02 April 2018

Hantu, Jin, Malaikat, dan Siksa Kubur


Hantu, Jin, Malaikat, dan Siksa Kubur
Alam gaib (ilustrasi)

Apakah Hantu Itu?

Kita mungkin sudah tidak asing dengan yang namanya hantu. Ada kuntilanak, genderuwo, pocongan, tuyul, dan berbagai bentuk aneh lainnya. Akan tetapi, pengertian hantu itu sendiri hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Apakah itu jin yang sengaja mewujud menjadi bentuk-bentuk menakutkan untuk menakut-nakuti manusia? Apakah makhluk gaib tapi bukan jin? Ataukah halusinasi dan semacamnya yang mengarah ke gangguan jiwa atau proses alami tubuh (pada kondisi tertentu)? Atau suatu teknologi yang dikuasai jin yang diterapkan pada manusia (atau dari manusia ke manusia lain) tanpa sepengetahuan manusia itu? Ataukah roh orang mati?

Di dalam situs Indocropcircles, para ilmuwan mengatakan, hantu akan terlihat bila otak terkena frekuensi sangat rendah/VLF (Very Low Frequency). Penampakan hantu terjadi karena dipicu oleh disfungsi cara kerja otak yang telah terpengaruh oleh VLF tersebut. Gelombang VLF ini mempengaruhi bagian-bagian otak yang mengatur sistem keseimbangan dan kesadaran. Kemudian, akan mempengaruhi indera-indera yang tersambung dan terkoordinasi kepadanya. Sehingga mata melihat benda yang tak ada menjadi ada, telinga mendengar aneh-aneh, kulit merinding, dan sebagainya. 

Sedangkan pada Kompasiana (https://goo.gl/bEjwxB), disebutkan beberapa kondisi yang dapat menimbulkan sensasi bertemu makhluk halus,  yaitu:

1.   Pernah terkena kejutan listrik atau sambaran petir (tetapi selamat);
2.   Tinggal di rumah yang terbuat dari tanah liat;
3.   Demam (panas badan tinggi);
4.   Sangat lapar;
5.   Salah makan (di dalam makanan terkandung zat-zat tertentu, misalnya mengandung senyawa-senyawa neurotransmitter);
6.   Dalam keadaan mabuk (karena minuman beralkohol atau narkoba);
7.   Sibuk dan bekerja terlalu keras;
8.   Menahan kantuk (misalnya, karena pekerjaan yang mengharuskan):
9.   Berkendara sendirian di malam hari;
10.  Berlayar sendirian di tengah laut; atau
11.  Habis bertengkar dengan keluarga atau teman.

Dalam kondisi seperti di atas, alat indera dan sistem saraf tidak berfungsi dengan normal (anomaly), akibatnya seseorang dapat mengalami misidentifikasi dan halusinasi.

Michael Persinger menyatakan, “penampakan makhluk gaib/hantu” disebabkan karena halusinasi akibat perubahan medan elektromagnet. Misalnya, melayang, berjalan di dalam terowongan, ada getaran, kenangan masa kecil, bertelepati dengan seseorang, melihat cahaya terang, atau merasa menyentuh tangan orang lain.

Apakah Jin dan Malaikat Gaib?

Hantu bisa saja merupakan jelmaan dari jin. Tetapi, jika merujuk pada hasil penelitian di atas, seolah didapat kesimpulan bahwa jin itu hanya ilusi. 

Itu tidak benar. Jin adalah makhluk Allah yang terbuat dari api. Dia bisa makan, minum, tidur, dan “berhubungan” (memiliki nafsu), seperti manusia. Jin bisa melihat manusia, tetapi manusia “tidak” (setidaknya mungkin bila tanpa alat/sarana tertentu). Artinya mungkin manusia berada di dalam batas pandang jin, sedangkan jin dalam wujud aslinya (secara normal) berada di luar batas pandang manusia.

Rasulullah pernah bersabda yang artinya, “Masing-masing kamu memiliki syaithan,. Lalu para sahabat bertanya: Apakah engkau juga 'Kemudian Nabi menjawab: Juga aku, hanya saja saya ini telah ditolong oleh Allah Ta'ala terhadap mereka (para syaithan), sehingga mereka menjadi mukmin, maka mereka tidak menyuruh kecuali hal yang baik saja.” (HR. Ibnu Mas'ud dan Muslim). 

Mengenai apakah jin itu gaib, ada sebuah akun Facebook (https://goo.gl/YAc64T) yang berpendapat tidak. Menurutnya, jin dan malaikat tidak gaib. Yang gaib hanya Allah. 

Bangsa jin tidak gaib. Perbedaannya dengan alam manusia di antaranya terdapat pada kecepatan elektron mengelilingi inti atomnya. Kemungkinan besar kecepatan elektron mengelilingi inti atom di alam jin lebih tinggi dibanding dengan kecepatan elektron mengelilingi inti atom di alam manusia sehingga mata jasad manusia tidak mampu melihatnya/menangkapnya.

Malaikat bukan ghaib karena ayam jago dapat melihat malaikat. Jin (syetan) juga bukan ghaib karena anjing dan keledai dapat melihat jin (syetan). Yang ghaib hanya Allah.

Hadist Nabi:
“Apabila kamu mendengar ayam jago berkokok (di waktu malam), mintalah anugerah kepada Allah, sesungguhnya ia melihat Malaikat. Tapi apabila engkau mendengar keledai meringkik (di waktu malam), mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguan syaitan, sesungguhnya ia melihat syaitan” (HR. Bukhari dengan Fathul Baari 6/350, Muslim 4/2092 no. 2729. Tambahan yang terdapat dalam kurung diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Adabul Mufrad no 1236, lihat silsilah Adabul Mufrad no. 938 dan Silsilah Ahaadist ash-Shahiihah no. 3183. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.)

“Jika kalian mendengar lolongan anjing dan ringkikan keledai pada malam hari maka berlindunglah kepada Allah darinya karena ia melihat apa yang tidak dapat kalian lihat.” (HR. Abu Dawud no. 5103, Ahmad 3/306, 355-356 Shahih al-Adabul Mufrad no. 937 serta Ibnu Sunni no. 311 dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah. Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu.)

Lebih lanjut akun tersebut menyatakan: malaikat, jin, alam barzah, alam kubur, surga, neraka, alam siluman, dan lain-lain (segala sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh panca indra manusia) itu disebut dengan istilah AL-GHUYUB bukan AL-GHAIB.

AL-GHUYUB adalah sesuatu yang ghaib tapi masih bisa dibayangkan oleh pikiran kita, misalkan bentuk Jin, Siluman, wajah malaikat, keadaan neraka/surga, siksa kubur seperti apa, dll.

AL-GHAIB adalah hanya ALLAH SWT saja, yang bentuk-NYA, keadaan-NYA tidak boleh dan tidak bisa dibayangkan oleh pikiran kita.


Jin dan Malaikat Bisa Dilihat Hewan

Jin (setan) terbuat dari api. Api merupakan sinar inframerah. Sedangkan sinar inframerah bisa dilihat oleh anjing dan keledai. Sehingga jin (setan) bisa dilihat oleh keduanya. 

Akan tetapi, ada pendapat bahwa anjing dan keledai bukan melihat setan, melainkan mendengarnya (http://ayamlaga.blogspot.co.id). Di situ disebutkan, frekuensi yang mampu didengar anjing adalah 40 hz-60.000 Hz (sumber lain ada yang menyebut 67-45.000 Hz saja), keledai 10-40.000 Hz, sedangkan manusia 20-20.000 Hz. Bila frekuensi tersebut benar, maka persamaan frekuensi yang bisa didengar oleh anjing dan keledai namun tidak bisa didengar oleh manusia adalah di atas 20.000 HZ (ultrasonik). Saya pribadi menyangkal pendapat ini, karena pada hadits jelas-jelas disebutkan bahwa anjing dan keledai melihat jin (setan), bukan mendengar (bisa dibaca kembali pada hadits di atas).

 Sedangkan malaikat terbuat dari cahaya. Cahaya adalah sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet bisa dilihat oleh ayam jantan, sehingga ayam jantan bisa melihat malaikat.

Al-Hafidz Ibn Hajar mengatakan, yang artinya:
Ayam jantan memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki binatang lain, yaitu mengetahui perubahan waktu di malam hari. Dia berkokok di waktu yang tepat dan tidak pernah ketinggalan. Dia berkokok sebelum subuh dan sesudah subuh, hampir tidak pernah meleset. Baik malamnya panjang atau pendek. Karena itulah, sebagian syafiiyah memfatwakan untuk mengacu kepada ayam jantan yang sudah terbukti, dalam menentukan waktu. (Fathul Bari, 6/353).

Secara ilmiah, hal ini ternyata pernah diteliti oleh Tsuyoshi Shimmura dan Takashi Yoshimura yang dimuat dalam Current Biology.  Studi mereka berjudul Circadian clock determines the timing of rooster crowing. 

Menurut rilis Scientific American dan National Geographic,  disimpulkan bahwa ayam jantan berkokok  di pagi hari karena jam biologis tubuhnya. Dalam penelitian ini ayam-ayam jantan diberi kondisi 12 jam dengan cahaya terang dan 12 jam dalam cahaya yang redup, ternyata mereka secara konsisten berkokok 2 jam sebelum cahaya muncul. Dua minggu kemudian, ayam ayam ini tidak diberi  cahaya dan ternyata dalam kondisi redup mereka tetap berkokok dalam siklus sekitar 23,7 jam.

Dalam studi itu juga disebutkan bahwa ayam jantan berkokok sebagai respons atas stimuli cahaya dan sebagai cara berkomunikasi dengan ayam lainnya. Akan tetapi, frekuensi kokokan ayam akan lebih banyak saat menjelang fajar.

Bila sinar inframerah bertemu dengan sinar ultraviolet, maka sinar inframerah akan memudar. Oleh karena itu, jika malaikat datang setan akan pergi.


Siksa Kubur Tidak Gaib?

Siksa kubur hanya bisa didengar oleh hewan. Manusia dan jin tidak bisa mendengarnya. Saya menduga, hal itu berarti frekuensi suara dari siksa kubur termasuk dalam frekuensi suara yang bisa didengar oleh hewan, di luar frekuensi yang bisa didengar oleh jin dan manusia. 

Dikutip dari Inilah.com, dijelaskan sebagai berikut:
Diriwayatkan oleh Muslim dari Zaid bin Tsabit bahwa ia berkata, Suatu hari kami sedang bersama Nabi di tanah pekarangan milik Bani Najjar. Saat itu beliau menaiki seekor keledai betina miliknya. Tiba-tiba binatang itu terperanjat kaget dan berhenti di dekat empat sampai enam kubur, dan hampir saja beliau terjatuh.

Beliau lalu bertanya, Siapa yang tahu penghuni kubur-kubur ini? Seorang sahabat menjawab, Saya. Beliau bertanya, Lalu kapan mereka mati? la menjawab, Mereka mati pada zaman jahiliah. Beliau bersabda, Sesungguhnya umat ini akan diuji dalam kuburnya. Seandainya kalian tidak saling menguburkan, niscaya aku akan berdoa kepada Allah agar Dia membuat kalian mendengar siksa kubur seperti yang aku dengar.

Menurut para ulama, keledai yang sedang dinaiki Nabi tersebut sampai terperanjat kaget, karena mendadak ia mendengar suara orang-orang yang sedang disiksa di dalam kubur. Hanya saja makhluk yang berakal seperti jin dan manusia tidak bisa mendengarnya. Allah sengaja menyembunyikan hal itu dari kita supaya kita menguburkan mayit. Itulah kebijaksanaan dan kasih sayang Allah kepada kita, agar kita tidak takut mendengarnya.

Rasulullah sendiri pernah menyatakan, Seandainya seseorang mendengar suara mayit yang sedang disiksa, ia akan pingsan. Itu baru siksa yang ditimpakan pada orang-orang mukmin, apalagi dengan siksa yang ditimpakan kepada orangng kafir. Kita senantiasa memohon keselamatan, ampunan, dan rahmat kepada Allah Yang Maha Dermawan.

Diceritakan bahwa pada suatu hari ada beberapa orang yang saleh mengubur mayit di sebuah desa bagian timur Isbiliyah. Sesudah itu mereka duduk-duduk santai di sebuah tempat. Tidak jauh dari tempat mereka, beberapa ekor kambing yang merumput.

Mendadak ada seekor kambing yang berlari menghampiri kubur tersebut. la mendekatkan telinganya seolah-olah sedang mendengarkan suara. Setelah itu ia lari terbirit-birit ke tempatnya semula dan bergabung dengan teman-temannya. Mendengar hikayat tersebut, Abul Hakam berkata, Aku tiba-tiba jadi teringat akan kematian, dan ingat sabda Nabi, Sesungguhnya mereka sedang disiksa dengan azab yang bisa didengar oleh binatang.


Api Bisa Dipadamkan dengan Gelombang Suara dan Gelombang Cahaya

Sejak 2008, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) milik Amerika Serikat ditugaskan menyelidiki sifat api. Mereka menemukan, api merupakan plasma dingin yang bisa diganggu menggunakan gelombang cahaya dan gelombang suara.

Teknik pemadaman menggunakan suara ini bekerja dengan dua cara:

Pertama, saat pengeras suara menyala, gelombang mempercepat rambatan udara. Proses ini sanggup menggencet nyala api sehingga kebakaran makin mudah dihentikan.

Ke dua, permukaan lokasi "menempel" api didorong oleh gelombang suara sehingga mempercepat penguapan bahan bakar. Akibatnya nyala api melebar sekaligus menurunkan suhu. Api pun padam dengan cepat. "Gelombang suara pada frekuensi tertentu bisa memadamkan api," kata juru bicara DARPA.

Senada dengan itu, mahasiswa jurusan teknik elektro dari George Mason University berhasil menemukan alat pemadam sederhana yang dapat memadamkan api hanya dengan frekuensi suara bass.

Saya memikirkan api (mungkin bisa dihubungkan dengan jin/setan), gelombang suara (mungkin bisa dihubungkan dengan doa, zikir, azan, dan semacamnya), dan gelombang cahaya (mungkin bisa dihubungkan dengan malaikat). Barangkali bisa diambil suatu kemanfaatan, misalnya menciptakan alat yang potensial untuk mencegah setan. Selama ini kan umat muslim menggunakan air (wudhu) atau tanah/debu (tayamum) untuk memadamkan api (amarah), atau berubah posisi ketika marah (menjadi berbaring). Dalam pikiran saya (pendapat sementara), berbaring ini di tanah/lantai, agar “marahnya segera diserap tanah/bumi” (seperti cara kerja petir yang masuk ke tanah) atau agar luas permukaan tubuh yang terkena tanah semakin besar. Sholat pun juga mungkin salah satu mekanismenya demikian (membuat marah cepat diserap tanah/bumi).

Well, beberapa bagian dari tulisan ini adalah pemikiran saya (pendapat/dugaan). Tidak dimaksudkan sebagai referensi. Saya berharap, ada yang mau mengkaji/menelitinya.


Sumber:

http://satuilmusejutaumat.blogspot.co.id/2015/09/cara-membedakan-malaikat-dan-jin-yang.html
https://konsultasisyariah.com/23982-doa-ketika-ayam-berkokok.html
http://portalsatu.com/read/oase/penjelasan-llmiah-ayam-mampu-melihat-malaikat-dan-setan-21488
http://ayamlaga.blogspot.co.id/2016/08/jawaban-iptek-atas-misteri-berkokok.html
http://m.inilah.com/news/detail/2208776/benarkah-hewan-bisa-mendengar-jerit-siksa-kubur
https://www.kompasiana.com/kanedi/cara-bertemu-makhluk-halus-yang-ilmiah-tidak-syirik-bisa-diuji_55011e59a33311a872512e62
https://tekno.tempo.co/read/417907/padamkan-api-dengan-gelombang-suara
https://indocropcircles.wordpress.com/2011/10/20/hantu-menurut-ilmu-pengetahuan-dapat-terlihat-jika-otak-terkena-frekuensi-sangat-rendah/

 
Sumber gambar: hantupedia.com