19 Desember 2021

Review Buku "Catch Him and Keep Him"

 

Jika berbicara tentang hubungan/interaksi pria dan wanita, aku sering sekali ketemu ajaran/pandangan serupa yang ada di dalam buku "Catch Him and Keep Him" ini. 

Apakah itu?

Buanyak sekali orang -baik melalui buku atau video- yang mengajarkan atau menjelaskan betapa wanita yang harus memulai atau bekerja keras di dalam sebuah hubungan.

Alasannya klise, lagi-lagi karena wanita dianggap dominan perasaan atau karena cowok secara alami nggak peka, atau hal-hal semacam itu.

Secara halus, penulis juga seperti menganggap para wanita itu bodoh karena terlalu memperturutkan perasaannya. Sedangkan pria bisa langsung mengenali wanita potensial untuk jangka panjangnya (untuk diperistri) dengan cepat. 

Beberapa pria di dalam buku-buku karya mereka malah terang-terangan menyuruh wanita itu berpikir ala pria, misalnya Steve Harvey dalam "Act Like A Lady, Think Like A Man."

Singkatnya, semua para pria tersebut itu mo ngomong gini, mereka itu beda denganmu, nggak ngertiin kamu, kamu makhluk yang lebih peka dan lebih perasa jadi kamu yang harus ngikuti pendekatan ala gender mereka. Gitu. Paham?

Sementara penulis menjelaskan selingkuh/suka fisik/s*ks adalah biologis/alamiahnya pria, takut berkomitmen adalah alamiahnya pria, bisa nges*ks tanpa butuh perasaan/komitmen adalah alamiahnya pria, pada buanyak sekali buku atau video (dari pengajar pria maupun wanita) mengajarkan hal-hal yang rumit terhadap wanita. Seperti semua beban perubahan itu diletakkan pada pundak wanita dan wanita yang harus menginisiasi atau mendahului (dan kalau beruntung, pasangannya gantian akan memberikan treatment manis padanya). Ada buanyak sekali aturan untuk berbicara maupun bersikap terhadap pasangan pria kita, sementara pria-pria tersebut bisa bebas berucap atau bertindak karena mereka nggak peka atau hanya karena mereka pria (biasanya dihubungkan dengan ego).

Selain itu, ada juga yang unik di dalam buku ini. Bertentangan dengan keyakinan umum, penulis menjelaskan bahwa pria suka melakukan kode-kodean. Bukankah kamu sering dengar kalo wanita yang suka diolok-olok karena melakukan kode-kodean? Tak dijelaskan apakah itu hanya pria atau itu menunjukkan kedua gender sama-sama melakukan kode-kodean. Dan lagi-lagi, kamu para cewek, dituntut untuk paham kodenya (atau secara implisit dianggap bodoh, kalo gagal baca kodenya).

Kalau kuamati, buku-buku atau coaching relationship juga demikian, lebih menyasar pihak wanita. Aku pernah baca di mana gitu ya, kalo targetnya pria nggak akan laku. Satu lagi, buku-buku relationship dengan target pria, biasanya gak jauh-jauh dari selangkangan: cara ngajak cewek tidur denganmu, cara menjadi bad boy dan digilai cewek, cara ngajak cewek muda tidur denganmu walo umurmu udah tua banget, gitu-gitu deh.

So, aku ga suka buku ini dan ajaran yang serupa dengannya. Itu bikin aku mikir betapa mbencekno makhluk bernama pria ini dan betapa mereka hanya bisa nyusahin hidupku dan bikin aku males nikah. Sementara ini aku masih berpikir apakah itu pendapat ataukah kebenaran? Adakah perkecualiannya? Pria yang manis dan tidak seperti apa yang mereka katakan?

Baca buku ini aku ga terlalu dapat apa-apa selain rasa sebal, serupa dengan salah satu buku karya penulis pria yang juga pernah kuulas di blog ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.