20 April 2021

Beraninya Kamu Menjamin Poligami sebagai Syarat Masuk Surga

 

Apa jadinya jika surga hanya seharga poligami? Barangkali para wanita akan berbondong-bondong bersedia dipoligami, sementara para pria bersorak kegirangan. Meskipun tidak enak-enak banget atau tidak enak sama sekali, tetapi kalau tiket surga hanya poligami, ya kenapa tidak? Tidak perlu susah-susah melakukan ibadah lain, tidak perlu takut dosa, tidak perlu mampir dulu ke neraka, bahkan tidak perlu mencicipi siksaan-siksaan dulu. Dosa kita langsung nol. Otomatis. Poligami mah jadi keciiil. Enteng.

Memang ada yang bilang begitu? Ada. Tidak persis sih, tetapi ada dan tidak cuma seorang. Banyak. Saya sering menjumpainya. Beberapa pria begitu berlebihan dalam menyikapi poligami atau tepatnya berusaha mencuci otak (brainwashing) atau memanipulasi dengan ujaran-ujaran tentang itu. Mereka bilang, “Wih, calon penghuni surga, nih,” atau “Masya Allah, wanita salihah,” atau perkataan serupa, “Hanya wanita yang ikhlas yang mau dipoligami.”

Tiba-tiba saja tiket surga, kesalihan, dan keikhlasan mengalami penurunan dan penyempitan makna menjadi tentang poligami saja. Asal wanita mau dipoligami berarti dia salihah, berarti dia ikhlas karena mau berbagi suami, dan pasti masuk surga. Begitu saja. Simple, bukan?

Ck...ck...ck..., sungguh kelewatan. Terlepas dari hukum poligami sendiri yang masih menjadi perdebatan/mengandung perbedaan pendapat di kalangan para ulama, saya pikir tindakan pria-pria tersebut berlebihan. Hanya karena mereka ingin berpoligami atau mengikuti pendapat sebagian ulama yang mungkin mengatakan hukum poligami adalah wajib, bukan berarti mereka bisa berbicara seenaknya. Surga itu mahal dan hanya bisa digapai dengan rahmat Allah. Kemudian untuk menggapai rahmat Allah tersebut kita berikhtiar untuk menjadi hamba-Nya yang salih/salihah, melaksanakan kebajikan dan menjauhi dosa, dan sebagainya, bukan tinggal bersedia dipoligami lantas otomatis salihah dan menjadi calon penghuni surga.

Kita harus sangat berhati-hati berbicara tentang poligami karena Islam sangat disorot terkait poligaminya (diolok-olok), meskipun sebenarnya poligami bukanlah monopoli Islam. Orang selain Islam juga berpoligami. Malahan, Islam hanya membatasi jumlahnya. Betul bahwa poligami itu ada dan dibolehkan di dalam Islam. Betul pula bahwa Rasulullah itu berpoligami. Akan tetapi, poligami-poligami yang ada sekarang ini telah banyak diselewengkan oleh pelakunya dan oleh orang-orang tertentu. Hal ini tentu akan berakibat buruk bagi wanita, bagi citra Rasulullah, dan bagi Islam itu sendiri. Poligami-poligami yang ada tidak lagi mendatangkan kebaikan atau keharmonisan, melainkan celaan, cibiran, perceraian, dan lain-lain.

Mereka yang berpoligami biasanya berdalih kesalihan, meskipun tidak selalu. Ada juga yang berdalih penyakit atau lainnya. Mereka yang berdalih kesalihan biasanya mencitrakan dirinya salih atau mencitrakan bahwa wanita yang mau dipoligami itu salihah. Terkadang bahkan ada yang seperti bilang, “Kamu dosa lho kalau tidak mau dipoligami.” Anehnya, di antara berbagai kewajiban atau sunah, yang ditonjolkan malah poligaminya. Tidak jelas apakah mereka melaksanakan juga kewajiban-kewajiban dan sunah-sunah yang lain dan apakah mereka melaksanakan kebajikan-kebajikan dan menjauhi dosa-dosa. Apakah pendekatan mereka terhadap calon-calon pasangan poligaminya itu benar? Dan apakah ketika mereka mencari calon itu mereka mengutamakan kesalihannya? Atau malah mengutamakan kecantikannya, keseksiannya, kekayaannya, atau lainnya? Mari kita amati lebih saksama.

Poligami-poligami yang ada saat ini itu begitu anehnya. Banyak penyimpangannya. Ada yang memalsukan statusnya dengan mengaku perjaka atau duda, ada yang untuk gaya-gayaan saja (merasa super/hebat karena mampu menikahi banyak wanita), ada yang masih kecil sudah mempoligami, ada yang sering berbohong, ada yang tidak mengurusi istri-istri dan anak-anaknya dengan baik, ada yang menganggap poligami itu tren sehingga dia ikut-ikutan, ada yang miskin tetapi berpoligami, ada yang berpoligami untuk s*ks dan mengeruk harta istri-istri kayanya (dengan pelet), dan berbagai penipuan atau penyimpangan lainnya.

Mungkin Anda juga pernah mendengar suatu kampanye terang-terangan atau terselubung dari kaum pria yang mengatakan bahwa jumlah pria di Indonesia itu sudah langka. Jumlah wanita itu sudah teramat banyaknya. Dengan kata lain, sudah seharusnya wanita berpoligami atau tidak kebagian suami. Begitu terus diulang-ulang di berbagai biro jodoh atau biro taaruf sehingga sebagian orang mungkin menganggapnya sebagai suatu kebenaran. Nyatanya, jumlah pria di Indonesia masih lebih banyak dari wanita. Asal tidak zonasi, jumlahnya masih cukup. Dirjen Dukcapil, Zudan Arif Fakhrulloh merinci jumlah total penduduk Indonesia per tanggal 30 Juni 2020 sebanyak 268.583.016 jiwa, dengan 135.821.768 pria dan 132.761.248 wanita.

Bila Anda belum pernah mendengarnya mungkin Anda pernah mendengar yang satu ini, yaitu saat kaum pria bercanda ingin istri yang bermacam-macam sifatnya/kelebihannya, jadi bisa merasakan istri dengan sifat yang berbeda-beda.

Apakah poligami seremeh itu? Perilaku pra-poligaminya saja buruk, perilaku selama dalam poligami pun buruk, dan entah perilaku misal ada perceraian dari poligaminya. Yang seperti itu mereka masih mengaku nyunnah, masih berani berkata tentang kesalihan. Apa pantas?

Tidak semua wanita antipati terhadap poligami. Sebagian dari mereka sekadar tidak mau dipoligami. Sebagian sisanya mungkin mau dipoligami, cuma ya jangan begitu lah caranya. Gunakan cara-cara yang baik.

Mungkin bagi sebagian pria, berbicara semacam “Wih, calon penghuni surga, nih,” itu biasa saja. Mungkin mereka belum tahu atau mungkin lupa pernah ada kisah percakapan antara 2 orang, yang satu sepertinya lebih alim/baik dan yang satunya sepertinya pernah melakukan dosa besar. Si Alim ini lalu berkata, “Kamu tidak akan masuk surga.” Ternyata Allah menegurnya dan membalik keadaan mereka, “Beraninya kamu mengatakan kalau dia tidak akan masuk surga. Aku telah mengampuninya dan aku memasukkanmu ke neraka.” Kurang lebih begitu, tetapi dengan redaksi saya sendiri. 

Atau pernahkah Anda mendengar kisah Barsisho, seorang pria yang ibadahnya ngetop banget selama ribuan tahun? Ketika malaikat mengaguminya dan menduganya sebagai calon penghuni surga, Allah menegurnya, karena malaikat tidak tahu endingnya/penilaian total dari Allah atasnya. Itu yang ibadah ngepol aja seperti itu. Lha ini malah cuma poligami bisa jadi tiket surga itu gimana ceritanya?

Surga itu adalah hak prerogatif Allah, hati-hatilah berbicara. Terkadang kita tidak bermaksud/berniat buruk tetapi ternyata Allah murka dan mencatatnya sebagai suatu keburukan. Kita tidak ingin bukan mengalami yang demikian?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.