07 Desember 2019

Menakar Efek Konten Sebelum Ditayangkan atau Disebarluaskan


Menakar Efek Konten Sebelum Ditayangkan atau Disebarluaskan
Konten digital
Sumber: herwinsitumorangx.blogspot.com



Anda dan saya mungkin sering menjumpai orang mengatakan “Yang penting niatnya”. Jadi, di dalam melakukan sesuatu mereka cenderung mengabaikan hal lainnya selain niat. Di sini, saya akan menunjukkan betapa besar bahaya keyakinan tersebut terkait dengan postingan kita di dunia digital.

Sebelum menyebarkan atau mempublikasikan sesuatu, ustaz Fadlan Fahamsyah mensyaratkan kita untuk memperhatikan 3 hal, yaitu:

1.        Sumber beritanya baik dan jelas (valid), bukan berita palsu,
2.        Isi berita/kontennya baik/positif,
3.        Efeknya positif

Begitupun dengan Socrates, mensyaratkan hal serupa, yang terkenal dengan Ujian Saringan 3 Kali, yaitu:

1.        Kebenaran
Pastikan apa yang Anda sampaikan benar.
2.        Kebaikan
Pastikan apa yang Anda sampaikan baik.
3.        Kegunaan
Pastikan apa yang Anda sampaikan berguna.

Lalu saya tambahkan sedikitnya satu syarat lagi, yaitu cara menuliskannya harus baik.


Pastikan Efek Postingan Baik


Menakar Efek Konten Sebelum Ditayangkan atau Disebarluaskan


Anda mungkin tidak mengira bahwa apa yang menarik menurut teori-teori jurnalistik bisa menyebabkan bahaya fatal, jika penerapannya salah, misalnya pada penggunaan kata sifat mengenai jumlah/ukuran, nominal, persentase, dan semacamnya.

Saya beri contoh dengan judul postingan berikut ini:

Tingkat kehamilan di luar nikah di Kota X meningkat hampir seratus persen.
Banyak anak jalanan didapati mengkonsumsi narkoba.
Murid zaman now didapati semakin malas belajar.
Jumlah remaja putus sekolah tahun ini meningkat 3 kali lipat.
Gawat, pencurian di Kota X mencapai 200 kasus per jamnya.
Penipuan pajak merajalela, dibutuhkan sanksi tegas dari pemerintah

Tahukah Anda bahwa menurut penelitian, pesan-pesan semacam itu malah mendorong penerima pesan untuk ikut-ikutan (mengikuti keburukan itu juga). Robert Cialdini-lah yang menemukannya melalui eksperimen di Taman Nasional Hutan Fosil Kayu di Arizona. Taman itu memiliki papan peringatan bertuliskan “Warisan Anda sedang dijarah setiap hari dengan kerugian akibat pencurian fosil kayu sebesar 14 ton per tahun. Kebanyakan dalam bentuk potongan kecil sekali waktu”. Di luar dugaan, jalur dengan tanda peringatan tersebut malah kecurian hampir 3 kali lipat daripada jalur tanpa tanda peringatan.

Kegagalan dan kesalahan fatal juga telah terjadi pada kampanye anti narkoba di AS dan kampanye anti merokok di sekitar 123 negara. Kongres AS pernah mendanai sebuah kampanye media secara nasional dan multitahun untuk mencegah penggunaan narkoba pada remaja. Namun ternyata, riset dari American Journal of Public Health menyatakan mayoritas analisis menunjukkan hasilnya sia-sia. Bahkan, beberapa bukti malah menunjukkan efek sebaliknya, yaitu munculnya efek pro-mariyuana.

Hasil dari kampanye anti rokok pun tak kalah mengecewakan. Riset dari Dr. Calvert menemukan bahwa peringatan bahaya merokok, baik dalam bentuk peringatan ringan di Amerika Serikat, kata-kata yang terus terang di Inggris, maupun gambar-gambar mengerikan tentang kerusakan mulut, paru-paru, dan kaki justru merangsang nucleus accumbens pada otak sehingga menyebabkan ketagihan. Lebih parahnya lagi, orang akan spontan ingin merokok atau meningkatkan dosis merokoknya begitu nucleus accumbens-nya  terangsang. Ternyata, pesan anti merokok yang mengandung peringatan terus terang, terbuka, dan vulgar malah memicu keinginan merokok dibandingkan iklan rokok yang sengaja dibuat untuk mendorong orang merokok.

Apa yang terjadi pada ranah offline tersebut juga dapat terjadi pada ranah online/dunia digital, bergantung medianya. 

Dan jika menurut Anda paparan di atas sudah cukup mengerikan, paparan yang satu ini akan lebih mengerikan lagi. Baru-baru ini sebuah komunitas menyelenggarakan perlombaan terkait dengan publikasi bunuh diri. Mereka ingin mensosialisasikan bahwa kesalahan dalam memberitakan kasus bunuh diri dapat berujung orang lain ikut-ikutan mencoba bunuh diri juga.

Pemberitaan bunuh diri tidak disarankan diletakkan pada tajuk berita yang besar dan sensasional atau penempatan yang menonjol. 

Contoh:
“Mengejutkan! Diduga Karena Putus Cinta, Manajer Artis Ditemukan Gantung Diri di Gedung Parkir”.

Tetapi, disarankan pemberitaannya menginformasikan kepada masyarakat tanpa melakukan sensasionalisasi bunuh diri.

Contoh:
“IJ Meninggal pada Umur 47 Tahun”.

Dan masih banyak lagi syarat pemberitaan lain terkait bunuh diri yang bisa Anda baca lebih lanjut di www.intothelightid.org.



Kemudian ada pula efek terkait positif tidaknya kata-kata. Pada tahun 1999, para peneliti di Harvard University menguji kekuatan kesan terselubung terhadap 47 orang berusia antara 60 dan 85 tahun. Para peneliti tersebut memberikan tampilan kata berulang kali dengan sangat cepat di layar komputer pada saat mereka sedang main game. Kepada mereka diinformasikan bahwa permainan tersebut digunakan untuk mengukur hubungan antara kemampuan fisik dan mental mereka. Pada sekelompok peserta penelitian diberikan sekumpulan kata yang positif, seperti bijaksana, berhasil, dan lihai. Sementara sekelompok peserta lainnya diberikan kata-kata seperti meninggal, ketergantungan, dan pikun. Tujuan percobaan ini adalah untuk melihat apakah dengan membuat orang lanjut usia terpapar pesan-pesan tersembunyi yang mengesankan ketidakcocokan tentang proses penuaan dapat memengaruhi tingkah laku, dan khususnya seberapa baik mereka akan berjalan.

Lalu, tim peneliti Harvard tersebut mengukur kecepatan berjalan atau biasa disebut “swing time” (waktu ayun) para subjek penelitian (lama waktu mengangkat satu kaki di atas tanah), dan menurut pemimpin peneliti tersebut, profesor bidang kedokteran Harvard, Jeffrey Hausdorff, menemukan fakta bahwa “Langkah orang-orang yang terpapar kata-kata positif meningkat sampai dengan 10%”. Dengan kata lain, sugesti terselubung yang positif mempengaruhi psikologis para subjek penelitian secara positif sekaligus meningkatkan kinerja fisik mereka. 


  • Semua orang memang bisa menulis atau mempublikasikan sesuatu, tetapi belum tentu semuanya bisa atau tahu cara melakukannya dengan baik dan benar. Padahal, banyak sekali hal yang perlu diperhatikan di dalamnya, tak sebatas efek-efek yang telah disebutkan di atas saja.

Menulis atau mempublikasikan sesuatu jangan asal niatnya baik. Ketahui cara menulis dan memposting konten dengan baik dan benar dengan belajar pada ahlinya. Jika niatnya baik tapi cara mempublikasikannya salah, bisa bahaya, bahkan nyawa taruhannya.