Berawal dari kata, untaian kata
kemudian terjalin menjadi kalimat. Kalimat itu kemudian kita yakini dan menjelma
menjadi suatu tindakan (untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu). Tindakan
ini akan menentukan hidup kita. Dari sini kita perlu menggarisbawahi bahwa
menyaring setiap informasi itu sangat penting. Adakalanya ucapan, kritik,
saran, nasehat, pernyataan, dan lain-lain kurang tepat adanya.
“Siap grak! Maju...jalan!” komando seperti
ini sering kita jumpai pada saat kegiatan baris-berbaris. Bertahun-tahun saya meyakini bahwa saya hanya
perlu untuk maju, andaipun tak bisa berlari maka berjalanlah, kalau tak bisa
berjalan merangkaklah. Pokoknya bagaimanapun caranya saya harus maju. Banyak orang
berkata kepada saya, “Lakukan saja terus, nanti lama-lama akan menjadi ahli
dengan sendirinya.” Orang yang lain berkata, “Yang penting praktek, prakteknya
diperbanyak.” Sebagai penulispun sering terdengar pernyataan, “Kirim saja terus
pasti nanti akan ada yang dimuat.”
Saya tidak bermasalah dengan
kesungguhan hati, saya pun meyakini penuh bahwa kegigihan adalah faktor
pendukung kesuksesan. Akan tetapi, ada “lubang” di balik kesungguhan hati dan
kegigihan tersebut, yaitu terkait dengan pernyataan-pernyataan di atas. Bertahun-tahun
saya hanya tahu berusaha terus sampai berhasil, praktek terus, dan hasilnya...?
Ibarat menebang kayu dengan kapak, saya terus menebang dengan jarang sekali
mengasah kapaknya. Bukan berarti cara ini tanpa hasil, tetapi membutuhkan waktu
yang lebih lama.
Ketika kita melakukan hal yang sama
dan tidak mengambil pelajaran di dalamnya serta tidak memperbaiki diri maka
hasilnya akan sama. Hindari untuk melakukan kesalahan yang sama dua kali,
apalagi lebih.
Mulailah saya #BeraniLebih untuk
mengerahkan segenap daya dan upaya (all out). Praktek saya dukung dengan teori,
lalu setelah saya aplikasikan saya evaluasi lagi di mana letak kekurangannya. Saya
yang tadinya meyakini bahwa banyak hal bisa dilakukan secara otodidak, mulai memperbaiki
keyakinan tersebut. Memang benar bahwa banyak hal bisa dilakukan secara
otodidak, tetapi adanya guru yang tepat bisa memperpendek tahap proses
pembelajaran. Dengan demikian, kesuksesan bisa diraih dengan lebih cepat. Saya membutuhkan
guru yang mahir di bidang tersebut, guru yang bisa mengajar saya dengan baik,
guru yang nyaman, dan sebagainya. Mulailah saya mencari guru tersebut. Tak
hanya itu, saya mulai mempersiapkan segalanya dengan lebih baik, benar-benar all out. Targetnya adalah kesuksesan itu
sendiri, bukan iseng/coba-coba.
Ketika orang berkata “Nanti
lama-lama akan ahli sendiri”, “Yang penting praktek”, atau “Kirim saja terus
pasti nanti akan ada yang dimuat” terkadang tujuannya adalah untuk memotivasi,
tapi bisa menjadi sesuatu yang menjerumuskan kalau tidak disikapi dengan tepat.
Di dalam pernyataan tersebut juga ada kesan merendahkan yang implisit, yaitu
bahwa penulis akan dikasihani. Karya yang dimuat / diterbitkan adalah karena
dikasihani. Beberapa orang berpikir dengan mengirim karya terus-menerus tulisan
itu akan menjadi membaik dengan sendirinya, sehingga layak muat / terbit.
Tidak, itu tidak benar. Kalau kita tidak melakukan perbaikan, hasil karya kita
akan seputar itu saja kualitasnya, tidak akan pernah mencapai standar mereka. Media
massa tidak akan mau mengambil risiko memuat atau menerbitkan tulisan yang di
bawah standar mereka. Ada nama yang dipertaruhkan, untung rugi, dan berbagai
hal lain di sana. Hindarkan keyakinan semacam itu! Lakukan segala usaha dengan
segenap daya dan upaya lalu berbanggalah karena kita memang pantas mendapatkan
hasil terbaik darinya.
Twitter: https://twitter.com/danau_kenangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.