) yang menunjukkan tren tidak stabil.

·      Di Amerika Serikat, meskipun berposisi rising star, RCA Indonesia (21,80) masih jauh di bawah Filipina (161,4).

·      Rusia adalah pasar sangat potensial dengan RCA Indonesia yang sangat tinggi (447,48), jauh melampaui Filipina (44,05) dan Malaysia (103,82).

·      Di Sri Lanka, RCA Indonesia (29,96) masih jauh di bawah Filipina (294,46) meskipun berposisi rising star.

Ø Retreat: VCO Indonesia berada dalam posisi retreat di Korea Selatan, Perancis, dan Jerman, yang menandakan adanya penurunan ekspor.

·      RCA Indonesia di Korea Selatan (21,80) sangat jauh di bawah Filipina (161,4).

·      Di Perancis (RCA 0,36) dan Jerman (RCA 0,09), VCO Indonesia hampir tidak berdaya saing komparatif.

Ø Falling Star: VCO Indonesia berada pada posisi falling star di Singapura, menunjukkan kurang optimalnya pemanfaatan peluang pasar. Meskipun RCA rata-rata Indonesia (12,19), mengungguli Filipina (2,52) dan Malaysia (3,81), tren RCA Filipina justru naik signifikan (dari 0,31 pada 2018 menjadi 6,97 pada 2021), mengancam keunggulan kompetitif Indonesia di pasar regional ini.

Secara keseluruhan, analisis EPD menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa pasar rising star, dominasi posisi retreat dan falling star di pasar lain menegaskan tantangan daya saing serius bagi VCO Indonesia. Ini menandakan perlunya strategi yang menyeimbangkan penguatan pasar yang ada dengan ekspansi ke pasar baru yang menuntut kualitas dan efisiensi lebih tinggi.

 

2.3. Kerangka Strategi Inovasi dan Alokasi Sumber Daya: Mengadopsi Aturan 70/20/10

Untuk mengoptimalkan investasi dan inovasi dalam pengembangan VCO Indonesia, strategi alokasi sumber daya dapat mengadopsi Aturan 70/20/10, yang mengelompokkan investasi berdasarkan risiko dan potensi dampak (Nagji, B., & Tuff, G. 2012. Harvard Business Review).

Ø 70% Inti (Core): Mengoptimalkan yang Ada

Fokus utama pada penguatan pasar VCO yang sudah kuat dan menghasilkan keuntungan (rising star), yaitu Tiongkok dan Rusia. Investasi digandakan untuk perbaikan kualitas dan kuantitas produk yang sudah diekspor, memastikan konsistensi dan peningkatan volume. Hal ini didukung melalui penyediaan alat bantu produksi yang lebih memadai, pelatihan intensif untuk peningkatan efisiensi operasional, serta penggunaan bibit unggul kelapa (misal: varietas pendek, cepat berbuah, dan berbuah banyak). Selain itu, optimalisasi rantai pasok dari hulu ke hilir menjadi kunci, memastikan ketersediaan bahan baku stabil untuk produksi massal VCO standar ekspor.

Jadi, untuk daerah yang produksinya sudah banyak atau baik, kelapanya sudah unggul, produknya sudah unggul, petani atau pengolah produk kelapanya yang sudah baik (berkualitas ekspor) maka area, bibit, petani, dan pengolah kelapa tersebut yang diutamakan untuk diberdayakan lebih lanjut duluan. Selain itu, kita juga perlu belajar pada petani/pengolah/pemasar kelapa yang sudah berhasil, misalnya, jika dia satu-satunya orang yang berhasil menembus pasar Jepang, padahal yang lain tidak berhasil, maka orang yang lain belajar padanya, atau orang tersebut dibantu dalam hal teknis atau lainnya agar hasilnya baik secara stabil, serta kualitas dan kuantitas produknya meningkat.

 

Ø 20% Pendamping (Adjacent): Memperluas Kapabilitas

Strategi ini berinvestasi pada produk, kapabilitas, atau pasar baru yang terkait erat dengan bisnis inti. Untuk VCO Indonesia, ini berarti pengembangan pasar retreat dan lost opportunity. Contohnya adalah pengembangan VCO untuk segmen pasar menengah di pasar sensitif harga seperti Korea Selatan, Jerman, dan Perancis, atau mengincar pasar niche baru. Ini juga mencakup pengembangan produk turunan VCO bernilai tambah lebih tinggi (misal: farmasi, kosmetika), serta menciptakan “Pusat Keunggulan Kelapa” (Coconut Center of Excellence) di sentra produksi seperti Lombok Utara, yang dapat mereplikasi keberhasilan IKM Al Amin dalam mengatasi tantangan harga melalui efisiensi dan pembinaan.

 

Ø 10% Transformasi (Transformative): Inovasi Berani untuk Masa Depan

Bagian ini adalah investasi pada ide-ide baru berisiko tinggi tetapi berpotensi memperbaiki masa depan industri. Pada VCO Indonesia, ini melibatkan:

·      Pengembangan perkebunan kelapa monokultur skala besar dengan penerapan teknologi maju (AI dan IoT): wilayah dengan area perkebunan kelapa terbesar (misalnya Sulawesi Utara dan Tengah) dan bertipe monokultur dapat dioptimalkan dengan teknologi (misalnya: drone, sensor tanah, dan AI). Hal ini bertujuan untuk mengatasi stagnasi produktivitas hulu melalui optimalisasi hasil, efisiensi manajemen, konsistensi kualitas/kuantitas, serta efisiensi panen dan logistik.

·      Regulasi dan pengenaan bea keluar pada ekspor kelapa bulat: Mengalihkan pasokan kelapa mentah ke industri hilir dalam negeri untuk mengatasi kelangkaan bahan baku dan meningkatkan nilai tambah domestik.

·      Riset dan pengembangan pemanfaatan kelapa tua/rusak serta ekonomi sirkular: Mengolah 378.191 ribu hektar tanaman kelapa yang tak menghasilkan atau memanfaatkan limbah kelapa (misal: bungkil, tempurung) menjadi produk bernilai tambah (misal: bioenergi, pakan maggot), guna menciptakan ekosistem berkelanjutan.

 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

VCO Indonesia memiliki potensi ekonomi besar di pasar global tetapi mengalami berbagai tantangan signifikan di hulu dan hilir, termasuk kelangkaan bahan baku (meskipun ada klaim ketersediaan), produktivitas rendah, dan daya saing yang bervariasi di pasar ekspor. Analisis daya saing (Revealed Comparative Advantage/RCA) dan posisi pasar (Economic Position Diagram/EPD) menunjukkan peluang di pasar seperti Tiongkok dan Rusia (rising star), tetapi juga kelemahan di pasar lain (retreat di Korea Selatan, Jerman, Perancis, serta falling star di Singapura dengan ancaman tren Filipina). Oleh karena itu, kombinasi antara aturan 70/20/10 yang diterapkan pada hasil RCA dan EPD Indonesia merupakan strategi optimalisasi yang terpadu bagi VCO Indonesia agar kita dapat mengalokasikan sumber daya secara efisien, memaksimalkan nilai jual VCO, dan menjamin keberlanjutannya.

Tak semua perbaikan harus langsung berfokus pada penggunaan AI besar-besaran atau upaya mahal lainnya. Dengan langkah strategis kita dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada sambil bertahap menuju perbaikan ideal yang diharapkan.

 

Saran

Untuk mengoptimalkan VCO Indonesia dan mengatasi hambatannya, disarankan:

·      Mengutamakan investasi 70% pada pasar rising star (Tiongkok, Rusia) melalui peningkatan efisiensi operasional dan penguatan rantai pasok,

·      Mengalokasikan 20% investasi pada pengembangan pasar Adjacent, termasuk produk turunan VCO dan pembangunan Coconut Center of Excellence di sentra produksi seperti Lombok Utara,

·      Menyisihkan 10% investasi untuk inisiatif transformasi seperti pengembangan perkebunan monokultur berbasis AI/IoT, pengenaan bea keluar pada ekspor kelapa bulat, dan riset ekonomi sirkular kelapa, guna memastikan keberlanjutan dan daya saing jangka panjang.

 

 

 

Daftar Pustaka

Akhbar, M.A. 2023. Peluang Pasar: Virgin Coconut Oil (VCO). Https://ukmindonesia.id/baca-deskripsi-posts/peluang-pasar-virgin-coconut-oil-vco/ . Diakses tanggal 29 Juni 2025.

Andri, K.B. 2025. Optimisme Industri Kelapa Indonesia. Https://perkebunan.bsip.pertanian.go.id/berita/optimisme-industri-kelapa-indonesia. Diakses tanggal 25 Juni 2025.

Andhika, Ismuhar, dkk. 2022. Daya Saing Produk Kelapa Indonesia di Negara Tujuan. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA). Volume 6, Nomor 4 (2022): 1632-1643. IPB.

Anny H. dan Altri M. Profil dan Prospek Bisnis Minyak Dara (Virgin Coconut Oil/VCO) di Kabupaten Cilacap. J. Agroland 16 (2) : 130 - 140, Juni 2009.

Anonim. 2024. Kalah dari Filipina, RI Mulai Hilirisasi Kelapa. Https://epaper.mediaindonesia.com/detail/kalah-dari-filipina-ri-mulai-hilirisasi-kelapa. Diakses tanggal 25 Juni 2025.

Anonim. 2025. Kembalikan Kejayaan Kelapa di Indonesia dan Dunia, IPB University Teken Mou dengan RoeKI. Https://www.ipb.ac.id/news/index/2025/01/kembalikan-kejayaan-kelapa-di-indonesia-dan-dunia-ipb-university-teken-mou-dengan-roeki/. Diakses tanggal 25 Juni 2025.

Arini, S.C. 2025. Harga Kelapa Naik, Ternyata Banyak Diekspor ke China hingga Vietnam. Https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7937190/harga-kelapa-naik-ternyata-banyak-diekspor-ke-china-hingga-vietnam. Diakses tanggal 25 Juni 2025.

Hidranto, F. 2024. Industri Kelapa Indonesia, dari Kebun Rakyat hingga Pasar Dunia. Https://indonesia.go.id/kategori/editorial/8468/industri-kelapa-indonesia-dari-kebun-rakyat-hingga-pasar-dunia. Diakses tanggal 25 Juni 2025.

Https://media.neliti.com/media/publications/457952-none-c827e23a.pdf

Https://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/4770/6/BAB%201.pdf

Nagji, B., & Tuff, G. 2012. Managing Your Innovation Portfolio: People throughout Your Organization Are Energetically Pursuing the New. But Does All That Activity Add up to a Strategy? Harvard Business Review, 66-73.

Oktania, L. dan Arini H. 2023. Analisis Daya Saing Ekspor Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) di Negara Tujuan Utama. Bogor: IPB.

Sari, R.P. 2022. Analisis Ekspor Virgin Coconut Oil (VCO) Indonesia dalam Perdagangan Internasional. Skripsi Prodi Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Padang: Universitas Andalas.

Sehusman, 2021. Analisis Kinerja Perdagangan Kelapa. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Semester I 2021.