Baju keluarga (HAFA kode 07) by Ethica
Tampil serasi sekeluarga itu antara butuh dan nggak. Dibilang butuh
banget ya nggak tapi dibilang nggak ya kadang butuh juga. Nggak bisa dipungkiri
kalau tiap orang itu seleranya nggak selalu sama. Cuma ... seperti kubilang
tadi, ada kondisi tertentu yang memang butuh keserasian, misalnya dengan pakai baju keluarga (sarimbit), seperti kisah yang pernah kami alami.
Dulu, saat adik wisuda aku dan ibu datang ke prosesinya. Waktu itu
adik marah-marah karena baju yang kupilih. Aku pun sebal, bukannya senang aku
sudah datang eh malah “disemprot”. Usut punya usut sepertinya itu gara-gara
warna bajuku dan baju ibu yang tabrakan banget dan sangat nggak serasi. Aku sih
asal ambil aja di lemari dan pakai yang kusuka dan kira-kira pantes, apalagi
adik juga nggak bilang strip di toga untuk fakultas atau jurusannya itu
warnanya apa. Eh tapi kalau dilihat-lihat di fotonya setelah jadi ya memang
nggak serasi sih. Mungkin adik marah karena berharap untuk momen istimewa di
hidupnya itu fotonya bisa tampak sangat sempurna.
Untuk jadi serasi sekeluarga ini saudaraku malah rela bela-belain
jaitin baju ngebut demi tampil perfect saat difoto di resepsi pernikahan
adiknya. Usaha keras memang, tapi hasilnya nggak mengecewakan.
Di situlah contoh sisi penting dari baju keluarga. Dan masalah fashion
yang serasi bin kompak akan jadi makin penting kalau keluarga orang tersebut
adalah keluarga dari orang penting/public figure.
Tapi tau nggak, Bun, kalau sarimbit itu masih punya fungsi lain
yang nggak kalah penting? Selain bikin keluarga tampil kompak dan harmonis,
sarimbit juga bisa digunakan sebagai pengenal. Kadang-kadang kalau di keramaian
satu atau beberapa anggota keluarga suka terpisah lalu yang lain kehilangan
jejaknya. Waktu sholat Ied misalnya, entah sudah berapa kali aku sulit
menemukan ibu setelah kami masing-masing asyik salam-salaman dengan yang lain. Bayangkan,
gimana kalau kondisi semacam itu terjadi pada anak kecil, terutama anak yang hiperaktif!
Aku dan ibu yang sudah sama-sama besar aja masih susah menemukan satu sama
lain, apalagi anak kecil, tentu lebih berpotensi untuk hilang/tidak
ditemukan/bingung.
Di sini peran sarimbit bisa menjadi semacam penanda/pengenal. Keluarga
jadi lebih mudah mencari anak tersebut dari bajunya. Atau misal kita minta
tolong orang lain mereka juga akan lebih mudah mengenalnya, dibanding mencari
warna-warna baju acak di antara sekian banyaknya orang. Kira-kira pertanyaan
standarnya akan seperti ini kalau ada anak hilang, “Gimana ciri-cirinya?”
Keluarga tinggal jawab, “Anaknya dengan ciri-ciri fisik ‘begini’
dan memakai baju muslim yang warnanya seperti warna baju ‘saya’/’bapaknya’ ini (sambil
nunjuk bapaknya)”. Jadi lebih mudah, ‘kan?
Selama formasi keluarganya cocok dengan formasi sarimbitnya (misal
bapak, ibu, 1 anak cewek, dan 1 anak cowok), ukuran yang ditawarkan cocok,
harganya cocok, serta warna dan modelnya cocok untuk sekeluarga membeli sarimbit
yang sudah jadi bisa menjadi pilihan yang baik.