Tiga
Masalah Terbesar Dunia di Masa Depan
Tiga
masalah terbesar dunia di masa depan telah dirumuskan oleh Yuval Noah Harari,
salah seorang dari 100 pemikir teratas dunia tahun 2018. Masalah tersebut
adalah perang nuklir, perubahan iklim, dan gangguan teknologi. Berkaitan dengan
itu, dia pun memberikan sebuah tantangan untuk para calon pemimpin di masa
depan, mampukah menjawab 4 pertanyaan ini:
1. Jika
Anda terpilih, tindakan apa yang akan Anda ambil untuk mengurangi risiko perang
nuklir?
2. Tindakan
apa yang akan Anda ambil untuk mengurangi risiko perubahan iklim?
3. Tindakan
apa yang akan Anda ambil untuk mengatur teknologi yang mengganggu seperti AI (kecerdasan
artifisial/buatan) dan bioteknologi?
4. Bagaimana
Anda melihat dunia 2040? Apa skenario terburuk Anda, dan apa visi Anda untuk
skenario terbaik?
Di
antara kedua calon presiden, siapa yang telah menjawab keempat pertanyaan
tersebut dengan baik?
Setahu
saya, sejauh ini tidak ada capres yang menyinggung tentang perang nuklir. Isu
tentang lingkungan hidup hanya dibahas 25 kali oleh kubu Jokowi-Ma’ruf, dan 16
kali oleh kubu Prabowo-Sandi. Sedangkan masalah gangguan teknologi, meskipun
Yuval juga menyinggung tentang hoaks, tetapi yang dimaksud lebih mengarah kepada
AI, penjajahan/peretasan data, dan bioteknologi. Dalam hal hoaks, kubu Jokowi
yang lebih memperhatikan, yaitu sebesar 75 kali dibahas, dibandingkan dengan
kubu Prabowo yang hanya 10 kali.
Grafik
kampanye capres 2019 berdasarkan isu yang diangkat di media sosial
Sumber:
www.iklancapres.id
Lalu
bagaimana dengan tahun 2040? Pada tahun tersebut Inggris dan Perancis sudah melarang
mobil berbahan bakar bensin atau solar. Kendaraan harus sudah nol emisi. Hal
itu disebabkan British Petroleum (BP) memperkirakan bahwa gas akan menyalip
minyak sebagai sumber energi utama dunia, sedangkan IMF memprediksi mobil
listrik akan mulai mendominasi pada tahun tersebut.
Di
Indonesia sendiri, capres dengan nomer urut 2, telah meramalkan skenario
terburuk bahwa Jakarta akan tenggelam pada 2025. Menurut Ilmuwan Prof. Wayan
Suparta, hal itu bisa jadi benar, tapi hanya akan menimpa Jakarta Utara. Itupun
jika kecepatan penurunan tanah mencapai 20 hingga 25 sentimeter per tahun
ditambah penggunaan air tanah yang berlebihan. Lucunya, tak diketahui dengan
pasti apa tindakan konkretnya selain seperti hanya menebarkan teror
(ketakutan). Bisa dilihat bukan, grafik menunjukkan isu lingkungan hanya
diusung 16 kali oleh kubu Prabowo. Selain itu, dia juga tidak menunjukkan apa
skenario terbaik dari pemerintahannya pada Indonesia di masa mendatang.
Berbeda
dengan paslon 2, paslon 1, lebih memfokuskan pada skenario terbaik. Jokowi
menyatakan, ekonomi Indonesia akan menjadi terbesar ke-4 di dunia pada
2040-2045. Pernyataan ini tanpa dibarengi dengan apa skenario terburuk yang
bisa terjadi, sehingga terkesan over optimis.
Lebih
jauh mengenai isu lingkungan, terutama perubahan iklim akan dijelaskan sebagai
berikut.
Isu
Lingkungan dan Perubahan Iklim
Sebagaimana
pernyataan Yuval Noah Harari, isu lingkungan hidup terutama mengenai perubahan
iklim sangat penting bagi masa depan. Masalah ini benar-benar serius. Laporan
baru utama dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), dirilis di
Korea pada 8 Oktober 2018, menyatakan “Suhu global rata-rata sekarang 1.0 °C di
atas tingkat pra-industri. Peningkatan itu sudah menyebabkan cuaca yang lebih
ekstrem, naiknya permukaan laut, dan berkurangnya es laut Kutub Utara, dan
merusak ekosistem daratan dan laut yang tak terhitung jumlahnya. Peningkatan
1,5° C, kemungkinan pada tahun 2040, akan memperburuk keadaan. Peningkatan 2,0°
C akan jauh lebih buruk dari itu. Hanya perubahan sosial-ekonomi dan
politik-diplomatik radikal yang dapat menghentikan bencana. Para ilmuwan iklim
terkemuka di dunia telah memperingatkan bahwa hanya selusin tahun yang tersisa
untuk pemanasan global yang dijaga agar tetap maksimal 1,5C. Di luar itu, efek
yang tidak dapat dibalikkan akan mulai bergerak: bahkan setengah derajat akan secara
signifikan memperburuk risiko kekeringan, banjir, panas ekstrem, dan kemiskinan
bagi ratusan juta orang.”
Di
Indonesia sendiri, kita masih memiliki banyak PR mengenai isu lingkungan. Misalnya
terkait dengan degradasi hutan karena ekspansi perkebunan, izin pertambangan
dan illegal logging, konflik tenurial, krisis tata ruang, bencana ekologis,
reklamasi, sampah plastik, dan pencemaran udara.
Visi
dan misi paslon 1
Visi
dan misi paslon 2
Sumber:
www.iklancapres.id
Jika
merujuk pada visi dan misi dari kedua pasangan calon presiden, isu lingkungan
sudah termuat di dalamnya. Pada paslon 1 terdapat pada poin ke-4, sedangkan
paslon 2 terdapat pada poin ke-1. Bahkan, secara khusus, Prabowo sebagai capres
nomer urut ke-2 juga memberikan beberapa janji yang terkait dengan lingkungan,
misalnya membangun kemandirian dalam hal pangan, energi, dan air; serta
mendisiplinkan perusahaan besar untuk menghadapi masalah lingkungan
(Sains.kompas.com, 18/02/2019). Meskipun, di dalam janji-janjinya masih
terdapat banyak keganjilan, misalnya janji untuk memanfaatkan kelapa sawit
menjadi biofuel dan biodiesel (kubu paslon 1 pun memberikan janji serupa tentang biodiesel kelapa sawit). Padahal, selama ini perkebunan kelapa sawit
masih mendatangkan isu lingkungan hidup yang besar. Selain itu, program
Prabowo-Sandi tentang pertambangan yang ramah lingkungan disikapi skeptis oleh Ketua
Tim Adhoc Politik Keadilan Ekologis, Khalisah Khalid. Bagi Khalisah, hal itu hanyalah
mitos.
Seperti
tampak pada grafik sebelumnya, faktanya kedua paslon lebih mengutamakan isu
ekonomi dan demokrasi di dalam kampanyenya ketimbang isu lingkungan hidup.
Perbandingannya sangat jauh. Jika pada paslon 1 ekonomi disinggung 293 kali dan
demokrasi disinggung 341 kali, lingkungan hidup hanya disinggung sebanyak 25
kali. Sedangkan pada paslon 2 ekonomi disinggung 394 kali, demokrasi disinggung
365 kali, dan lingkungan hidup hanya disinggung sebanyak 16 kali.
Video
debat calon presiden 2019
Pada
debat calon presiden tentang lingkungan hidup, masalah lingkungan juga saya
pandang kurang dibahas mendalam. Bahkan, pernyataan-pernyataan Jokowi di
dalamnya banyak menuai protes dari masyarakat, karena menganggapnya tidak
benar. Kebakaran hutan masih terjadi di mana-mana pada periode yang dimaksud (3
tahun terakhir).
Masalah
lain juga dijumpai pada tidak selarasnya instruksi Jokowi dengan para pembantu
di kabinet dalam hal lingkungan hidup, seperti pada kasus Kabupaten Buol,
Sulawesi Tengah. Jokowi sudah menandatangani Inpres No.8 Tahun 2018 tentang
moratorium izin perkebunan sawit. Tapi, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) justru menerbitkan Surat Keputusan (SK) yang mengizinkan
pelepasan area hutan produksi seluas lebih dari 9.000 hektar menjadi kebun
sawit.
Pada
intinya, masih terdapat banyak “lubang” di dalam visi misi ataupun
program-program dari kedua calon. Diperlukan adanya kajian dan perbaikan lebih
lanjut agar hasilnya lebih memuaskan. Karena bagaimanapun juga pertumbuhan ekonomi
yang mengesampingkan kelestarian alam justru mengakibatkan bencana alam yang
akan menjauhkan masyarakat dari kata sejahtera. Alih-alih sejahtera, ia malah
akan menimbulkan kesengsaraan. Jangan lupakan pula bahwa kolapsnya Pulau Jawa
dan pulau-pulau besar lainnya justru disebabkan oleh laju investasi yang tak
terkendali sehingga menyebabkan kerusakan alam.
Namun,
pertanyaan yang kemudian muncul adalah bisakah keduanya — pertumbuhan ekonomi
dan isu lingkungan — berjalan seimbang? Ataukah hanya teori? Menurut Yuval Noah
Harari tidak bisa. Di dalam bukunya 21 Lessons for the 21st Century ia
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan bisa menyelamatkan ekosistem
global atau memecahkan gangguan teknologi. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi akan
menyebabkan krisis ekologi.
Bagaimana
dengan pendapat Anda? Setujukah dengan Yuval Noah Harari? Atau apakah Anda
memiliki win-win solution atas masalah-masalah ini? Bagaimana agar hal
itu tidak terjadi?
Sumber:
http://www.iklancapres.id/berita/read/22/satudunia-jurnal-celebes-timses-capres-minim-kreativitas.html
http://www.iklancapres.id/berita/read/13/debat-capres-jokowi-dan-prabowo-sama-sama-menomorduakan-lingkungan-setelah-ekonomi.html
http://www.iklancapres.id/
https://fakta.news/berita/gas-akan-melibas-minyak-pada-2040
https://beritagar.id/artikel/otogen/imf-memprediksi-dominasi-mobil-listrik-dimulai-2040
https://www.suara.com/news/2018/11/26/161629/ilmuwan-prediksi-wilayah-jakarta-bakal-tenggelam-pada-2040
https://www.cnbcindonesia.com/news/20181112111045-4-41675/jokowi-ri-jadi-ekonomi-terbesar-keempat-di-dunia-2040-2045
https://www.asiasentinel.com/society/scientists-2040-doomsday/
https://news.detik.com/video/190217077/prabowo-vs-jokowi-soal-lingkungan-hidup
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190215194324-32-369729/debat-capres-kedua-bedah-visi-lingkungan-hidup-ala-prabowo
https://sains.kompas.com/read/2019/02/18/102949323/catat-8-janji-dan-mimpi-prabowo-kalau-terpilih-jadi-presiden
https://www.idntimes.com/news/indonesia/rosa-folia/soal-lingkungan-hidup-jokowi-sedikit-lebih-baik-dari-prabowo/full