17 Maret 2023

Review Buku "The Marriage Plan"

The Marriage Plan: how to marry your soul mate in one year or less
Penulis: Aggie Jordan


The marriage plan


Buku "The Marriage Plan" ini punya perbedaan mendasar dari buku "The First 15 Minutes for Those Dating with Marriage in Mind" dan buku "Date ... or Soulmate". Kalau buku ini tentang perencanaan pernikahan/target menikah/deadline menikah, sedangkan dua buku yang lain tersebut tentang deadline waktu/kecepatan yang dibutuhkan untuk mengenali calon jodoh potensial.


Agak aneh sih membaca saran dari penulis yang ketemu jodohnya saja dengan susah payah dan seperti kebetulan, tapi selama itu baik ya diterima aja dulu untuk dipertimbangkan/disaring.

Jadi, ceritanya penulis itu bikin deadline harus menikah dalam setahun. Ada tanggalnya juga. Harus clear juga yang dicari seperti apa. Trus dia mengerahkan segala jurusnya ups ... segala daya dan upaya untuk bertemu dengan jodohnya. Lalu tiba-tiba jodohnya datang sendiri (dari "arah" lain). Tapi intinya bukan itu. Intinya kamu harus tegas dan terbuka sejak awal. Jika cowoknya punya kapasitas untuk terbuka (intimacy) dan mencintai, maka dikenali lebih jauh, kalau nggak langsung di-skip. Dia berprinsip, "Terima atau tinggalkan." Lalu begitu kamu jatuh cinta kamu harus langsung nembak dia dan nyatain komitmen/minta komitmen dia. Kalau dia takut, kabur, or ga bisa nikahin kamu dalam setahun berarti dia bukan soul mate mu. Mengerikan tapi daripada kamu sama cowok yang buang-buang waktumu aja.

Ini adalah pendekatan yang berhasil bagi penulis dan orang-orang yang dicontohkan di dalam buku ini. Tapi, ide semacam ini ditentang keras oleh penulis-penulis/relationship coach/dating coach yang lain. Ya itu danger, sangat berbahaya dan berisiko. Misalnya narsis atau psikopat/sosiopat ngincer orang-orang semacam itu. Belum kalau kamu punya trauma lalu keterbukaanmu disalahgunakan/dibocorkan/direspon dengan buruk, dicuekin, dll. Apalagi, dengan contoh kisah pribadi penulis yang merupakan coincidence/kebetulan. Dia terbuka pada satu cowok tersebut dan fine-fine aja. Meskipun katakanlah direspon negatif itu bagian dari risiko tapi kalau kamu keseringan ketemu orang yang salah, itu bakal nyakitin banget buat kamu. Selain itu, terbuka terlalu awal bisa juga berisiko terjebak friendzone atau sebaliknya, kurang sisi fun. Begitu yang pernah kubaca atau kutonton. Sementara itu, buku yang lain lagi mengatakan terbuka terlalu awal adalah bagian dari ciri BPD/Borderline Personality Disorder, serta sumber lain mengatakan kodependensi, neglect/abandonment, ignored, dll.

Bagiku pribadi, lebih baik selektif dan dites dulu sebelum kamu mempercayakan terlalu banyak hal padanya. Tapi terserah kamu mau ngikut pendapat yang mana dari mereka.

Gitu sih. Sementara isi lainnya ya kayak buku-buku serupa. Bahasan-bahasannya seputar itu. Cuma ada pembedanya, terutama pada bahasan mantan istri. Seingatku nggak ada di buku-buku lainnya. Sisanya ya dominan kisah-kisah orang lain yang menerapkan saran yang ditulis di buku ini, yang bagiku melelahkan karena ceritanya terlalu dominan/terlalu banyak kisahnya (aku suka yang to the point karena hemat energi bacanya).

Lumayan detail sih buku "The Marriage Plan" ini. Cara tegas mulai cari jodoh sampai mengkomunikasikan/menegosiasikan segala sesuatu dalam berumah tangga. Dia lebih fokus ke "aku harus dapat goal-ku", bukan tentang spesifikasi calonmu. Ada panduannya tapi secara umum aja. Kalau kamu masih bingung tentang kriteria calon yang cocok buatmu atau tentang goal-mu seputar relationship dan pernikahan mungkin buku lain lebih tepat buat kamu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.