Penipuan
ada di mana-mana. Waspadalah! Penipu tidak hanya beroperasi di dunia nyata/offline,
tetapi juga dunia maya (online). Yah, kalau kita amati di mana-mana orang sibuk
berjualan. Pada tempat atau momen apapun biasanya akan ada orang yang
menawarkan dagangannya. Termasuk media online tentunya, yang mungkin semula
ditujukan untuk chat atau ngobrol akhirnya bermetamorfosis menjadi tempat
promosi dan transaksi barang dan jasa.
Sudah
jatuh tertimpa tangga, peribahasa ini tepat untuk menggambarkan nasib orang
susah yang semakin susah setelah menjadi korban penipuan. Saya sendiri sih
alhamdulillah tidak pernah tertipu yang semacam itu (barang tidak dikirim atau
semacamnya), walau sudah lama membeli via online, ada yang mahal malah. Paling-paling
tertipunya saya tentang barang yang tidak persis dengan katalog atau barang
cacat. Yah pokoknya saya banyak-banyak bersyukur karena sejauh ini selamat dan
berharap tidak akan pernah tertipu selamanya. Apalagi karena saya tidak bisa
naik motor, pergerakan saya terbatas dan akan sangat tidak praktis, efektif,
atau efisien jika saya harus belanja offline.
Banyak
kabar penipuan telah melintas sambil lalu di kehidupan saya, namun keanehan itu
semakin tampak ketika saya mencari informasi (search/browsing) tentang pinjaman
online ilegal (pinjol ilegal). Tindakan tersebut dilatarbelakangi oleh 2 hal,
yaitu ingin menolong seseorang yang terjebak pinjol ilegal dan ingin mengikuti
lomba menulis artikel tentang bunuh diri (yang ternyata penyelenggaranya lupa
menulis bahwa lombanya hanya untuk jurnalis). Jadi, saya ingin menolong kenalan
saya, saya takut dia bunuh diri, dan saya juga ingin menolong korban-korban
pinjol ilegal lain dari berpikir bunuh diri karena putus asa. Nah, karena
setiap aktivitas kita di internet itu akan terlacak (bisa di-tracking), maka
iklan Instagram (Instagram ads) di beranda saya berganti pinjol semua.
Menariknya, mereka ini sangat ganjil dan saya yakini penipu (nanti akan saya
jelaskan lebih lanjut). Saya pun heran, mengapa iklan-iklan penipuan bisa
lolos/muncul sebagai iklan resmi/promoted ads. Pasti korbannya akan semakin
banyak. Detik itu juga saya langsung melaporkan beberapa di antaranya (entah
berhasil ditindak/tidak) sekaligus membuat postingan peringatan (warning) di IG
saya. Kasihan kan orang sudah kesulitan keuangan malah ditipu, tambah bingung
nanti mereka.
Saya
jadi ingat momen di masa lalu yang so sweet so sweet gimana gitu. Waktu itu ada
seorang pria yang PDKT saya dan ingin memberi hadiah. Dia mau membeli baju via
online, tanya-tanya saya saya suka/memilih yang mana. Sejujurnya saya tidak
suka semuanya, modelnya bukan selera saya, tapi terpaksa saya pilih salah satu
agar dia tidak kecewa. Malangnya, ternyata online shop (olshop)-nya itu penipu.
Kesal dong dia, apalagi dia bukan orang berada. Dan suasana pun jadi tidak
enak, saya jadi serba salah.
Sudah
ya curcolnya, lanjut ke cerita beberapa hari lalu, saat saya penasaran dengan
iklan IG ads, kok lumayan bagus dan murah. Klik klik klik, saya simpan, tapi
dilihat doang, karena belum butuh. Belum se-pengen itu. Trus muncul lagi iklan
serupa, lagi dan lagi, semua saya simpan, tetap tidak beli. Lalu beberapa hari
setelahnya muncul postingan AbahRaditya tentang ciri-ciri penipu di Instagram,
tiba-tiba saya ingat kasus pinjol online ilegal tadi dan beberapa ciri yang
tidak ditulis olehnya. Tak lupa saya baca juga komentar-komentar di sana satu
per satu untuk menambah wawasan, dan saya pun kembali bersyukur karena toko-toko
yang produknya saya simpan tadi ternyata penipu. Saya cek ulang satu per satu
dan memang ada indikasi ke sana. Batin saya pun berseru, “Alhamdulillah, slamet
gak ketipu.”
Oke,
langsung saja saya jelaskan bagaimana cara meminimalkan risiko dari menjadi korban
penipuan di Instagram.
Untuk
menurunkan risiko menjadi korban penipuan online di Instagram, perhatikan
hal-hal berikut:
1.
Akun yang diiklankan
Instagram (iklan berbayar) belum tentu aman dan terpercaya.
Penipu juga bayar/keluar modal
untuk promosi/membuat akun bisnis. Tulisan profil pemilik juga terkadang
meyakinkan, bahkan foto-fotonya terkadang tampak seperti nyata (real pict). Jangan mudah percaya, termasuk walau pemilik akun tersebut menggunakan label-label agama, misalnya ada kata "Syariah"-nya (Saya pernah menemukannya pada salah satu pinjol di IG).
Jangan cuma lihat "casing"/"label"-nya, teliti secara menyeluruh dan mendalam.
Jangan cuma lihat "casing"/"label"-nya, teliti secara menyeluruh dan mendalam.
2.
Keanehan pada komentar dan
like:
1.
Komentar akan
dimatikan/dibatasi,
2.
Tidak ada/sedikit yang
komen/like padahal pengikut/followernya banyak,
3.
Komentar tidak
dibalas/nyaris tidak pernah dibalas.
4.
Follower banyak, yang like
banyak, tapi yang komen sedikit.
3.
Postingannya banyak dengan
durasi upload per hari sangat banyak.
4.
Postingan yang menge-tag
tokonya tidak ada, padahal follower dan kiriman banyak.
5. Waspada jika transaksi
langsung diarahkan ke Whatsapp/WA-nya
Jika tertulis “Tidak menerima
komen/DM, langsung WA saja (dengan adanya link WA di profilnya)” atau
semacamnya, kita perlu hati-hati.
6. Masuklah pada akunnya,
lalu klik tanda “titik tiga” pada pojok kanan atas (namun entah mengapa tidak
semua akun memiliki tanda ini). Klik tanda “titik tiga” tersebut, lalu pilih “tentang
akun ini”. Jika tokonya sering ganti nama, apalagi dalam waktu singkat dan
berbeda jauh usahanya, maka perlu diwaspadai.
Meski demikian, anehnya tidak
semua akun memiliki tanda “titik tiga” ini, sedang akun yang memiliki tanda “titik
tiga” ini pun tidak semuanya memiliki pilihan “tentang akun ini”.
SS ini saya maksudkan hanya untuk menyoroti isi peraturannya. Abaikan nama akunnya/cek sendiri asli atau palsunya.
7.
Testimoni
Ada sih foto-foto testimoni,
tapi... itu mungkin curian juga, Foto-foto tersebut TIDAK menunjukkan data
penjual dan pembeli dengan jelas. Kita tidak akan menemukan nama toko pada
bungkus paketnya, nama toko dan pembeli pada WA-nya, nomer rekening penjual,
dan sebagainya.
Namun, tetap masih bisa diakali
penipunya, mengingat sudah banyak tersebar resi-resi atau bukti transfer palsu
yang biasa digunakan oleh penipu yang berkedok sebagai pembeli (bisa digunakan
juga untuk penipu yang berkedok sebagai penjual). Jadi, hati-hati saja.
Bungkusnya berlabel merek dan ada nama IG-nya (asli)
Bungkusnya berlabel jadi merek atau toko ini benar2 ada.
Lalu kita tinggal cari tau benar tidak nama akun IG nya itu, dan ternyata pada bungkus ini juga diberi nama akun IG-nya sekalian.
Pada profil dicantumkan nama dan nomer rekening. Ini gunanya kalau ada chat wa testimoni biasanya kan pembeli itu transfer dan kirim foto bukti transfernya ke wa. Lalu tidak ada percakapan lagi. Percakapan setelahnya itu misalnya "Kakak barangnya sudah sampai. Bagus banget. Suka deh." Tepat di bawah bukti transfer tadi. Jadi kita bisa melihat transaksi itu benar. Barangnya benar dikirim.
8.
Bukti transfer
Kalau bukti transfer mungkin saja
benar, kan memang pembelinya transfer uang ke dia. Cuma, kita TIDAK BUTUH bukti
transfer untuk melihat toko itu penipu/bukan.
9.
Bukti kirim
Sama seperti pada testimoni,
bukti kirim juga tidak menunjukkan nama toko pengirim dengan jelas, baik itu
pada bungkus paketnya, resinya, label alamatnya, chat WA-nya, atau lainnya.
10. Penipu umumnya
terburu-buru (memburu agar calon korban cepat membeli/membayar)
Waspada dengan kata-kata “no keep”,
“no cancel”, “siapa cepat dia dapat”, dan semacamnya.
11.
Punya toko di e-commerce,
semacam Shopee, Bukalapak, Tokopedia, Lazada, dan sebagainya tidak menjamin
bahwa dia aman/terpercaya.
12.
Perhatikan nama toko
dengan seksama, apakah ada tanda titiknya, underscore-nya, dash-nya, angkanya,
dan sebagainya.
13.
Lebih aman jika kita
berbelanja barang yang ready stock dan real pict, bukan katalog, P.O.,
dropship, atau lainnya.
Terutama karena penipunya pun ada
yang membuka lowongan reseller/dropshipper. Jika kita tertipu, siapa yang akan
bertanggungjawab?
14.
Harga terlalu murah
Seperti kisah saya di atas, saya
tertarik karena harganya lumayan murah dan barangnya lumayan bagus.
15.
Akunnya masih baru
Akunnya masih baru, postingan
masih sedikit, nama toko alakadarnya, dan terdapat banyak akun yang serupa
namanya.
16.
Tidak mau didatangi
tokonya
Alamat realnya tidak jelas, tidak
mau didatangi tokonya, dan tidak bisa COD.
17.
Tidak bisa mengirimkan
foto/video barang dengan nama kita,
18.
Menolak melakukan video
call untuk melihat barangnya secara langsung,
19.
Kurang menguasai produk
Product knowledge penjualnya
sangat rendah.
20.
Banyak alasan mengapa
barangnya tidak kunjung sampai
Alasannya misalnya barang
tertahan di Bea Cukai dan butuh biaya tambahan untuk menebusnya. Anehnya,
kadang malah masih minta uang tambahan, marah-marah, minta nomer rekening, menyuruh
ke ATM, menyuruh menyebut kode tertentu, dan sebagainya. Dia akan memburu,
memaksa korban agar segera melakukan perintahnya, mengancam, serta marah-marah.
Biasanya mereka tidak bekerja sendiri, tetapi memiliki tim/partner supaya lebih
kelihatan meyakinkan. Biasanya bicaranya juga cepat, tidak jelas (mungkin
mulutnya ditutupi saputangan), dan memburu (ngoyok, Jawa-red). Perintah
yang memburu ini seringkali membuat korban bingung dan ingin segera menuruti
perintahnya. Sayangnya, penipu akan segera kabur/menghilang begitu tujuannya tercapai, dan nomernya tidak
aktif lagi.
Terkadang, memang ada barang yang
dikirim, tetapi asal-asalan/barang yang buruk, bisa berupa produknya yang berbeda
(misal beli HP dikirim batu), produk ori jadi produk KW, jumlah produk kurang
dari yang semestinya, dan sebagainya.
21.Lebay menunjuk-nunjukkan
trusted, padahal tidak relevan dengan bukti-bukti.
Misalnya: Dia memposting terdaftar di OJK,
mengatakan dirinya trusted dengan cuma posting foto bertuliskan OJK (tanpa ada
dirinya/nama usahanya). Contoh lain, misalnya mengatakan dirinya aman dan
terpercaya dengan memposting foto/logo polisi online, padahal lolos situs
Polisi Online tidak seperti itu indikasinya. Contoh lagi, penipu juga bisa ngomong penipu/posting tertipu, atau semacamnya. Cek selalu ya, jangan langsung percaya.
Cara kerja Polisi Online itu dg memasukkan link website kita pada situs tersebut. Kalau lolos akan ada tulisannya lolos, bukan dg memasang logo Polisi Online artinya toko tersebut terpercaya.
Yah,
sementara itu dulu ya. Waspada saja, bukan berarti kalau memuat satu atau lebih
di antaranya pasti penipu. Karena misalnya harga, penipu bisa saja menjual
dengan harga sama atau bahkan lebih mahal. Atau sebaliknya, bisa saja ada penjual
jujur yang membeli dalam partai besar lalu menjual dengan harga murah.
Dan,
perlu diingat, apa yang tertulis di atas itu bisa tidak relevan lagi setelah
beberapa waktu kemudian, karena para penipu juga akan semakin canggih dan akan
memperbarui/mencari teknik/strategi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.