26 Desember 2017

Resolusi 2018: Menjadi Pribadi yang Sinergis dan Lebih Bertanggungjawab



Resolusi 2018: Menjadi Pribadi yang Sinergis dan Lebih Bertanggungjawab

 Akhir tahun ini aku merenungkan hidup dengan sungguh-sungguh. Dibandingkan dengan usiaku, apa yang kuraih masih terlalu minim. Apalagi, bila dibandingkan dengan jatah hidup rata-rata umat Muhammad, sudah terbilang separuh jalan lebih. Hampir tiba “masanya”. Sementara masa muda entah sudah kuhabiskan untuk apa, aku tahu nilai hisab masa muda sudah tak bisa diselamatkan lagi. Barangkali nol atau bahkan minus. Tapi aku masih punya kesempatan di setengah jalan yang tersisa. Keputusan yang akan menyelamatkan hisab waktuku dan juga seluruh kehidupanku. 

Pasti ada yang salah, dan harus segera kuperbaiki, begitu tekadku. Untuk itu, mula-mula kuketahui di mana letak kesalahannya; yaitu dibantu dengan melahap buku-buku pengenalan diri, motivasi, dan pengembangan diri. Bahkan, buku-buku tentang rumah tangga. Tujuannya satu, merombak total hidupku. 

Aku membaca begitu banyak buku, lalu kupilah-pilah mana yang bisa diterapkan. Kemudian langsung action, saat itu juga.

Bicara tentang perencanaan hidup, aku sudah sering membuatnya, namun seringkali gagal kupatuhi/kucapai. Oleh karena itu, kali ini kulakukan penyesuaian-penyesuaian lagi, agar lebih aku banget.

Resolusiku untuk tahun 2018 terbilang sangat sederhana dibanding orang lain. Hanya tentang perbaikan diri sendiri. Dengan modal waktu, energi, dana, dan modal-modal lain yang terbatas, semua harus kuatur secermat mungkin.

Aku sadar bahwa segala aktivitasku membutuhkan waktu, energi, dan dana yang sama. Dalam arti, waktunya ya 24 jam itu. Energinya ya sejumlah yang kumiliki itu. Begitupun dana. Maka aku bisa jelaskan di sini:

1.    Waktu yang sama

Resolusi 2018: Menjadi Pribadi yang Sinergis dan Lebih Bertanggungjawab
 Waktu 
Sumber: Pixabay

Waktuku cuma 24 jam per hari dan secara jangka panjang hanya sebatas takdir umur aku. Mau kugunakan untuk makan, tidur, belajar, bekerja, atau apapun menggunakan jatah waktu yang sama. Akan mengurangi yang 24 jam itu, dalam sehari. Sedangkan aku tahu waktu tidak akan kembali. Dia adalah umurku.

2.    Energi yang sama
Energi pun sama, terbatas. Sebagai manusia normal, aku tentu tidak bisa bekerja non stop. Perlu ada pengaturan masukan (input) dan keluaran (output) yang tepat agar penggunaannya bisa sehemat dan seefisien mungkin. Kesalahan dalam pemilihan sesuatu atau tindakan bisa berdampak pada pengurangan energi yang bahkan bisa drastis, lalu mempengaruhi aktivitas-aktivitasku selanjutnya.

3.    Dana yang  sama
Dananya juga sama, sejumlah total yang aku punya. Jadi harus diatur dengan sangat teliti.

Dalam pengaturannya, di beberapa bulan terakhir ini aku sudah melakukan hal-hal berikut: 

1.    Berlatih sholat fardhu selalu tepat waktu
Ini adalah yang terpenting bagiku sebagai umat muslim. Apalagi, pilihan hidupku termasuk yang dikatakan sulit kaya bagi sebagian besar orang.

2.    Merapikan file dan folder laptop, tablet, dan HP; sms, dan medsos
Langkah ini untuk menuju kepada kepraktisan dan penghematan waktu, energi, dan dana.

Dokumen yang rapi

Resolusi 2018: Menjadi Pribadi yang Sinergis dan Lebih Bertanggungjawab
Folder gambar rapi

 3.    Mengevaluasi pertemanan/lingkungan
Pertemanan yang baik akan mendukung pertumbuhan dan memberi pengaruh positif. Langkah ke-2 dan ke-3 ini masih belum seluruhnya. Bertahap.
Teman dan lingkungan yang baik dapat menghemat energiku. Sebagaimana diketahui, marah, bad mood, atau suasana hati buruk lainnya sangat menguras energi. Itu pemborosan dan harus kuhindari.

4.    Berlatih mendisiplinkan diri untuk senam setiap pagi

Senam SKJ 88

Senamnya singkat, hanya sekitar 5 menit. Senam ini sangat dibutuhkan karena pekerjaan sebagai penulis banyak duduk dan kurang gerak. Pelaksanaannya pagi hari karena saat bangun tidur hormon stres terkumpul. Dengan senam aku bisa menghilangkannya. Sesuai dengan anjuran pada buku-buku yang kubaca, senam sebaiknya dilakukan pagi hari.
Kesehatan bisa menghemat waktu, energi, dan dana. Kalau aku sehat, kerja bisa lebih cepat, energi lebih berlimpah, juga tidak perlu uang untuk berobat. Tidak mengganggu aktivitas orang lain juga. Karena kadang sakit ikut mengganggu “sirkulasi hidup” orang lain dengan mengantar ke dokter, merawat, atau lainnya. Aku bisa melakukan lebih banyak hal, bisa makan lebih bebas/bervariasi, bisa tidak berbuat buruk kepada orang lain, dan lain-lain. Bagaimanapun juga, biasanya orang sakit cenderung bad mood. Ini tidak baik untuk hubungan.

5.    Berlatih konsentrasi
Sudah lama aku termakan teori bahwa multitasking itu baik. Ternyata itu salah. Oleh karenanya, aku kembali berlatih untuk konsentrasi dan fokus pada 1 hal saja. Dengan pengaturan waktu dan prioritas yang baik, aku tidak perlu multitasking atau tergesa-gesa dalam hal apapun.

6.    Berlatih untuk selalu bahagia
Jadi begini, bahagia itu bisa dilatih. Jika aku berpura-pura bahagia meskipun sebenarnya tidak, maka perasaanku akan membaik. Salah satu upaya yang telah kulakukan adalah sering-sering tersenyum. Berlatih tersenyum. Secara energi ini pun baik, karena tersenyum lebih hemat energi daripada cemberut.

7.    Mencoba untuk menghitung lama setiap kegiatan dan kapan waktu yang tepat
Pastikan setiap kegiatan itu pas waktunya dan dilakukan pada saat yang optimal, sesuai kondisiku.

8.    Membuat rencana A-Z
Rencana cadangan sangat dibutuhkan, tetapi harus sinergis. Sehingga hemat waktu, energi/tenaga, dan dana. Misalkan rencana yang satu belum berhasil, tidak mulai lagi dari nol. Sudah ada “modalnya”.

9.    Membuat kegiatan yang sinergis
Misalnya, aku suka membaca dan aku juga seorang penulis. Maka buku-buku yang kubaca bisa kujadikan bahan tulisan. Bisa juga nantinya akan kujadikan perpustakaan atau kujual. Contoh lain, ada beberapa web bersama yang kuikuti. Ada yang persyaratan jumlah katanya 200 (seingatku), 400, dan 500. Yang tertinggi kan 500. Jadi agar bisa dilempar-lempar ke web ini itu, kupersyaratkan pada diri sendiri minimal 500 kata. Itu kalau aku ingin menulis ke web bersama. Atau kalau memang benar-benar tidak diterima di mana-mana, bisa kuletakkan di blogku sendiri, atau sebagai bahan bukuku mungkin, atau kukirim ke majalah/koran. Apa saja boleh, yang penting sinergis.

10.    Bertindak efisien
Kalau dulu aku sangat perfeksionis, sekarang aku lebih berorientasi ke tujuan/efisiensi. Aku tidak terlalu menetapkan standar terlalu tinggi lagi kecuali untuk lomba. Aku melihat sendiri bagaimana poin iklan itu sangat lama bergerak, atau bahkan nyaris tak bergerak. Penerbit pun begitu, diprosesnya sangat lama, dan tetap tidak jelas akan terbit atau tidak. Jadi, kutetapkan, 1 artikel sekitar 500 kata saja sedangkan 1 buku sekitar 150 halaman saja. Ngepas. Karena penerbit buku nonfiksi rata-rata mensyaratkan minimal 150 halaman. Standarku cukup “baik”, bukan sempurna atau mendekati sempurna.

11.    Menetapkan Jumat sebagai hari libur (me time), yaitu hari ibadah pol-polan, dan rencananya sekaligus sebagai hari evaluasi penerapan latihanku selama seminggu itu.

12.    Memprioritaskan awal hari dengan aktivitas yang terpenting dan berguna bagiku, bukan untuk orang lain
Sesuai dengan anjuran Brian Tracy, awal hari berusaha kuisi dengan sesuatu yang berefek besar bagi masa depan.

13.    Belajar disiplin bekerja, baik sedang mood ataupun tidak
Aku berlatih membiasakan diri untuk menulis 1 tulisan setiap hari.

14.   Belajar aplikasi bahasa Mandarin, 1 sampai 2 kategori per hari. Terkadang juga ditambah dengan train-nya.

Resolusi 2018: Menjadi Pribadi yang Sinergis dan Lebih Bertanggungjawab
 Aplikasi Hello Chinese


Kategori di aplikasi Hello Chinese


 15.    Mengurangi waktu cek email, sms, dan medsos
Sempat kutetapkan bahwa cek email, sms, dan medsos hanya 2 kali sehari. Yaitu sekitar jam 11 dan sekitar jam 5 sore. Sedangkan chat, bila tidak penting, kutetapkan waktunya hanya jam 7-8 malam. Tetapi, ini masih perlu banyak latihan, dan mungkin juga evaluasi terus-menerus.

16.    Memberlakukan 1 aktivitas maksimal 1,5 jam saja, lalu jeda dan melakukan lintas kegiatan
Cara ini membuat lebih hemat energi, tetapi di dalam hal ini aku juga masih memerlukan banyak latihan .

Hal-hal di atas adalah bagian dari tahap persiapan. Akhir tahun ini memang aku masih lebih mengutamakan perencanaan, trial and error (uji coba atau pengamatan), dan pembiasaan. 

Untuk tahun 2018 sendiri resolusiku adalah seperti di bawah ini:
1.    Januari: belajar membuat 2 tulisan per hari.
2. Februari: memperdalam ilmu menulis nonfiksi, sekaligus prakteknya (memperbaiki kualitas tulisan).
3.    Maret: memperdalam ilmu tentang blog.
4.    April: memperdalam ilmu tentang SEO.
5.    Mei: memperdalam ilmu tentang pemasaran tulisan.
6.    Juni: belajar corel draw.
7.    Juli: belajar membuat 3 tulisan per hari.
8.    Agustus: memperbaiki kemampuan bahasa Inggris dan belajar memotret.
9.    September: memperbaiki kemampuan bahasa Inggris.
10.    Oktober: membuat buku dan belajar menggambar
11.    November: membuat buku dan belajar membuat tulisan tangan yang baik
12.    Desember: membuat buku

Berhubung aku orangnya kurang disiplin dan mudah lupa, maka hanya ada 1-2 target utama  setiap bulan. Belajar dari pengalaman terdahulu, target yang terlalu banyak tidak baik. Begitupun jadwal yang terlalu ketat. Aku butuh suatu pembiasaan yang bertahap, selain juga untuk membantu meningkatkan fokus dan konsentrasi.

Intinya, di tahun 2018 nanti aku akan menjadi lebih bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan hidupku. Segalanya akan kupilih dengan cermat dan dengan kesadaran penuh; baik respon, kebiasaan, makanan, ataupun lainnya. Lalu disiplin dan konsisten di dalam pelaksanaannya.

Yah, itulah resolusiku. Minta doanya ya para pembaca sekalian!