Alam
menghadiahi manusia dengan beragam sumber daya yang tak ternilai harganya. Pada
industri batik misalnya, dapat memanfaatkan berbagai bagian tumbuhan sebagai
bahan pewarna. Batik seperti ini dinamakan batik eco-print.
Batik eco-print dari daun jati |
Sejak
2009, batik telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan
Nonbendawi (masterpiece of the oral & intangible Heritage of Humanity)
oleh UNESCO. Ironisnya, upaya pelestarian batik masih terganjal masalah cemaran
limbah pewarna batik terhadap lingkungan. Oleh karena itu, digagaslah batik
eco-print sebagai solusi bagi keduanya: melestarikan alam sekaligus budaya.
Batik dari pewarna alam (eco-print), Tegalrejo |
Pembuatan
batik eco-print telah diterapkan pada Desa Batik Tegalrejo, sebagai sentra
batik di Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul, Yogyakarta. Masyarakat di sana begitu
kreatif dalam memadupadankan warna-warni dari pohon jolawe, nangka, jati, indigofera,
mangga, pace, ubi jalar, dan lainnya demi memperindah motif-motif batik kreasinya.
Proses pewarnaan alam pada batik tulis |
Batik
eco-print ini merupakan salah satu suguhan istimewa dari Desa Batik Tegalrejo
dalam rangkaian acara Pesona Gedangsari. Mayoritas pengusaha batik di Tegalrejo
membatik dengan cara ini. Sembari memberdayakan sumber daya alam di sekitar, para
pembatik tadi juga aktif menanam ribuan pohon penghasil zat pewarna alami (jati
dan mahoni) serta memiliki laboratorium mini zat pewarna alam di desanya
sendiri.
Pagelaran busana di Wanajati (Indonews.id) |
Masyarakat
Tegalrejo sangat cinta akan batik. Dari PAUD berusia 5 tahun hingga lansia di
atas 70 tahun turut andil dalam memecahkan rekor MURI “Membatik Lintas
Generasi/Usia” pertama di dunia. Tak hanya cinta batik, para pembatik di sana juga
sudah profesional karena telah disertifikasi oleh Disnaker Yogyakarta. Bahkan, telah
banyak karya siswa SD hingga SMKN, serta para UKM Batik Gedangsari binaan Astra
yang ikut unjuk gigi di berbagai ajang promosi dalam dan luar negeri, misalnya
pada Pagelaran Busana Pertama di Wanajati, pameran busana batik di Alas Sobo,
serta Jogja WOW fashion & craft di plaza Ambarukmo Yogyakarta.
Membatik lintas generasi (Akurat.co) |
Tak
salah bila Anda memilih Desa/Kampung Batik Tegalrejo sebagai jujugan wisata
keluarga maupun sekolah. Di sana, Anda bisa merasakan sensasi membatik dengan
canting, mencelup, dan menggunakan pewarna alam (eco-print) langsung dari
ahlinya. Puas membatik, Anda bisa melepas penat dengan minum jamu atau mencicipi
mie jawa dan nasi goreng jawa khas Tegalrejo, serta aneka olahan singkong, garut,
dan pisang.
Jangan
lupa pula untuk menyaksikan parade seni dan budaya Gedangsari, atraksi fashion
show batik di Alas Sobo, teaching factory batik, atau perbengkelan sepeda motor.
Atau barangkali Anda lebih suka memanjakan telinga dengan salawatan jawa di
Dusun Ngipik atau menikmati kicauan burung di Dusun Candi; atau malah
menyejukkan diri di Curug Tegalrejo Gedangsari (curug Bayat) atau air terjun
Nglarangan. Bagi para wisatawan yang berkunjung sampai sore, sempatkan pula
untuk mampir menikmati keindahan sunset di Green Vilage Gedangsari.
Berwisata
tidaklah lengkap tanpa berbelanja. Sebelum pulang, oleh-oleh apa yang akan Anda
bawa? Apakah batik tulis dengan pewarna alam, cobek batu, srikaya, atau produk
kerajinan atau pangan lainnya? Tenang saja, ada banyak oleh-oleh yang bisa
dipilih di sana.
Forum Persiapan Program Desa Sejahtera Astra 2020 |
Sungguh
menarik bukan berwisata di Tegalrejo? Semua tak lepas dari peran YPA-MDR (Yayasan
Pendidikan Astra Michael D Ruslim), KBA (Kampung Berseri Astra), DSA (Desa
Sejahtera Astra), dan berbagai pihak lain dalam menggali semua potensi wisata
lokal di Tegalrejo demi menyejahterakan masyarakatnya.
Turis Vietnam sedang membatik |
Turis Qatar dan teknik pewarnaan kain tie-dye (ikat celup) |
Turis
Vietnam dan Qatar saja sudah mengunjungi Tegalrejo, lho. Kapan giliran Anda dan
keluarga?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.