Upacara Sekaten, salah satu budaya Jawa yang ada di Yogyakarta
Sumber: iwantgoto.com
Yah, kelewat lagi! Padahal jauh-jauh hari sebelum 23 Agustus sudah ada
rencana datang ke Malioboro Night Festival 2019 eh lupa. Trus bikin rencana
baru ingin nonton pagelaran wayang kulit paguyuban dalang muda Yogyakarta Sukra
Kasih tanggal 30 Agustus eh kelewat juga. Pernah tidak Anda mengalami hal seperti
itu? Sudah punya rencana untuk menghadiri atau menonton even pariwisata
tertentu tetapi kelewatan. Apalagi jika evennya jarang, misalnya even tahunan. Lupa,
meskipun manusiawi, pasti terasa mengecewakan.
Kadang seseorang tidak mendatangi suatu acara bukan karena tidak
tertarik, melainkan karena sedang berbenturan jadwalnya dengan yang lain, sibuk,
atau lupa. Nah, untuk alasan yang terakhir kita memerlukan alat bantu berupa
aplikasi reminder wisata.
Mumpung Yogyakarta masih tercatat sebagai Kota Kebudayaan ASEAN,
mari kita manfaatkan sebaik-baiknya dengan segera membuat aplikasi ini. Karena sejak
tahun 2018 hingga setahun ke depan, Yogyakarta masih akan menyandang predikat
tersebut (Kota Kebudayaan ASEAN/ASEAN City of Culture).
Yogyakarta sebagai ASEAN City of Culture
Sumber: Goodnewsfromindonesia.id
Dari tahun ke tahun ancaman kepunahan budaya terus mengintai
sehingga memerlukan penanganan serius. Terutama terkait dengan dilema yang
mereka hadapi. Di satu sisi budaya tradisional itu ingin tetap asli, namun di
sisi lain mereka harus mengikuti selera pasar agar tetap ada atau berjaya. Menjadikan
suatu budaya sebagai objek wisata dan memberinya pengingat (reminder) merupakan
salah satu upaya untuk melestarikannya.
Sejak dulu Yogyakarta dan Jawa Tengah dianggap sebagai gambaran
dari budaya Jawa yang asli. Entah mengapa Jawa Timur sering tidak
diikutsertakan. Namun, yang saya titikberatkan di sini adalah karena kedua
tempat tersebut dianggap mewakili Jawa, sehingga menjaga dan menampilkan ke-Jawa-annya
mutlak diperlukan. Apalagi dengan derasnya arus globalisasi, masuknya budaya
luar sedikit banyak ikut mempengaruhi. Agar tidak punah, kita harus benar-benar
menjaganya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, budaya-budaya Indonesia juga
sudah masuk ke dalam ranah digital, baik melalui buku digital, aplikasi
digital, games digital, atau lainnya. Bahkan sudah ada ojek andong digital.
Upaya yang baik menurut saya, mengingat di daerah saya Sidoarjo dan daerah
kakek saya Pasuruan Andong (di sana namanya dokar) sekarang sudah langka.
Upaya digital lain yang bisa dilakukan adalah melalui media sosial.
Seperti daerah Surabaya misalnya, admin Instagramnya gaul dan informatif dalam
menyebarkan info-info tentang acara-acara dan pembangunan di sana. Pengikutnya
banyak dan tampak antusias juga dalam menghadiri even-even yang diinfokan,
selain juga aktif berdialog interaktif dengan admin tersebut. Upaya seperti ini
juga baik bagi pariwisata Yogyakarta, terutama jika sasarannya adalah turis
lokal/dalam negeri.
Nah, untuk mencapai sasaran yang lebih luas aplikasi reminder
wisata ini dapat membantu. Integrasikan seluruh agenda wisata pada aplikasi
ini, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun pihak lain, misalnya
Jogja Cross Culture (JCC). JCC memiliki misi untuk menjadikan Yogyakarta
sebagai kota budaya dunia dan saya rasa hal ini selaras dengan misi pemerintah.
Apalagi JCC menjadi gambaran budaya Yogyakarta dari berbagai zaman. Bila ASEAN City
of Culture berupa gelar yang ada masanya (berlaku hingga periode tertentu),
upaya yang kita lakukan adalah membuat gelar itu benar-benar melekat pada
Yogyakarta dalam jangka panjang dan lingkup yang lebih luas. Gunakan gelar ASEAN
City of Culture sebagai kendaraan atau batu loncatan saja untuk tujuan yang
lebih besar.
Di dalam aplikasi reminder wisata nanti, semua agenda wisata yang
menarik di Yogyakarta dimasukkan. Misalnya upacara Gerebek Maulud, upacara
Sekaten, upacara Siraman Pusaka, upacara Bekakak, Sendratari Ramayana, dan
masih banyak lagi. Sangat disayangkan ketika saya menemui ada media yang
mengatakan turis menyasar Parangtritis dan Dlingo saja, padahal obyek wisata di
Yogyakarta tak kurang-kurang macamnya.
Adanya informasi di website bagus, informasi di medsos juga bagus,
tetapi lengkapi pula dengan aplikasi reminder wisata. Tak bakal lagi deh mereka
akan melupakan Yogyakarta.
Tulisan ini diikutsertakan dalam "Kompetisi Pagelaran TIK yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY 2019"