Gay
Sumber: Pixabay (by Geralt)
Sekian
lama dalam pencarian, para pria itu lelah. Merasakan sesuatu yang berbeda tapi
tak bisa bercerita kepada siapapun. Hati kecil berkata, “Itu dosa, Tuhan akan
marah”. Namun, entah mengapa hasrat ini menuju kepada orang yang salah. Sesama
pria.
Timbullah
perasaan membenci diri sendiri. Bagaikan belenggu yang sudah mengikat kuat,
akhirnya mereka menyerah. Tunduk pada nafsu.
Dalam
tanpa daya, uluran-uluran tangan setan menyambut dan membawa kabar gembira.
Katanya, “Jangan bersedih, ada banyak orang di luar sana yang serupa!”. Gayung
bersambut dan mereka larut semakin dalam. Apalagi berbagai teori terus dicari,
agar tercapai suatu kesimpulan, KAU TAK BISA DISEMBUHKAN.
Nafsu
itu telah berpadu dengan kurangnya ilmu, membuat Indonesia berada dalam status
waspada. Sekarang, saat ini juga, mari merangkul mereka untuk kembali kepada
fitrah!
Kaum
Gay Semakin Menampakkan Diri
Gay
Sumber: Publicdomainpictures.net
Baru-baru
ini 2 pesta gay digerebek petugas. Empat belas gay berpesta seks di hotel Oval
Surabaya 30 April lalu, dengan 5 orang didapati mengidap HIV. Kurang lebih
sebulan setelahnya, 22 Mei 2017, hal yang lebih mengerikan terjadi. Seratus
empat puluh satu gay digerebek di Atlantis Gym dan Sauna di Kelapa Gading,
Jakarta sedang melakukan pesta serupa. Empat di antaranya diduga berasal dari
jaringan internasional.
Kaum
gay yang sekarang bukanlah seperti yang dulu. Kini mereka cenderung
terang-terangan dan minta diakui eksistensinya. Dukungan pun mengalir dari
mana-mana. Mulai dari penambahan emoji LGBT pada aplikasi chatting, penyematan
bendera pelangi pada Facebook, sampai dengan dukungan terang-terangan dari
beberapa perusahaan atau iklan. Bahkan, pernikahan sejenis kini telah
dilegalkan di banyak negara. Atau setidaknya, Civil Union (semacam ikatan resmi
hidup bersama).
Ada
apa dengan Indonesia dan dunia? Mengapa mencuatnya kasus LGBT ini sedemikian
tinggi? Barangkali, karena informasi sudah semakin mudah diakses. Aplikasi dan
media sosial memudahkan para LGBT bertemu sesamanya, bergabung ke dalam
komunitas atau bahkan mendapatkan pasangan kencan/seksual. Di komunitas jugalah
kaum LGBT diajari tentang hak asasi manusia, yang digunakan sebagai alat untuk
meng-gol-kan tujuan mereka. Begitupun di film-film atau lawakan, menjadi ajang
promosi bahwa seolah-olah menjadi LGBT itu lumrah.
Ekspose
media terbukti membantu di dalam hal ini. Seiring dengan kemajuan teknologi,
ekspose media semakin mudah. Sebagai dampaknya adalah meningkatnya dukungan
komunitas/sosial dan toleransi masyarakat. Di Indonesia, kondisi itu didukung
pula oleh adanya figur yang secara terbuka berperilaku homoseksual; pemahaman
dari kaum liberal, JIL, dan atheis; serta kucuran dana dari luar negeri,
misalnya HIVOS Belanda.
Film tentang LGBT peraih banyak penghargaan
Sumber: Wikipedia
Lambat
laun, Asosiasi Psikiatri Amerika (APA), PPDGJ (buku textbook diagnosis gangguan
jiwa yang dipakai psikiater Indonesia-mengacu ke DSM), dan DSM (manual
diagnostik APA untuk gangguan mental) akhirnya mencabut homoseksualitas dari
daftar kelainan jiwa. Alasannya adalah karena “terapi konversi” atau “terapi
reparatif” bagi penderita bisa berbahaya, dan terkait dengan depresi, bunuh
diri, kecemasan, isolasi sosial, serta penurunan kapasitas keintiman. Sejumlah
besar profesional medis, organisasi ilmiah, dan konseling di AS dan penjuru
dunia telah mengeluarkan pernyataan mengenai bahaya yang dapat disebabkan oleh
terapi tersebut, terutama jika didasarkan pada asumsi bahwa homoseksualitas
adalah hal yang tidak dapat diterima. Barangkali masih berhubungan dengan ini
juga akhirnya pernikahan sejenis berhasil dilegalkan di banyak negara.
Namun,
tahukah Anda jika semua itu telah dimanipulasi untuk kepentingan kaum gay? Lima
dari tujuh orang tim pembuat DSM adalah homo dan lesbian, sedangkan sisanya
adalah aktivis LGBT. Di Amerika, dengan dukungan media, aktivis homoseksual dan
kiri sekarang secara terbuka berkampanye untuk mengusir suara konservatif yang
tidak setuju. Militan "gay" menekan dan menggertak profesional
kesehatan mental Amerika untuk menyingkirkan homoseksualitas dari daftar
gangguan jiwa pada tahun 1973. Mereka juga sangat membesar-besarkan populasi
homoseksual untuk memperluas kekuatan politiknya di tahun-tahun berikutnya.
Pernikahan LGBT
Sumber: Flickr
Selain
faktor-faktor di atas, kaum gay juga mendapat dukungan dari UNDP dan USAID. Dukungan
yang dimaksud adalah tentang berbagai tantangan baik hukum, politik maupun
sosial yang dihadapi kelompok LGBT,
aspek hukum dan kebijakan yang terkait, serta peluang akses mereka akan layanan
peradilan dan kesehatan.
Sekarang,
kita tidak hanya harus waspada terhadap lawan jenis. Sesama jenis pun bisa
menjadi ancaman yang berarti. Kita tak bisa lagi merasa aman duduk di dekat
sesama jenis juga, apalagi tidur sekamar atau seranjang. Tidak aman untuk
berenang, buang air kecil, berkemah, senam, fitnes, sauna, berada di kolam
renang/pemandian massal, dan ber-apa saja. Misalnya di pabrik-pabrik Sukabumi
yang mayoritas pekerjanya wanita, tumbuh subur lesbian. Haruskah kita menjadi
penyendiri karenanya? Dengan sesama jenis terancam, dengan lawan jenis apalagi.
Maraknya
Gay Memakan Korban
Bendera LGBT
Sumber: En.wikipedia.org
Gay
merupakan salah satu bagian dari kaum bersimbol pelangi (LGBT). Ia merupakan
bentuk penyimpangan seksual antara laki-laki dengan laki-laki (laki-laki
menyukai laki-laki). Penyimpangan ini bisa menimpa siapapun, termasuk
mahasiswa, dosen, peneliti, atau jabatan penting lainnya. Inilah yang membuat
gerakannya seperti terorganisir.
Kaum
penyuka sesama pria ini cenderung aktif mencari mangsa. Di suatu berita
disebutkan bahwa seorang pria Inggris diperkosa gay saat sedang buang air
kecil. Pada artikel lain, seorang pria diperkosa temannya yang gay. Ada pula
gay yang mencari mangsa di stasiun kereta api, ada remaja yang dicabuli gay,
dan tak terhitung berapa jumlah anak-anak yang menjadi korban gay (pedofilia).
Itu karena tak sedikit dari kaum mereka yang kedapatan pedofil juga. Malangnya,
korban perkosaan tersebut akan cenderung menambah jumlah gay yang ada (baca:
ikut menjadi gay).
Faktor
Biologi, Kambing Hitam bahwa Gay Bersifat Alami
Buku My Genes Made Me Do It
Sumber: Amazon
Faktor
yang dianggap akan telak mendukung bahwa menjadi gay itu alami dan tidak
perlu/tidak bisa disembuhkan adalah faktor biologi. Bermacam-macam teori
muncul-patah, muncul-patah, dan begitu seterusnya karena memang dugaan tersebut
tidak benar. Mulai dari teori bahwa gay disebabkan karena gen, gen Xq28, perbedaan
struktur otak gay, gay karena hormon, perbedaan panjang jari, tangan kidal,
urutan kelahiran, epigenetik, dan lain-lain tidak bisa membuktikan bahwa faktor
tersebut dominan, apalagi menyebutnya tidak bisa diubah/disembuhkan. Dr. N.E.Whitehead,
Ph.D telah membantah semuanya secara lengkap pada situsnya http://www.mygenes.co.nz/index.html
atau pada bukunya yang berjudul “My Genes Made Me Do It!” Buku tersebut
berisi tentang kumpulan bantahan terhadap teori-teori kaum LGBT, sebagai hasil
penelitian lebih dari 20 tahun yang sangat hati-hati. Sudah bisa ditebak bahwa
situs/website itupun mendapat kecaman dari kaum bersimbol pelangi tersebut,
sehingga ia harus menghilangkan detail kontak diri dari situsnya.
Kecaman terhadap situs Mygenes
American
Psychiatric Association (2000) menyatakan, "Tidak ada penelitian ilmiah
yang direplikasi yang menunjukkan etiologi biologis spesifik untuk
homoseksualitas."
Studi-studi
mengenai struktur otak, kembar dan gen Xq28 pun telah banyak dikritik oleh
sesama profesional karena cacat dan bias. Para peneliti yang sama dari studi
ini memiliki sendiri mengaku bahwa mereka tidak menemukan apa pun genetik yang
deterministik orientasi homoseksual.
Gen
Sumber: Commons.wikimedia.org
Dalam
bukunya, Born Gay? Dr John Tay, ahli genetika klinis dan mantan Kepala Divisi
Human Genetics di NUS, berbicara tentang pertentangan pendapat antara
masyarakat umum dan ilmiah, apakah gay dilahirkan dengan cara ini. Dr. John
memberi wawasan kepada pertanyaan apakah gay dilahirkan seperti itu dan mereka
tidak dapat mengubah dengan menjelaskan apa yang benar-benar dilakukan gen
kepada kami:
"Efek
dari gen pada perilaku yang sangat tidak langsung karena gen membuat protein,
bukan preferensi. Kebenaran ilmiah adalah bahwa gen kita tidak memaksa kita
menjadi sesuatu. Gen bertanggung jawab untuk pengaruh tidak langsung, tapi
rata-rata, mereka tidak memaksa orang homoseksualitas. Kesimpulan mengejutkan
adalah bahwa faktor genetik jauh kurang penting dibanding lingkungan sebagai
penyebab homoseksual. Atas dasar ini, klaim kaum homoseksual yang ‘Saya
dilahirkan seperti itu, jadi saya tidak bisa mengubah' adalah sama sekali tidak
benar."
Gen Xq28
Sumber: Wikimedia.org
Suntikan
paling serius teori "gen gay" berasal dari studi kembar identik. Hal
ini pernah digunakan untuk mempromosikan ide homoseksualitas bawaan. Nyatanya,
Dr. Neil Whitehead, salah satu peneliti konservatif terkemuka di dunia membantahnya:
"Dari
enam penelitian (2000-2011): jika kembar identik memiliki ketertarikan jenis
kelamin yang sama, kemungkinan bahwa pasangan kembar juga memilikinya, hanya
sekitar 11% untuk pria dan 14% untuk wanita."
"Karena
mereka memiliki DNA yang identik [konkordansi tentang orientasi seksual itu]
seharusnya 100 persen" Dr. Whitehead mengatakan kepada OrthodoxNet.com.
Kembar identik
Sumber: Dodlive.mil
Selain
teori gen ada pula teori struktur otak. Di antara riset yang terkenal berasal dari
Roger Gorsky dan LeVay, lagi-lagi masih berhubungan dengan gay. Gorsky adalah pendiri
Institute of Gay and Lesbian, sedangkan LeVay adalah seorang gay. Namun,
penelitian LeVay, yang merupakan lanjutan dari Gorsky sudah membantah sendiri
bahwa gay disebabkan karena struktur otak. Ada kesalahan di sini, yaitu bukan
struktur otak yang menyebabkan gay tetapi perilaku gay-lah yang menyebabkan
struktur otaknya berubah.
Tentang
pekerjaannya sendiri LeVay mengatakan:
"Sangat
penting untuk menekankan apa yang saya tidak temukan. Aku tidak membuktikan
bahwa homoseksualitas adalah genetik, atau menemukan penyebab genetik untuk
menjadi gay. Aku tidak menunjukkan bahwa laki-laki gay yang dilahirkan seperti
itu, orang-orang membuat kesalahan paling umum dalam menafsirkan pekerjaan
saya. Aku juga tidak menemukan pusat gay di otak."
Kidal
Sumber: Baseknockmlb.com
Bagi
orang yang berpendapat bahwa orientasi seksual adalah masalah hormon, nyatanya
mengobati homoseksual laki-laki dengan hormon laki-laki tidak terbukti mengubah
preferensi seksual mereka secara signifikan. Implikasi yang jelas dari hasil
ini adalah bahwa preferensi seksual didominasi respon sosial dipelajari, bukan
orientasi tetap sejak awal oleh faktor genetik atau hormonal.
Kontribusi
hormon seks pralahir terhadap OSA (Opposite Sex Attraction) atau SSA (Same Sex
Attraction) tidak mendekati 100% seperti yang diyakini banyak orang, namun
paling banyak sekitar 25%; kontribusi kecil. Dalam hal ini seseorang tidak
dilahirkan lurus atau gay atau transgender. Dalam ringkasan lebih lanjut: kontribusi
hormonal pralahir terhadap struktur otak heteroseksual lemah terhadap yang
sederhana. Demikian pula, kontribusi pralahir terhadap struktur otak
homoseksual atau transgender bersifat lemah.
Lalu
ada pula teori lain tentang serangan kekebalan ibu pada anak laki-laki terakhir
dan teori kidal. Didapati bahwa studi tentang kembar identik menunjukkan bahwa
faktor umum seperti lingkungan uterus hanya sedikit berpengaruh pada SSA.
Artinya, pengaruhnya sangat kecil. Teori kidal lebih lucu lagi, karena faktanya
sebagian besar anak kidal tidak menjadi homoseksual. Sebaliknya dan yang
terpenting, kebanyakan orang homoseksual tidak kidal. Jadi jalur utama untuk
homoseksualitas tidak melalui sebab apapun karena kidal. Ada kaitan atau
korelasi dengan homoseksualitas tetapi lemah.
Lebih
Jauh tentang Gen, Otak, dan Hormon
Plastisitas otak
Sumber: Http://journal.frontiersin.org
Lebih
jauh tentang gen akan dijelaskan oleh Kazuo Murakami, Ph.D., seorang ahli
genetika terkemuka di dunia pemenang Max Planck Research Award (1990) dan Japan
Academy Prize (1996). Di dalam bukunya, The Miracle of The DNA terbitan Mizan
(2007), ia menyatakan bahwa gen bersifat nyala-padam. Artinya, kita bisa
memilih untuk mengaktifkan atau memadamkan gen tertentu. Kalaupun benar gen gay
itu ada, Anda tidak otomatis menjadi gay. Anda punya gen obatnya juga di dalam
tubuh. Anda tinggal mengaktifkan gen obat tersebut dan memadamkan gen gay tadi.
Semua penelitian telah membuktikan bahwa, pengaruh dari faktor biologi,
kalaupun ada, tidaklah dominan. Ia sangat kecil. Semua teori gay bisa
dipatahkan dengan suatu kesimpulan bahwa faktor lingkunganlah yang lebih
dominan.
Plastisitas otak
Sumber: Commons.wikimedia.org
Jika
orangtua kita menderita diabetes misalnya, mungkin kita berpeluang lebih besar menderita
diabetes daripada orang yang tidak ada turunan diabetes. Tetapi itu tidak
memastikan bahwa kita akan diabetes juga, karena kita bisa memadamkan gen
diabetes itu dan mengaktifkan gen obatnya. Sama juga dengan gen gay (jika ada),
bisa dinonaktifkan. Jadi, tidak perlu khawatir tidak bisa disembuhkan, apalagi
khawatir menurun ke anaknya.
“Kita
semua memiliki gen yang berpotensi dapat menimbulkan penyakit, dan pada saat
yang sama, juga gen yang dapat mencegah penyakit.”
Sama
dengan yang lain, Kazuo mengatakan faktor lingkungan sangat penting untuk
diperhatikan. “Faktor-faktor lingkungan adalah sebuah variabel penting yang
menentukan apakah gen berbahaya tengah padam atau tidak.”
Bagaimana
dengan otak dan hormon?
Perubahan
pada otak dan hormon merupakan akibat dari perilaku homoseksual, dan bukan
penyebabnya. Otak bersifat neuroplastis, artinya struktur otak bisa diubah
melalui pengalaman, aktivitas, dan latihan. Segala sesuatu yang dilakukan
berulang-ulang, terutama yang terkait dengan kesenangan (misalnya aktivitas
seksual) bisa mengubah struktur otak. Jadi, kondisi struktur otak yang berbeda bukanlah
hal yang mentok (buntu). Siapapun yang bertekad untuk mengubah perilaku apapun
harus dapat membuat perbedaan mendasar dalam pola pikir dan kebiasaan dalam
satu dekade, tapi biasanya lebih cepat. Jadi, menjadi sangat masuk akal untuk
menganggap bahwa (misalnya) fokus emosional yang kuat pada seseorang dari jenis
kelamin yang sama mungkin dipicu bersamaan dengan kegembiraan seksual, dan jika
sering diulang akhirnya bisa menjadi homoseksualitas yang sangat mendarah
daging. Karena plastisitas otak cukup banyak. Mungkin homoseksual bisa menjadi
lebih heteroseksual dan heteroseksual lebih homoseksual, meski kerja
terus-menerus bisa dibutuhkan, setara dengan menguasai alat musik baru.
Melatih otak
Sumber: Buzzitech.blogspot.co.id
Sebagaimana
gen negatif bisa dipadamkan, struktur otak pun bisa diperbaiki. Jangan gunakan dan Anda akan kehilangannya.
Jika salah satu bagian otak tiba-tiba tidak digunakan, area di sekitarnya
segera mulai merekrut sel-sel otak yang tidak terpakai ini untuk tujuan lain,
memprogram ulang dan menggunakannya. Artinya apa? Putuskan segala hal yang
memicu hasrat gay Anda dan otak akan memulai proses perbaikannya.
Hormon
pun demikian. Keseimbangannya dapat dipengaruhi oleh penyimpangan seksual. Para
pelaku penyimpangan seksual mengalami gangguan psikologis yang menyebabkan
kadar hormon berubah. Di sini, kondisi biologis bukanlah penyebab, tetapi
konsekuensi dari gangguan psikologis.
Bagaimana
dengan Teori Epigenetik?
Epigenetik
Sumber: Slideshare.net
Setahu
saya ini adalah termasuk teori yang terbaru, yang masih sangat diyakini di
kalangan kaum LGBT. Teori epigenetik dimuat di dalam penelitian Rice, W.R.,
Friberg, dan U. Gavrilets tahun 2012 yang berjudul “Homosexuality as a
consequence of epigenetically canalized sexual development”. Epigenetika adalah
kontrol ekspresi genetik oleh faktor-faktor selain gen. Faktor-faktor ini
mungkin pra-kelahiran atau pascakelahiran (terjadi setiap saat dalam
kehidupan), seringkali berasal dari lingkungan eksterior, baik biologis maupun
sosial. Tanda epigenetik (perubahan konfigurasi protein di sekitar DNA) juga
dapat diteruskan ke keturunan - namun hanya sampai batas tertentu. Teori epigenetik hanya membahas mengenai genitalia dimorfik
secara seksual, bukan homoseksualitas. Peneliti tersebut membuat
pernyataan bahwa dimorfisme seksual sangat dipengaruhi oleh paparan androgen
genitalia dan otak. Epigenetik memainkan peran penting dalam memperkuat
diferensiasi seksual yang disebabkan oleh testosteron.
Teori epigenetik
Sumber: Skepticalinquirer.wordpress.com
Padahal,
Lombardo et al (2012) dan Whitehead
(2014) telah membuktikan bahwa testosteron hanya berpengaruh lemah terhadap
dimorfisme seksual di otak (15-20%).
Argumen
untuk peran epigenetik yang kuat dalam ketertarikan sesama jenis yang disajikan
di koran, keduanya terkait dengan penelitian kembar. Pertama, mereka
berpendapat bahwa ada banyak perbedaan yang dipengaruhi secara epigenetik pada
kembar identik misalnya. Mereka menemukan efek epigenetik pada 600 gen yang
dapat menciptakan perbedaan 200% antara dua kembar identik, misalnya
satu kembar mungkin memiliki protein dua kali lebih banyak daripada protein
lainnya. Tapi 600 gen dari total sekitar 23.000 gen hanya sekitar 2,6%, bukan
efek yang besar untuk sesuatu yang mereka klaim memiliki peran dominan dalam
diferensiasi seksual.
Lagi-lagi,
dibuktikan bahwa peran faktor biologi tidak dominan, bukan?
Lebih
dari itu, kalaupun homoseksual bisa dibuktikan disebabkan karena faktor
biologis bukan berarti bahwa tindakan tersebut dapat diterima. Beberapa ilmuwan
telah mencoba untuk membuktikan bahwa faktor genetik dapat membuat
kecenderungan untuk kriminalitas. Mereka tidak menyimpulkan bahwa kita harus melegalkan
kriminalitas. Ilmuwan lain percaya bahwa disposisi untuk bunuh diri disebabkan
oleh rendahnya tingkat serotonin (Dr. Herman van Praag. Dikutip dalam New York
Times, 8 Oktober 1985). Mereka tidak menyimpulkan bahwa orang-orang ini harus dibiarkan
bebas untuk mengekspresikan dorongan bunuh diri mereka.
Lalu,
Apa yang Terjadi Padaku Sebenarnya?
Sumber: Ceritamotivasiterupdate.blogspot.co.id
Barangkali
pertanyaan itulah yang kemudian muncul di pikiran kaum gay. Seperti dijelaskan
sebelumnya, faktor lingkungan-lah yang berperan utama di dalam timbulnya
homoseksualitas.
Selain
itu, baik Kazuo Murakami, PhD. (ahli genetika), Dr. Shigeo Haruyama (spesialis
bedah saluran pencernaan), dan Dr.dr.Taufiq Pasiak, M.Kes., M.Pd.I. (ahli otak)
sepakat bahwa penyakit berasal dari jiwa/pikiran (kondisi tubuh dipengaruhi
oleh jiwa/pikiran).
Di
dalam bukunya, “The Miracle of Endorphin”, Dr. Shigeo Haruyama menjelaskan
mengenai keberadaan saraf A10. Pikiran dan emosi berlangsung di batang otak,
sistem limbik, dan korteks serebrum. Pada bagian otak ini, berlangsung juga
proses saraf A10 yang berhubungan dengan banyak fungsi kognitif dan emosional.
Saraf
A10 dikenal sebagai saraf perasaan senang, bahagia, dan gairah. Saraf penting
ini menghubungkan semua bidang dan fungsi otak satu sama lain, mulai dari
kebutuhan-kebutuhan fisik yang sederhana seperti libido, nafsu makan, dan
pengaturan suhu tubuh saat bergerak dan otak, sampai pada mekanisme korteks
prefrontal yang di dalamnya bertempat fungsi-fungsi kognitif kesadaran manusia.
Pikiran dan emosi kita bisa mengendalikan fungsi saraf A10 ini.
Anjing dan kucing
Sumber: Pixabay (by: Rihaij)
Mamalia
seperti anjing dan kucing juga memiliki saraf A10, begitu pula reptilia. Mereka
juga menerima perasaan bahagia dan gairah melalui saraf tersebut, tetapi otak
mereka tidak berkembang begitu tinggi untuk dapat mengontrol saraf ini. Hanya
manusia dengan korteks serebrum mereka, di satu sisi dapat mengendalikan saraf
A10 melalui pikiran, sementara di sisi lain menerima perasaan-perasaan bahagia
melalui saraf ini. Dopamin adalah neurotransmitter yang memainkan peran kunci
proses pengendalian di otak. Jika korteks serebrum dibuang dari otak manusia,
manusia akan bertingkah laku hampir sama dengan anjing atau kucing. Jika
kemudian dibuang pula bagian paling berkembang pada otak setiap mamalia-sistem
limbik, manusia akan terpuruk pada tingkatan reptilia. Jelaslah, berkat korteks
serebrum pula manusia memiliki kesadaran yang paling berkembang dan perasaan
berharga.
Singa Afrika
Sumber: Pixabay (by: JvdMteo)
Di
dunia hewan dikatakan ada hewan yang homoseksual sehingga dikatakan bahwa
homoseksual itu alami. Di antara hewan yang homo (gay) adalah singa Afrika dan
domba Rocky Mountain. Padahal, singa Afrika kerap menjadi homo karena adanya
hierarki dalam kumpulannya. Jumlah singa betina kadang tidak cukup bagi semua
populasi, terutama singa jantan yang gagal menjadi pemimpin teritori tertentu. Diketahui
bahwa singa jantan dan domba Rocky Mountain jantan yang melakukan perilaku
homoseksual adalah mereka yang kalah dalam persaingan (pecundang). Dalam
kondisi tanpa pesaing, mereka normal (heteroseksual).
Lebih
jauh dari itu, kalau kita ingin membuat hewan sebagai patokan, di dunia hewan juga
ada yang namanya kanibalisme/perilaku sadis. Apakah lantas hal itu dibenarkan
terjadi di dunia manusia karena dipandang alami?
Kita
manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya dan paling sempurna
penciptaannya. Mengapa ingin dibandingkan dengan hewan dan meniru perilakunya
yang tidak sesuai dengan ketinggian derajat kita?
Jangan
Lupakan Pula Faktor Narkoba
Kokain
Sumber: Pixabay (by: stevepb)
Narkoba
bisa menyebabkan seseorang mengalami disorientasi seksual, misalnya kokain. Kokain
memiliki efek lain yang sering dirahasiakan yaitu mengubah pria heteroseksual
menjadi homoseksual. Banyak di antara orang yang mengkonsumsi kokain dan
berhubungan seks dengan sesamanya (homoseksual) menjadi sadar kembali (menjadi
heteroseksual) setelah efek obatnya habis. Biseksual sendiri juga dapat
diinduksi pada kedua jenis kelamin dengan kombinasi obat-obatan dan seks.
Kecanduan narkoba dan seks secara bersamaan menciptakan kecanduan yang maha
dahsyat.
Hanya
Ada 2 Jenis Kelamin pada Manusia
Masih
ngotot kalau LGBT Anda itu alami? Cek dulu dengan yang satu ini!
Dalam
al-Qur`an disebutkan,
“Dan
segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu ingat kebesaran
Allah.” (Adz-Dzariyat: 49)
Khusus
tentang laki-laki dan perempuan, Allah berfirman,
“Dan
sesungguhnya Dia menciptakan laki-laki dan perempuan berpasang-pasangan.”
(Adz-Dzariyat: 45)
Berdasarkan
ayat di atas, jelaslah bahwa Tuhan hanya menetapkan 2 jenis kelamin pada
manusia. Satu berjenis kelamin jantan (pria) dan satu berjenis kelamin betina
(wanita). Para ulama pada umumnya (selain Ibnul Arabi) memasukkan “gender
ketiga” ke dalam salah satunya. Tidak ada gender ketiga, tidak ada manusia
berjenis kelamin lain selain laki-laki dan perempuan. Jika ada yang di luar
itu, maka itu adalah kondisi khusus. Tapi jangan senang dulu! Kondisi khusus
ini tidak seperti yang dipikirkan oleh mayoritas kaum LGBT, yang mengira
dirinya adalah gender ke-3, ke-4, dan seterusnya.
Pria dan wanita
Sumber: Pixabay (by. 089photoshootings)
Kondisi
khusus misalnya berkelamin ganda (ambiguous genitalia)/interseksual yang
artinya alat kelamin meragukan. Istilah tersebut belakangan ini diganti dengan
Disorders of Sexual Development (DSD). DSD inilah yang sering dikira sama
dengan transeksual/transgender, waria/banci, atau homoseksual. Padahal, mereka
berbeda.
Seseorang
dikatakan mengalami kondisi khusus jika terdapat sesuatu yang ganjil pada organ
reproduksi, kromosom, hormon, dan rambut di tubuh. Penderita kelamin ganda (interseksual)
memiliki kelainan pada ciri-ciri genetik, anatomik dan atau fisiologik yang meragukan
antara pria dan wanita.
Dengan
adanya kondisi khusus ini, orang menjadi bingung, apa sebenarnya yang digunakan
untuk menentukan jenis kelamin seseorang menjadi pria atau wanita. Apakah
jumlah kromosom seks? Apakah milik organ seks yang sesuai? Apakah jumlah
testosteron atau estrogen? Kesulitannya adalah bahwa tidak satupun dari standar
ini yang selalu berhasil: beberapa individu dilahirkan dengan kromosom ekstra,
seperti XXYY atau XYY. Beberapa individu terlahir dengan kedua pasang organ
seks. Beberapa wanita memiliki kadar testosteron lebih tinggi daripada banyak
pria.
John
Skalko di dalam Http://www.thepublicdiscourse.com/2017/06/19389/
menjelaskan dengan baik tentang hal ini. Ia adalah seorang profesor tamu di
Seminari St. John dan Kandidat PhD dalam Filsafat di Universitas St. Thomas,
Houston. Dikatakan bahwa yang menentukan seks adalah peran yang mereka mainkan
dalam reproduksi. Seks biologis didefinisikan dalam kaitannya dengan peran yang
dimainkan dalam reproduksi seksual. Reproduksi seksual hanya melibatkan dua,
yaitu laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, seks biologis hanya dua, yaitu
pria atau wanita. Cacat tidak membuat gender ke-3 menjadi terbentuk. Seorang
laki-laki yang dikebiri masih laki-laki. Begitupun seorang wanita yang
melakukan mastektomi masih tetap berjenis kelamin wanita. Sulit untuk
mengidentifikasi seseorang sebagai pria atau wanita bukan berarti tidak
termasuk keduanya. Kembar identik sulit dibedakan, namun mereka tetap merupakan
orang yang berbeda.
Jauh
sebelum penemuan John Skalko, Imam Al-Kasani juga berpendapat serupa.
Menurutnya, seorang manusia tidak bisa menjadi laki-laki dan perempuan secara
bersamaan. Dia mesti laki-laki, atau mesti perempuan. [Bada`i’
Ash-Shana`i’/Al-Kasani]
Contoh ambiguous genitalia sebelum (kiri) dan sesudah operasi (kanan)
Sumber: Pt.wikipedia.org
Kondisi
yang tepat dari hal ini adalah telah terjadi kecacatan, entah memiliki kromosom
ekstra, organ genital yang cacat, atau lainnya. Tetapi ia tetap laki-laki atau
perempuan (salah satunya).
Manusia
dengan ambiguous genitalia bukanlah hermafrodit. Dikatakan hermafrodit
jika individu tersebut memiliki kedua pasang organ seks dan kedua pasang
tersebut berfungsi sepenuhnya. Hermafrodit manusia sejati dengan organ seksual
pria dan wanita yang berfungsi penuh tidak ada. Itulah mengapa tidak ada kasus
pembuahan diri sendiri yang pernah tercatat pada manusia.
Seorang
laki-laki masih tetap laki-laki meskipun tidak aktif bereproduksi dengan
perempuan, atau jika mereka tidak dapat bereproduksi karena sterilitas,
pengebirian, atau cacat genetik atau fisik. Dia memiliki potensi untuk
menghamili wanita meskipun dia belum tentu bisa menghamili karena hal-hal tadi.
Berbeda dengan seorang wanita, bagaimanapun, tidak bisa menghamili wanita lain.
Bagaimana
Cara Membedakan Jenis Kelamin Tersebut?
ASI
Sumber: Pixabay (by. AdinaVoicu)
Di
dalam Islam, ambiguous genitalia dikenal dengan nama Al-Khuntsa. Orang
yang memiliki 2 alat kelamin (laki-laki dan perempuan) atau tidak memiliki alat
kelamin dimasukkan ke dalam golongan ini. Al-khuntsa ada dua macam, yaitu:
al-khuntsa “ghairul musykil” (tidak sulit) dan al-khuntsa “al-musykil” (sulit).
Pertama;
al-Khuntsa ghairul musykil, yaitu orang/khuntsa yang jelas tanda-tanda
kelelakiannya atau tanda-tanda keperempuanannya. Tanda-tanda ini bisa dilihat
secara fisik, mana yang lebih dominan.
Kedua;
al-khuntsa al-musykil, yaitu orang/khuntsa yang mempunyai tanda-tanda
maskulinitas dan feminitas dalam dirinya, misalnya; dia buang air kecil dari
saluran kencing perempuan dan laki-laki secara bersamaan.
Ambiguous genitalia
Sumber: Medindia.net
Untuk
membedakan apakah dia laki-laki atau perempuan berikut ini adalah beberapa cara
yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan:
1. Jika
dia masih bayi lihat kandungan ASI ibunya.
Ia laki-laki jika ASI ibunya lebih kaya protein dan lemak, dan ia perempuan jika ASI ibunya lebih kaya kalsium.
2. Umar
bin Khatab pernah ditanya tentang hal ini dan ia menyuruh untuk melihat dari
jalan mana dia kencing.
Hispospadia
Sumber: En.wikipedia.org
Namun,
hal ini terkadang sulit karena penderita interseks sering disertai dengan
hipospadia. Hipospadia yaitu kelainan yang terjadi pada saluran kencing bagian
bawah di daerah penis. Saluran kencingnya terlalu pendek sehingga muaranya
tidak mencapai ujung penis melainkan bocor dibagian tengah batang penis atau di
antara kedua kantong buah zakar (scrotum). Pada keadaan berat, lubang lebar
terletak di daerah perineal menyebabkan skrotum terbelah dan memberikan
gambaran seperti lubang vagina terutama pada bayi baru lahir. Apabila kelainan
ini disertai tidak turunnya testis ke dalam skrotum, maka dapat menimbulkan
kesulitan dalam menentukan jenis kelamin bayi.
3. Ali
bin Abi Thalib pernah menemui kasus ini di masanya. Ia memberikan solusi agar
si khuntsa diperiksa tulang rusuknya dari kedua sisi. Jika tulang tersebut
sama, berarti dia perempuan. Sedangkan kalau tulang rusuk di sisi kiri lebih
pendek, berarti dia laki-laki. Dalilnya adalah, saat Adam masih tercipta
seorang diri, Allah ingin memberikan pasangan untuk Adam dari jenisnya, agar
mereka bisa saling memberikan ketenangan dan cinta kasih. Oleh karena itu,
ketika Adam tidur, Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan Hawa dari tulang rusuk
kirinya. Itulah makanya, tulang rusuk kiri laki-laki kurang satu, sedangkan
tulang rusuk perempuan sempurna. Pada perempuan terdapat 24 buah tulang.
Sementara pada laki-laki terdapat 23 tulang, dua belas di sebelah kanan dan
sebelas di sebelah kiri. Dan, perempuan itu tercipta dari tulang yang bengkok.
[Nur Al-Abshar fi manaqib Aali Bayti An-Nabiy Al-Mukhtar/Mukmin Hasan
Asy-Syabalankhi]
4. Situs
Alodokter.com memberikan acuan jenis kelamin sebagai berikut:
Perempuan
Sumber: En.wikipedia.org
Ia
perempuan jika:
a. Klitorisnya
membesar hingga terlihat seperti penis kecil.
b. Labia
kemungkinan menyatu dan terlihat seperti skrotum.
c. Pembukaan
uretra (tempat urine keluar) bisa berada di sepanjang, di atas, atau di bawah
permukaan klitoris.
d. Terkadang
terasa ada benjolan jaringan di dalam labia yang menyatu, membuatnya terlihat
seperti skrotum dengan testis.
e. Bayi
pun sering dianggap berjenis kelamin laki-laki dengan testis tidak turun.
Laki-laki
Sumber: En.wikipedia.org
Ia
laki-laki jika:
a. Ukuran
penisnya kecil (kurang dari 2 atau 3 cm) hingga terlihat seperti klitoris yang
membesar dan dengan pembukaan uretra lebih dekat ke skrotum.
b. Kemungkinan
ada skrotum kecil yang terpisah dan terlihat seperti labia.
c. Pembukaan
uretra bisa berada di sepanjang, di atas, atau di bawah penis. Bisa juga
terletak di perineum (daerah antara anus dan skrotum atau vulva) hingga membuat
bayi seperti berjenis kelamin perempuan.
d. Testis
tidak turun dan skrotum kosong hingga terlihat seperti labia, disertai dengan
atau tanpa penis kecil.
Jika
seseorang didapati merupakan khuntsa, ia bisa melakukan operasi penyempurnaan kelamin
jika mau. Pengobatan kelamin ganda tersebut dilakukan demi kesejahteraan sosial,
psikologis, dan kesehatan fisik dirinya. Hal itu disebabkan karena kelamin
ganda bisa menyebabkan ketidaksuburan, masalah pada fungsi seksual,
meningkatkan risiko beberapa jenis penyakit kanker, hingga rasa tidak nyaman
mengenai identitas gender.
Sebelum
dioperasi mereka akan melalui suatu proses pemeriksaan laboratorium rutin,
analisis kromosom dan DNA, pemeriksaan hormonal dan tes-tes lain yang dianggap
perlu seperti USG, foto rontgen dan lain-lain.
Waria bukan khuntsa
Sumber: Flickr
Pertumbuhan
gonad yang salah (disgenesis gonad) merupakan salah satu kasus interseksual. Ia
berisiko tinggi menjadi ganas. Pada kasus disgenesis gonad tersebut seringkali
timbul dilema apakah gonadnya akan dipertahankan atau akan diambil. Jadi,
operasi penyempurnaan kelamin benar-benar harus melalui pertimbangan yang matang.
Selain
operasi, khuntsa tersebut juga membutuhkan terapi hormon ketika menginjak
remaja. Gunanya untuk membantu mereka menjalani masa pubertas. Serta tidak
ketinggalan pula, diperlukan suatu konseling untuk orang tua dan anak itu
sendiri.
Sekarang,
cek lagi diri Anda! Adakah kelainan fisik, fisiologis, atau semacamnya pada
Anda? Jika tidak berarti bukan khuntsa. Anda laki-laki normal atau wanita
normal. Sekali lagi, khuntsa bukanlah transeksual/transgender/waria/banci.
Bisakah Gay
Disembuhkan?
Insya
Allah bisa. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI),
dilansir dari Jakarta Post, mengklasifikasikan homoseksualitas, biseksualitas,
dan transgender sebagai kondisi gangguan mental, yang dikatakan dapat
disembuhkan melalui pengobatan yang tepat.
Gay
Sumber: Pixabay (by. Kurious)
Otak
manusia bersifat neuroplastis, artinya strukturnya bisa berubah karena pengaruh
stimulus dari luar termasuk faktor lingkungan, pendidikan dan pola asuh. Ia merupakan
jaringan hidup dan responsif, mengalami perubahan besar di tingkat mikro
sebagai respons terhadap hal-hal yang kita lakukan, bayangkan dan pikirkan
berulang-ulang. Orientasi seksual dibentuk oleh banyak faktor, tidak hanya
faktor biologik (hormon dan struktur otak). Pengaruh faktor-faktor seperti pola
asuh, pendidikan dan lingkungan bekerja melalui bagian otak bernama Cortex
Cerebri. Tidak melalui struktur otak tengah atau batang otak, seperti
hipothalamus hingga nukleus-nukleus di batang otak. Oleh sebab itu,
Dr.dr.Taufiq Pasiak, M.Kes., M.Pd.I. Lektor Kepala/IVa Bid. Neuroanatomi dan
Neurosains pada FK UNSRAT Manado menyatakan bahwa LGBT adalah disorientasi
seksual yang disebabkan oleh pola asuh, pergaulan, pendidikan dan aspek-aspek
lingkungan yang berhasil mengubah struktur otak. Bukan oleh faktor genetika.
Menurutnya, kasus tersebut bisa disembuhkan.
Pernyataan
tersebut dikuatkan oleh Novi Andayani Praptiningsih, Dosen FISIP UHAMKA
Jakarta. Dalam disertasinya yang berjudul Etnografi Komunikasi Komunitas Gay
“Coming Out” (2016), ia menyimpulkan bahwa homoseksual bukan disebabkan karena
faktor genetik. Seorang homoseksual bisa sembuh dengan berbagai terapi yang
tepat, salah satunya melalui pendekatan komunikasi. Komunikasi persuasif dan
pendekatan agama dikatakan lebih efektif dalam menyembuhkan perilaku
homoseksual.
Bertobat
Sumber: Mediamaya.net
Dari
sisi psikolog, psikolog klinis Lita Gading berpendapat, meskipun pola asuh dan
lingkungan mendorong heteroseksual, namun perubahan yang terus berjalan sampai
dewasa bisa mengubah orientasi seksual seseorang. Apalagi mereka yang tidak
dibekali pembentukan diri, karakter, pendidikan agama, dan moralitas. Proses
orientasi seksual dipengaruhi oleh banyak faktor, namun gen porsinya sangat
kecil. Lingkungan internal dan eksternal lebih dominan, termasuk pola asuh,
trauma, pencarian figur ayah atau ibu saat kecil hingga remaja, dan perhatian
orang tua pada fase pertumbuhan dari anak hingga remaja.
“Saat
remaja adalah fase laten. Anak sudah mengenal seks tetapi tidak untuk
menyalurkan secara biologis. Jika masa laten ini tidak didampingi orangtua
dengan baik, orientasi anak bisa berubah. Anak bingung jika tidak diarahkan.
Apalagi masa usia 15 tahun misalnya, sudah muncul ketertarikan terhadap lawan
jenis,” jelasnya.
Sebagai
bukti bahwa gay bisa kembali normal adalah testimoni di situs web Mastering
Life Ministries.
Untuk
membantu proses penyembuhan tersebut, lakukanlah hal-hal berikut:
1. Sadari
dan yakini bahwa gay adalah sebuah penyimpangan.
2. Bersungguh-sungguh
ingin berubah kembali kepada fitrah.
3. Memohon
pertolongan Allah dan semakin mendekatkan diri kepada Allah.
4. Penderita
hendaknya menekan kecenderungan tersebut sejak pertama kali muncul atau
disadari.
5. Menjaga
pandangan.
6. Menjauhi
teman-teman homo-nya.
Sumber: Panjimas.com
7. Berpuasa
serta makan minum tidak berlebihan.
8. Mencoba
diruqyah
Pada
beberapa kasus ditemukan ada jin yang ikut campur dalam mengubah orientasi
seksual seseorang. Jadi, lakukan ruqyah sampai jin di dalam tubuh Anda
benar-benar telah keluar semuanya.
Salah satu contoh bukti bahwa jin bisa ikut andil di dalam pikiran kotor, nafsu, dosa, dan penyakit (meskipun yang dicontohkan tidak spesifik untuk gay)
Sumber: https://www.facebook.com/nai.rehab/posts/5-kejahatan-jin-yang-terungkap-alhamdulillah-dalam-3-hari-terakhir-saya-menemuka/504895926237250/
9. Istighfar sebanyak-banyaknya, sholat
taubat, dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya lagi (bertekad kuat untuk
sembuh)
10. Aktif
di dalam kegiatan positif, terutama jamaah keagamaan (misalnya sholat berjamaah
di masjid, pengajian di masjid, tabligh akbar, dan semacamnya)
11. Menjauhi makanan yang haram,
misalnya babi.
Makanan
mempengaruhi sifat manusia. Di antara hewan yang melakukan homoseksual adalah
babi dan keledai, maka carilah makanan selain keduanya (yang halal dan baik).
Di
mana ada kemauan di situ ada jalan. Yakin saja, cepat atau lambat upaya
perbaikan diri Anda akan berhasil! Anda tidak selalu perlu untuk mengetahui apa
yang terjadi pada diri. Cukuplah untuk mengetahui bahwa hal itu adalah
penyimpangan dan Insya Allah bisa disembuhkan.
Kami
menyayangi Anda maka kami peduli. Bagaimana dengan Anda, pedulikah dengan diri
sendiri? Semoga hidayah Allah tercurah pada Anda sekalian.
Sumber:
Haruyama,
S. 2011. The Miracle of Endorphin. Bandung: Qanita.
Murakami,
K. 2007. The Miracle of The DNA. Bandung: Mizan.
Pasiak,
T. 2009. Tuhan dalam Otak Manusia. Bandung: Mizan.
Rice,
W.R., Friberg, U. Gavrilets, S. (2012). Homosexuality as a Consequence of
Epigenetically Canalized Sexual Development. Quarterly Review of Biology,
87(4), 343-368.
Doidge,
N. 2007. The Brain that Changes Itself. New York: Penguin.
N.E.
Whitehead. 2007. An Antibody antibody? Re-Examination of the Maternal Immune
Hypothesis. Cambridge University Press. J.biosoc.Sci.
Http://www.kompasiana.com/taufiqpasiak/lgbt-bukan-karena-struktur-otak_56c2b7bd44afbd550535c2ba
Http://www.kompasiana.com/lely_nura/gay-itu-normal_54f3b4cc745513802b6c7e51
Http://www.freerepublic.com/focus/news/1300464/posts
Http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170317211217-220-201031/polling-cnn-indonesia-belum-terima-lgbt-di-perfilman/
Http://www.id.undp.org/content/dam/indonesia/docs/LGBT/Indonesia%20report,%2027%20May%2014_ID_FINAL_Bahasa.pdf
Http://www.jurnalmuslim.com/2016/02/terdepan-dalam-bela-lgbt-hartoyo-akui-terima-dana-asing.html
Http://hermansaksono.com/2016/01/tujuh-hal-tentang-lgbt-yang-sebaiknya-anda-tahu.html
Https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/05/28/95504/penelitian-ini-runtuhkan-teori-gay-gene-homoseksual-bukan-genetik.html
Http://sukabumiupdate.com/berita-lesbi-dan-tren-wanita-sukabumi-aktif-di-ruang-publik.html
Http://www.aim.org/special-report/media-myths-of-the-homosexual-transgender-agenda/
Http://americansfortruth.com/2017/04/05/national-affirmation-of-homosexuality-cannot-change-natures-renunciation/#more-25193
Http://www.mygenes.co.nz/epigenetics.html
Http://www.mygenes.co.nz/plasticity.html
Http://www.mygenes.co.nz/rams.html
Http://www.thepublicdiscourse.com/2017/06/19389/
Https://www.hidayatullah.com/konsultasi/konsultasi-syariah/read/2011/05/02/5335/ustad-ane-ingin-keluar-dari-gay.html
Http://www.alodokter.com/mengenal-kelamin-ganda-lebih-dekat
Http://fakultas-kedokteran-undip.blogspot.co.id/2012/12/kelamin-ganda-penyakit-atau.html
Http://food.detik.com/read/2014/02/19/175045/2502537/900/kandungan-nutrisi-asi-untuk-bayi-laki-laki-dan-perempuan-ternyata-berbeda