06 Oktober 2020

Renungan dari Janda Bolong

 Janda bolong.

Apanya yang bolong?

Apakah itu bahasa daerah suku lain yang kebetulan sama pengucapan dan tulisannya (homofon homograf) dengan suku yang saya tahu?

Atau ... ya memang artinya seperti yang saya pikirkan.


Kapan hari saya merasa aneh melihat judul berita mengandung kata "Janda Bolong". Ternyata nama sebuah tanaman dengan daun berlubang, yang sedang ngetren.

Apakah penamaan "Bolong" itu karena lubang tadi?

Saya tidak tahu.

Tapi, lagi-lagi dikait-kaitkan dengan genderisme.

Mengapa janda?

"Janda Bolong" apakah gabungan antara "Janda" dan "Sundel Bolong"?

Jangan-jangan besok-besok akan muncul juga tanaman bernama "Janda Gatel", "Janda Pocong", atau lainnya. (Hari ini 23 Desember ternyata aku nemu tanaman janda gatel udah ada, malah ada banyak tanaman dengan nama janda dan duda)



Ada tanaman "Janda Bolong", ada "Lidah Mertua", entah siapa yang memberi nama kok nama dari Indonesia itu jelek-jelek dan abusive.

Pikirkan bagaimana perasaan janda atau mertua atau siapa pun yang terkait dengan nama jelek buatan Indonesia.

Atau, apakah kita akan bangga jika ditanya orang nama tanamannya apa lalu kita jawab dengan nama jelek-jelek tersebut.

Terselip rasa syukur di hati saya bahwa nama internasional itu memakai nama latin, bukan nama Indonesia.

Nama dari Indonesia itu tidak sopan, jelek, abusive (kasar), dan menyinggung, seperti 2 nama yang saya contohkan tadi.

Tolonglah yang kasih nama "Janda Bolong" itu, yang mengizinkan/membiarkan/merasa biasa saja, serta yang mempopulerkannya/memasyarakatkannya, merenunglah, apakah nurani kalian sudah bolong juga? Sehingga perlu ditambal. Agar lebih berempati kepada orang lain dan memilih nama-nama yang baik saja sebagai identitas tanaman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.