10 April 2022

Review Buku "Solving the Procrastination Puzzle"

"Solving the Procrastination Puzzle," a concise guide to strategies for change

Penulis: Timothy A. Pychyl


Procrastination atau penunda-nundaan adalah masalah umum kita bersama. Pada satu atau beberapa kasus, mungkin kita melakukannya atau sering melakukannya. 


Mungkin kamu masih ingat istilah SKS (Sistem Kebut Semalam) atau deadliner (orang yang suka mepet deadline), itu juga bagian dari procrastination.


Buku "Solving the Procrastination Puzzle" ini bentuknya berupa studi kasus dari koleksi postingan blog untuk Psychology Today. Jadi, di situ ada kasus trus dikomentari penyebabnya apa dan diberi solusi sekalian.


Mulanya penulis menjelaskan kalau nggak semua penunda-nundaan itu jelek. Ada yang memang dibutuhkan dan itu nggak termasuk procrastination. Kemudian penulis mengurai macam-macam bentuk penunda-nundaan yang negatif/destruktif (termasuk procrastination) ke dalam berbagai contoh studi kasus tadi. 


Ada bahasan mengapa komitmen dan motivasi saja tidak cukup, mengapa perfeksionis dan self consciousness tinggi juga bisa termasuk bentuk procrastination, sifat-sifat atau kepribadian-kepribadian yang berhubungan erat dengan procrastination serta cara mengatasinya, dan masih banyak lagi.


Di sini, penulis mengambil pendekatan yang berbeda dengan penulis buku "Conquer Fear!" tentang penyebab deadliner, begitupun cara mengatasinya. 

Begitupun perspektif tentang self consciousness yang tinggi. Salah satu buku relationship (lupa judulnya, mungkin "The Secret of Happy Marriage") itu nyuruh kita untuk nyari calon yang consciousness-nya tinggi (untuk menghindari psikopat, dll), lah di buku procrastination ini kok malah negatif atau seperti bertolak belakang. Dia ngasih 3 resep utama sih ya, tapi nggak kubocorin di sini. 

Tapi aku juga bingung, sama nggak sih consciousness dengan self consciousness? Kok aku pernah ngisi tes psikologi berbahasa Inggris itu keduanya dibedakan. 


Kembali ke buku "Solving the Procrastination Puzzle" ini, dia adalah buku yang disisipi kartun-kartun. Jadi, sebenarnya dia sudah berusaha untuk kreatif dengan adanya kartun-kartun ini dan formatnya yang berupa studi kasus, yang berbeda dengan buku procrastination pada umumnya. Selain itu, dia punya kelebihan berupa halamannya yang sedikit.


Meski demikian, aku kurang nyaman aja bacanya. Ada buku lain tentang procrastination yang sepertinya lebih kusukai (tapi belum kureview).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.