Masalah keturunan merupakan isu serius bagi kaum wanita. Berat. Berat banget. Tak hanya karena wanita yang bagian mengandung, tetapi juga karena seolah wanita yang lebih disorot kalau sudah bahas masalah ini. Isu s*ks, kehamilan, menopause, dan sebagainya.
Dalam dunia pencarian jodoh saja, tak jarang wanita seperti dinilai hanya sebatas "peternakan". Jika wanita sudah berumur 35 tahun ke atas atau 40 tahunan maka sudah dianggap seperti sampah karena dianggap ga bakal punya anak, performa s*ks kurang, dan segala yang ga jauh-jauh dari itu. Seperti dijadikan isu pamungkas terutama jika kufu/level prianya di bawah Si Wanita, atau jadi hinaan dan abuse jika pria-pria tersebut sakit hati terhadap Si Wanita.
Tak cukup sampai di situ, dalam pernikahan pun andai istri benar-benar tidak bisa punya keturunan, ancaman perceraian atau poligami sering muncul ke permukaan. Masih banyak pria yang menilai wanita hanya sebatas selangkangan dan peternakan.
Itu baru dari sisi pria/suami, dari sisi ibu, mertua, atau sesama wanita pun tetap belum tentu memahami. Apa ya nggak mikir, memang yang ingin punya anak (cucu mereka) itu cuma mereka? Pasangan yang normal pada umumnya kan lebih pengen, sebagai pihak yang berkepentingan langsung. Sementara soal waktu, emang bisa gitu nentuin sendiri?
Dan sepertinya di mana-mana itu akan sama, meninggalkan kepedihan yang teramat dalam. Setidaknya, begitu yang kubaca pada pendahuluan 2 buku tentang upaya kehamilan ini. Dua wanita, dua penulis yang berbeda, dua judul yang berbeda, tetapi dengan kepedihan seputar isu kehamilan ini yang sama mendalamnya. Deep. Begitu menyayat hati dan mungkin sulit untuk dibayangkan bagaimana perjuangan dan penderitaan mereka.
Namun, ada yang berbeda yang membuatku kemudian memilih buku "How to Improve Egg Quality" ini. Penulis buku ini, yaitu Darja Wagner, akhirnya berhasil punya 2 anak, sedangkan penulis buku satunya tidak. Jadi, hasilnya terlihat lebih nyata untuk buku yang ini.
Membaca buku ini akan membawamu menuju aura yang serius. Begitu seriusnya tentang sel telurmu, umurmu, gaya hidupmu, pola makanmu, dan lain-lain. Ada aura cemas, sedih, harapan, sekaligus motivasi untuk segera bertindak di dalamnya. Dia khawatir dan seolah memaksamu untuk ikut khawatir, bukalah matamu bahwa ini itu serius dan danger banget, apa yang kamu tunggu.
Kalau kamu termasuk orang mentok-an, yang pasrahan mo punya anak syukur nggak punya ya udah, kan punya anak atau tidak itu di tangan Tuhan; kamu mungkin ga cocok dengan pemahaman dan pola pikir penulis buku ini.
Penulis buku ini itu fight sampai akhir, bahkan menjadikan urusan anak ini sebagai prioritas. Dia rajin membaca jurnal-jurnal dan segala referensi yang terpercaya bahkan hingga mungkin ribuan: memilah, membaca, menelaah, dan menerapkannya. Dia juga mendatangi atau berkonsultasi dengan para ahli di bidangnya. Dan sepertinya dia melakukan apa pun hal positif yang diperlukan yang bisa mendukung dia untuk memiliki keturunan.
Membaca buku "How to Improve Egg Quality" ini akan memberimu definisi dari hemat waktu dan biaya, belajar ribuan tahun dan ribuan hal dalam sehari karena kamu tinggal membaca dan mempraktekkannya dari buku yang sangat bergizi dan kaya ini. Penulis sudah memudahkan kamu banget dengan tips-tips strategiknya yang sangat terencana dan terukur, tidak random apalagi gambling. Dia membawa sisi saintifik yang kental di sini. Kamu akan mendapatkan 2 manfaat sekaligus di dalamnya, mengingat dia adalah seorang ahli biologi molekuler dengan spesialisasi pemahaman sel-sel manusia yang haus banget akan ilmu. Gigih banget orangnya sampai serius baca jurnal-jurnal yang bejibun itu dan memilah mana yang esensial banget untuk dipraktekkan. Di samping itu, tentu saja karena dia juga seorang wanita yang saat itu berusia 35 tahun ke atas dan sangat menantikan kehadiran Si Buah Hati.
Buku ini sangaaaat ilmiah. Meskipun penulis sudah berusaha menyederhanakan bahasanya tetapi masih terasa berat. Gaya menulisnya masih khas orang-orang yang mungkin lulusan S2 atau S3 yang biasanya masih kaku banget seperti buku-buku kuliahan. Mungkin agak susah kalau pembacanya itu tingkat pendidikannya kurang. Wong yang pendidikan tinggi pun kalau bukan bidangnya juga mungkin akan kesulitan. Tapi bisa aja sih, mungkin pembaca nggak perlu terlalu memahami ini itunya, yang penting ikuti aja langkahnya. Langsung aja cari misal suplemen ini atau tes itu dan semacamnya.
Isi buku ini sangat strategik, langsung ke poin-poinnya, nggak random seperti aturan untuk sering-sering "berhubungan" dengan suami atau semacamnya. Banyak hal di dalamnya itu terukur, ada angka-angkanya, yang mungkin bisa membantumu memprediksi dan mengukurnya dengan baik, sekaligus mungkin bisa membuatmu pusing atau bosan. Tapi kalau kamu niat banget hamil, gitu doang mah kecil lah ya. Ga ngefek dibandingkan dengan tekad besarmu.
Intinya, buku ini itu bagus dan sudah terbukti, setidaknya pada penulisnya sendiri. Punya 2 anak lho. Kalau 1 mungkin kebetulan, kalau 2 berarti kan sudah lebih meyakinkan. Dan ini itu tentang punya anak secara alami. Catet. Alami lho. Recommended banget, kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.