Pelukan, salah satu bentuk pemberian
Hidup
telah memberikan banyak kelimpahan kepada kita. Matahari yang bersinar, udara
segar, air bersih, tumbuhan dan hewan, serta dari kebaikan orang-orang di
sekitar kita. Kita ada karena kebaikan Tuhan melalui makhluk-makhluk-Nya.
Memberi
merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi pemberi dan penerimanya. Ia bisa
menciptakan perbedaan positif bagi Anda dan penerima pemberian tersebut. Selain
itu, memberi akan membuat Anda merasa bermakna, genap, dan bahagia.
Ada
banyak sekali manfaat memberi, di antaranya memberi bisa membentuk
hubungan-hubungan baru, menciptakan rasa aman, memudahkan pekerjaan, kesehatan
yang baik, rasa berdaya, bangga dan berhasil, kebahagiaan, kedamaian dan cinta,
serta membuat Anda merasa lebih terhubung dengan orang lain.
Memberi
tidak perlu menunggu kaya. Pun, tidak harus selalu berupa harta. Segala
keahlian, kemampuan, dan sumber daya Anda yang berlebih bisa diberikan. Anda
bisa memberikan waktu, kearifan, perhatian, cinta, tawa, tenaga, ilmu pengetahuan,
kepemimpinan, harapan, kehidupan, kesehatan, sentuhan, pelukan, informasi, atau
bahkan nasehat.
Setiap
orang memiliki sesuatu yang dapat dilakukan lebih baik atau lebih mudah
daripada orang lain, suatu bakat dari lahir atau keahlian yang mereka kembangkan.
Bahkan, kita selalu bisa menambah keahlian baru untuk dikembangkan.
Apa
yang dibutuhkan masing-masing orang bisa saja berbeda. Selain karena bersifat
subyektif, waktu yang berbeda juga bisa menghasilkan kondisi yang berbeda. Di
sini, uang atau materi tidak selalu menempati posisi tertinggi.
Begitu
pentingnya masing-masing dari sumber daya Anda, misalnya waktu dan uang,
membuat Anda harus berhati-hati dalam memanfaatkannya. Bila penggunaan Anda
tidak bijak atasnya, Anda tidak akan bisa memberikan waktu dan uang kepada
orang lain. Atau, setidaknya, porsi yang bisa Anda berikan kepada orang lain
akan berkurang.
Pemberian
berupa waktu sering disepelekan orang lain. Padahal, waktu adalah umur kita.
Ketika kita memutuskan untuk memberikan waktu kita, maka sadar atau tidak kita
telah menyerahkan sebagian umur kita untuk urusan tersebut.
Anda
juga bisa memberi sesuatu kepada orang lain berupa sentuhan, pelukan, nasehat,
tawa, atau lainnya. Penelitian menunjukkan, anak yang sering disentuh
agresivitasnya akan berkurang dan menjadi lebih pengertian. Temuan ini
merupakan hasil pengamatan dari Dr. Tiffany Field, seorang psikolog
perkembangan dan profesor pediatri terhadap para ibu di Paris dan para ibu di
Amerika. Risetnya menyimpulkan bahwa agresivitas fisik anak-anak Perancis di
taman bermain jauh lebih rendah daripada anak-anak Amerika. Termasuk bila
dibandingkan dengan teman mereka di Amerika Serikat, remaja Perancis jauh lebih
tidak agresif dalam berbicara.
Pelukan
juga tak kalah penting. Di Jepang sampai ada jual jasa pelukan karena mungkin
ada orang-orang tertentu yang begitu ingin dipeluk tetapi tidak terpenuhi
kebutuhannya. Ada juga orang yang selingkuh karena kurangnya merasakan
kedekatan dengan pasangannya (kurang pelukan). Beberapa dari mereka tidak ingin
selingkuh hati, hanya butuh kasih sayang dari pasangan selingkuhnya (katanya,
karena pasangan sahnya galak dan ketus).
Sedangkan
tentang nasehat, memang harus sangat berhati-hati penggunaannya. Di antara
contoh menonjol yang saya ingat adalah bagaimana Napoleon Hill bisa berubah
drastis hidupnya setelah mendapat nasehat dari Andrew Carnegie. Serupa dengan
itu, perkataan Napoleon Hill-yang diharapkan sebagai nasehat oleh seorang pria
yang datang kepadanya- berhasil mengubah hidup pria itu dalam sekejap. Drastis
juga. Ke arah positif tentunya.
Lalu,
pernahkah Anda tersesat? Atau tidak tahu akan sesuatu? Di dalam kondisi
tersebut, pemberian orang lain berupa informasi yang benar sangatlah
diperlukan.
Apapun
bentuk pemberiannya yang paling utama adalah memberi diri sendiri terlebih
dahulu. Kemudian kepada orang terdekat kita, pasangan hidup, anak, barulah
kepada orang lain. Berinvestasilah ke dalam waktu Anda, kesehatan Anda, uang
Anda, kebahagiaan Anda, dan sebagainya lebih dulu.
Selain
itu, untuk bisa memberi lebih banyak, Anda juga butuh melepaskan. Ya,
melepaskan hal-hal yang tidak penting dari hidup Anda, misalnya: melepaskan
emosi buruk, kebiasaan buruk, sikap buruk, kenangan buruk, dan belajarlah untuk
bisa memaafkan. Memaafkan diri sendiri, orang lain, dan mungkin juga Tuhan.
Terkadang ada orang yang begitu marah sampai marahnya diarahkan kepada Tuhan.
Memberilah
kepada orang yang tepat. Sesuatu yang sama tetapi salah penerima nilainya bisa
berbeda. Contohnya uang 5000. Anda memberikan kepada 2 orang miskin, yang satu
lebih miskin dan lebih bersyukur, satunya miskin tapi lebih mendingan dari yang
sebelumnya dan kurang bersyukur. Uangnya sama-sama 5 ribu, penerimanya
sama-sama miskin, tapi nilainya bisa berbeda. Orang pertama bisa sangat
berterima kasih, sedangkan orang ke dua mungkin malah menghina dengan berkata
dalam hati “huh, ngasih kok segini doang”, atau, “Apa ini, kalau cuma segini
aku juga punya. Buat makan aja nggak cukup, apalagi buat bayar utang.” Begitu.
Harus tepat juga penerimanya.
Jadikanlah
memberi sebagai bagian dari kebiasaan. Sebuah penelitian mengatakan, memberi
langsung banyak (misalnya 5 jenis pemberian dalam sehari) memberikan efek
bahagia bagi pemberinya. Memberilah langsung banyak dan jadikan kebiasaan
sehari-hari. Pastikan pula bahwa Anda menjadi salah satu penerima pemberian
Anda sendiri setiap harinya.
Memberilah
dengan ikhlas. Meskipun tidak selalu dibalas sama oleh Si penerima, Tuhan
memiliki cara sendiri untuk membalas Anda dengan sesuatu yang lebih baik.
Dengan
menjadikan memberi sebagai bagian dari kebiasaan, Anda sudah memberikan teladan
bagi putra-putri Anda, orang-orang di sekitar Anda, dan ikut andil membuat
dunia menjadi lebih baik.
Terakhir,
jangan pernah meremehkan pemberian (sedekah) dalam bentuk apa pun. Anda mungkin
tidak akan pernah tahu, pemberian Anda yang mana yang bernilai paling tinggi
bagi seseorang.
Nah,
sudahkah Anda memberi hari ini?
Sumber gambar: Pixabay (by Pezibear)
Sumber:
Mc.
Kinnon, Harvey dan Azim Jamal. 2017. Memberi untuk Menerima Lebih Banyak.
Jakarta: Ufuk Press.