05 Oktober 2020

Cara Mengatasi Krisis Energi dan Membuat Hidup Lebih Sehat


Saya kesal dengan solusi yang tampak berbelit-belit dan aneh di Indonesia.

Misalnya adanya pabrik minuman keras dan rokok, kenapa itu dibolehkan berdiri sementara setiap hari kita sibuk kampanye dan merazia miras dan rokok tersebut, sibuk mengatasi kecelakaan yang ditimbulkannya, orang-orang yang sakit karenanya, zina atau perk*saan yang ditimbulkannya, dan sebagainya.

Sebenarnya pemerintah juga tahu pendirian pabrik itulah masalah utamanya.

Termasuk tentang masalah kesehatan di Indonesia. Tiap datang ke puskesmas atau rumah sakit pengunjungnya pasti membludak. Pendirian rumah sakit pun semakin banyak di mana-mana. Ya kalau dianggap pemerataan fasilitas kesehatan iya juga, tapi jangan lupa fokus utama kesehatan di Indonesia adalah membuat masyarakat sehat (tidak sakit), bukan menyembuhkan.

Diakui atau tidak makanan sehat lebih mahal daripada makanan yang tidak sehat. Lalu sepanjang waktu kita bergelut dengan penyakit-penyakit gaya hidup sebagai penyebab kematian tertinggi, yang jantung lah, diabetes (kencing manis) lah, hipertensi (darah tinggi) lah, obesitas (kegemukan) dan stunting (kekerdilan) lah, dan sebagainya.

Coba setidaknya pemerintah merenungkan dan memperhatikan hal ini, mengapa makanan sehat dan gaya hidup sehat itu lebih mahal di Indonesia?

Mengapa:

1. Makanan organik lebih mahal dari non organik?

2. Minyak kelapa (yg lebih sehat) 2-3 kali lipat lebih mahal dari minyak kelapa sawit?

3. Garam Himalaya atau garam laut yg lebih kaya nutrisi lebih mahal dari garam biasa atau garam beryodium?

4. Gula aren dan gula batu lebih mahal dari gula pasir?

5. Buah-buahan dan jus lebih mahal dari mamin yang tidak sehat.

6. Telur ayam kampung lebih mahal dari telur leghorn.

7. Sapi pemakan rumput (sepertinya juga)  lebih mahal dari pemakan makanan pabrik.

Dan semacamnya.

Bisakah kalian mengatasi itu dulu? Setidaknya bertahap.

Serupa dengan itu, saya tak akan membahas panjang lebar tentang energi, baik itu definisi, jenis-jenis, sumber, dan lain-lain. Itu sudah banyak dibahas oleh orang lain.

Saya akan langsung masuk pada solusinya saja. Saya yakin pemikiran saya ini berbeda dengan pemikiran-pemikiran atau solusi-solusi yang pernah ditawarkan orang lain yang biasanya berkisar pada penemuan sumber energi baru, alat-alat, dan lain-lain.

Pernah tidak saat Anda mau membeli barang Anda memperhatikan spesifikasi dan harganya? Pastinya. Ya, kan?

Nah, itu maksud saya, jika uang kita hanya sedikit, kita tidak akan mampu membeli barang-barang yang hemat energi.

Kadang juga mah kita nggak ngitung soal energi-energian. Bodo amat yang penting kita bisa dapat barang yang kita butuhkan buat kita di rumah.

Jadi, kalau kita ingin ketahanan energi meningkat. Ya secara teori baliklah hal itu. Jadikan barang-barang dan alat-alat yang hemat energi itu murah. Gimana caranya/teknisnya? Silakan dipikirkan. 

Bukankah kalian punya pakar di bidang masing-masing? 


(Strategi serupa bisa diterapkan juga untuk berbagai hal lain, silakan direnungkan sendiri kemudian diterapkan pada hal itu juga)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.