Ini
adalah dunia tempat orang sering mempertanyakan apakah orang baik masih ada.
Ini pinggiran kota, di mana orang sering mengatakan rasa bertetangga dan
tolong-menolong telah musnah. Di sinilah Bu Yulia tinggal dan menebar kebaikan bagi
sesama. Semua itu tak lain karena sebuah pertanyaan telah mengusik batinnya, “Mampukah
aku menyelamatkan diri di akhirat nanti?”
Di
sebalik rumahnya, Bu Lila sibuk menghitung uangnya sambil mempertanyakan hal
yang berbeda. Mungkin dia memiliki hitungan maya di kepala, mengingat usianya
kini yang sudah tak lagi muda. Dia sudah kepala tujuh. Kulitnya yang mengendur
dan dihiasi keriput di sekujurnya semakin menegaskan ia harus segera kembali ke
sana. “Mengapa tidak?” pikirnya. Sebelum lutut dan tulang-tulang ini semakin
digerogoti penyakit khas wanita lanjut usia. Pun sebelum jasad ini berkalang
tanah.
Entah
apa sebabnya keinginan ke Mekah itu kembali menyeruak. Tak heran sih, mengingat
sepulang umroh atau haji para jamaah sering mengatakan hal yang sama, ingin menjejakkan
kaki lagi ke Tanah Suci. Rupanya ibadah tersebut mengandung daya pikat yang
hanya bisa dipahami oleh mereka yang pernah menjalaninya. Tetanggaku ini salah
satunya. Walau sudah pernah berhaji sekali ia ingin bisa membaui aroma Kakbah
lagi. Namun sayang, kali ini keinginan itu sulit untuk terwujud. Pasalnya,
bisnisnya yang dulu lancar menghasilkan pundi-pundi mendadak tak laku lagi.
Padahal, bisnis itu merupakan sumber penghidupannya pasca ditinggal Sang Suami
menghadap Sang Pencipta. Alhasil, uang yang dimiliki belum mencukupi.
Keajaiban
muncul ketika suatu hari ia berbincang dengan Bu Yulia. Bak ketiban durian
runtuh, wanita itu menggenapinya. Tak hanya dia, dua tetanggaku yang lain pun memperoleh
rezeki serupa. Dia benar-benar laksana seorang peri pengabul impian. Tentu saja
dia sendiri sudah pernah berhaji dan berumroh. Namun, bila orang lain memilih
berhaji atau berumroh berkali-kali untuk dirinya sendiri, dia berbeda. Dia
ingin tetangga-tetangganya bisa mencicipi juga. Istilahnya berbagi kebahagiaan.
Dan itu bukan karena mereka bekerja padanya lalu mendapat hadiah. Bukan pula
karena mereka bagian dari keluarga atau sanak saudara. Pemberian ini adalah
tentang ukhuwah Islamiyah, tentang kebaikan seorang manusia.
Tanpa
menunggu waktu lama, begitu dia menggenapinya esoknya keempat orang itu
langsung berangkat, tiga yang dibantunya tadi plus satu tetangga lain yang membayar
sendiri. Bu Yulia mengurusi keberangkatan mereka sehingga mereka bisa berangkat
bersama-sama.