30 Maret 2020

Mau Dijodohkan? Eits ... Pahami 11 Hal Ini Dulu

Mendengar kata dijodohkan, apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu: senang, sedih, marah, cemas, berharap, takut, atau ingin kabur saja? Masalah jodoh-menjodohkan alias comblang-mencomblangi itu tidak sederhana, namun entah mengapa sering dilakukan asal-asalan. Asal sama-sama single/lajang, asal bisa nikah cepat, asal ada yang "kosong"/mau, asal jodohkan saja pokoknya. Ini kan gawat.




Untuk itu, saya ingin menunjukkan/mengingatkan kalian untuk memperhatikan beberapa hal di bawah ini:

1. Orang yang dijodohkan itu belum tentu tahu kalau dijodohkan, apalagi setuju/mau dijodohkan. Terkadang ada orang dekatnya yang berinisiatif sendiri dengan prasangkanya sendiri, misalnya orangtuanya minta tolong kepada mak comblang agar anaknya dicarikan jodoh, orangtuanya mendaftarkan anaknya ke biro jodoh, atau seseorang mengenalkan 2 orang temannya yang berlainan jenis siapa tahu cocok.

2. Saat dijodohkan asumsikan kalian sama-sama belum ada rasa. Jangan kepedean langsung menganggap pihak lain naksir/ngebet langsung mau sama kamu.

3. Orang yang menjodohkan itu belum tentu tahu kondisi orang yang dijodohkan, apakah dia benar-benar single (tidak/belum punya calon/pacar/pasangan) atau sudah punya, apakah dia masih mengharapkan seseorang, sedang PDKT dengan orang lain, belum move on, mengalami trauma, belum ingin nikah, masih sibuk kerja/kuliah, sedang hamil/telah menghamili seseorang, dan sebagainya.

4. Jangan pasrahkan sepenuhnya nasibmu pada mak comblang/murobbi yang menjodohkanmu. Seringkali mereka juga tidak mengenali calon terlalu dalam. Ortu mungkin hanya tahu seputar aktivitasnya di rumah, teman kerja hanya kenal seputar aktivitas di kantor, dan sebagainya yang berupa potongan-potongan kehidupannya saja.



5. Jangan terlalu yakin dengan calon meskipun itu asli temanmu/kenalanmu di masa lalu. Dia yang dulu bisa saja sudah berbeda dengan dia yang sekarang. Apalagi cuma melalui CV taaruf. Segala informasi baik itu berupa verbal (lisan) maupun non verbal (tertulis) harus dibuktikan terlebih dahulu, jangan langsung dipercaya.

6. Pahami bahwa tidak semua orang mudah untuk menerima penolakan, baik itu calon tersebut, orangtuanya, mak comblangnya, atau bahkan orangtuamu sendiri.

7. Pahami bahwa tidak semua penolakan atau pembatalan itu tentang kamu, dan kalaupun tidak pura-pura saja demikian agar lebih ringan di hati. Orang bisa menolak/membatalkan perjodohan misalnya karena alasan pada nomer 1, karena dia PDKT dobel, atau lainnya.

8. Jika kamu terlalu sering menolak, masyarakat bisa menganggapmu buruk/pilih-pilih, atau berkata buruk tentangmu, meskipun sebenarnya pilih-pilih itu wajar demi mendapat jodoh yang terbaik.

9. Ada orang yang tetap menikahi/menerima dijodohkan meskipun sebenarnya tidak suka. Jika ini terjadi tidak ada jaminan dia menjadi cinta kamu atau kamu menjadi cinta dia, meskipun ada juga yang jadi cinta.

10. Orang menjodohkan itu motifnya bisa berbeda-beda, ada yang baik dan ada yang buruk.

11. Perjodohan ada yang baik/sukses dan ada juga yang tidak. Namun, risikonya tetap kamu sendiri yang menanggung. Mak comblang, walimu, atau wali dia tidak akan mau tahu.

Perjodohan itu tidak selalu buruk kok, cuma harus teliti dan hati-hati. Yang akan menjalani kan kamu, jadi pahami baik-baik risikonya saat menolak atau menerimanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.