Cuci tangan
Sumber: Merdeka.com
Sebagian
orang mungkin heran bagaimana hal kecil semacam mencuci tangan bisa
mendatangkan perubahan hidup yang berarti. Sama takjubnya mereka dengan
bagaimana sesuatu sekecil bakteri atau virus bisa menyebabkan orang mati.
Kenyataannya, tak ada hal kecil di dunia ini, apalagi jika menyangkut
konsistensi. Dengan mencuci tangan secara teratur artinya kita membangun
pelindung diri dari berbagai penyakit akibat bakteri-bakteri dan virus-virus tadi.
Membiasakan
anak-anak mencuci tangan merupakan hal yang sederhana, meskipun tak bisa
dikatakan mudah. Malahan, kita membutuhkan lingkungan yang kondusif dan
perangkat-perangkat tertentu agar tujuan tersebut dapat tercapai. Niat saja
tidak cukup, kita juga perlu memperbaiki tata letak dan mencari orang-orang
yang bersedia berada di sisi kita, mendorong kita, bahkan melakukan hal yang
sama dengan kita. Tahukah Anda saya sedang membicarakan apa? Saya sedang
membicarakan tentang perlunya pengadaan keran atau wastafel di dalam atau di
luar kelas dan di dekat tempat orang-orang makan; baik itu di sekolah, di
rumah, atau di mana saja. Semacam di rumah makan, terdapat wastafel dan lap
atau pengering tangan. Jika tidak ada, setidaknya kita bisa menyediakan antiseptik
dan meletakkannya sedekat mungkin dari tempat anak-anak berada.
Disiplin
dalam mencuci tangan dengan air dan sabun selain bisa mencegah berbagai
penyakit juga memiliki manfaat lain. CDC menemukan bahwa anak-anak yang mencuci
tangan secara teratur mencapai tonggak perkembangan lebih awal daripada mereka
yang tidak.
Agar
penerapan kebiasaan mencuci tangan ini lebih efektif, membuat wastafel saja belumlah
memadai. Pastikan bahwa pada tiap-tiap kelas ada anak yang terbiasa mencuci
tangan dan suka mengajak teman-temannya untuk melakukannya juga. Karena menurut
ilmu psikologi, pengaruh sosial menentukan apakah suatu perubahan itu bisa
terwujud ataukah tidak.
Ketika
saya dulu mengajar di sebuah sekolah, beberapa murid begitu malas untuk mencuci
tangan dengan air dan sabun sehingga mereka menggantikannya dengan antiseptik.
Beberapa yang lain berlari dan menghambur menuju keran air yang berjarak
beberapa meter dari kelasnya. Tak jelas apakah mereka selalu melakukannya
setiap sebelum dan sesudah makan dan setelah beraktivitas, ataukah hanya pada
awal waktu istirahat. Saya juga tidak memperhatikan apakah setelah mereka
bermain atau memegang ini itu mereka mencuci tangan lagi atau tidak. Padahal,
terdapat 5 waktu penting untuk mencuci tangan dengan sabun. Waktu-waktu
tersebut adalah:
1. Setelah
dari jamban,
2. Setelah
membersihkan anak yang buang air besar,
3. Sebelum
menghidangkan makanan,
4. Sebelum
makan, dan
5. Setelah
memegang hewan/benda kotor.
Khusus
untuk anak-anak mungkin lebih mengacu pada poin 1, 4, dan 5.
Membiasakan
dan memudahkan anak dalam mencuci tangan dengan air dan sabun dapat
menghindarkan mereka dari berbagai penyakit. Menjangkitnya penyakit mata,
penyakit perut, kecacingan, flu, bahkan pneumonia bisa berawal dari tangan yang
kotor.
Terutama
pneumonia, yaitu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru. Penyakit ini
menyebabkan 2 anak meninggal setiap menitnya. Selain itu, ia juga sekaligus merupakan
penyebab kematian tertinggi pada balita di Jawa Timur setelah diare (Bhirawa,
29/8). Harian Bhirawa (29/8) menyebutkan, persentase penderita pneumonia di
bawah 5 tahun sebesar 74 persen, sedangkan pada usia di atas 5 tahun sebesar 26
persen.
Masyarakat
umum mengenal pneumonia dengan sebutan penyakit paru-paru basah. Penyakit ini bisa
disebabkan karena bakteri, virus, serta dipengaruhi oleh masalah gizi, polusi
udara, serta sanitasi dan higienitas.
Pneumonia
bisa menimpa usia berapa saja, baik itu bayi, balita, remaja, maupun manula. Namun,
bila menimpa anak-anak, perawatannya harus dilakukan dalam 48 jam pertama begitu
gejala muncul. Jika tidak, kasusnya akan menjadi semakin serius.
Berikut
ini adalah gejala-gejala pneumonia:
1. Demam
di atas 38 derajat Celcius,
2. Batuk
berdahak,
3. Kurang
nafsu makan,
4. Napas
lebih cepat dan pendek,
5. Mudah
kelelahan,
Sepintas
gejala dari penyakit ini mirip dengan gejala flu. Karena memang komplikasi dari
flu bisa berubah menjadi pneumonia. Bedanya, pada pneumonia semua gejala flu yang
muncul akan menetap lebih dari seminggu. Selain itu, Anda juga mungkin akan menjumpai
gejala lain yang berupa batuk berdahak, demam disertai tubuh menggigil dan
berkeringat, bernapas lebih cepat, sulit bernapas, dan nyeri dada.
Stop pneumonia
Kabar
baiknya, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau bisa terlampaui. Mencuci tangan dapat mencegah dua penyakit penyebab
kematian tertinggi pada anak sekaligus, yaitu diare dan pneumonia. Jika kita
bisa membelokkan arah pembangunan kesehatan kita lebih pada mencegah daripada
mengobati penyakit, maka itu akan lebih baik. Dan pengadaan wastafel kelas ini
adalah salah satunya. Sebagaimana pernyataan Pakar Epidomologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair Surabaya, Dr. Muhammad Attoillah Isfandiari
dr. Mkes, kalau serangan pneumonia itu muncul, ia akan menelan biaya pengobatan
hingga puluhan juta rupiah.