25 Oktober 2025

Review Buku "Wait! I Need to Overthink!"

"Wait! I Need to Overthink!"

(From panicked and trapped to observant and intentional) 

Penulis: Nick Trenton


Review Buku "Wait! I Need to Overthink!" oleh Nick Trenton

I Need to Overthink? Lah, kok? Judul yang aneh banget. Di saat buku-buku lain ngajari How to Not Overthink atau Don't Overthink It eh buku ini malah ngajari beda. Overthinking will kill your peace, kenapa kamu malah ngajari overthinking? 

Bingung nggak sih?

Tapi tenang karena judul itu hanya satire, alias menyindir halus. Dia juga berisi cara mengatasi overthinking berlebihan.


Buku ini dibuka dengan penjelasan bahwa emosi adalah data, bukan arah. Dia bukan positif atau negatif, dan juga bukan diri kita. Emosi hanya bagian dari diri kita. Dia ada untuk memberi informasi kepada kita akan sesuatu. Dengan melacaknya, kita bisa memahami pesan apa yang dibawanya. Hal ini penting agar kita tidak overthinking.


Bagi yang belum tahu, arti overthink adalah berpikir berlebihan, sedangkan padanan kata overthinking, menurut penulisnya, adalah ruminasi. Ruminasi ada 3 jenis dan masing-masing jenisnya ini menyebabkan tampilan luar (coping mechanism) yang berbeda-beda pada penderitanya.


Terjadinya overthinking seringkali dipengaruhi oleh pikiran-pikiran kita yang salah, baik yang berasal dari asumsi, keyakinan inti (core belief), ekspektasi, bias, maupun narasi pribadi (personal naratif). Pikiran-pikiran yang pesimis, powerless (tak berdaya)/bermental korban adalah beberapa di antaranya. Oleh karena itu, memiliki pikiran yang lebih baik juga dapat memperbaiki overthinking. Dengan kata lain, dengan memperbaiki pikiran kita kecemasan berlebihan kita juga akan menurun. Karena overthinker person biasanya suka cemas berlebihan, baik mengalami kecemasan masa depan atau kecemasan lainnya. 


Di buku ini dijelaskan lebih detail tentang pikiran-pikiran yang salah tersebut dan cara-cara mengatasinya. Hal-hal yang salah dalam diri kita bisa menyamar ke dalam bentuk aturan yang kita pegang, intuisi (apa yang kita anggap intuisi), cara kita menerjemahkan/menginterpretasikan sesuatu, dan segala sesuatu yang intinya bukan kenyataan tetapi dianggap kenyataan oleh orang itu sendiri (pemilik pikiran itu sendiri).


Banyak penyebab overthinking dan banyak juga variasi cara mengatasinya, tidak hanya tentang mengatasi perasaan buruk/overthinking tersebut tetapi juga mengatasi risiko-risiko nyata terhadap apa yang kita cemaskan tadi. Ada aksi nyatanya, tidak hanya berputar-putar dalam pikiran. Karena terkadang kamu memang perlu melakukan sesuatu.


Buku ini isinya bagus, tetapi perlu perbaikan pada cover dan layoutnya. Covernya terkesan merendahkan orang-orang yang overthinking (disamain sama monyet), dan layoutnya membuat sangat tidak enak dibaca, melelahkan, dan membosankan. Selain itu struktur dan alurnya perlu diperbaiki agar ramah untuk mata dan keterbacaan enak dan nyaman.

 

Habis baca buku ini kamu mungkin nggak akan overthinking lagi. Yang lain pada galau "Habis stalking terbitlah overthinking", tapi nggak berlaku buat kamu, karena kamu uda dibekali senjatanya. Nyante aja jadinya.


Jadi, biarpun judulnya sok-sok nyuruh overthinking, buku Wait! I Need to Overthink! isinya malah berupa cara mengatasinya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.