15 Desember 2021

Saat Pikiranmu Menjadi Musuhmu

 

Ini ke sekian kalinya aku membahas tentang otak dan pikiran. Pikiran itu seperti setir sedangkan pengemudinya bisa kamu sendiri atau orang lain.


Hanya dengan berpikir sesuatu yang salah, orang itu bisa sakit, bisa terjerumus ke dalam perbuatan dosa, bisa murtad, dan lain-lain.


Pikiran pula yang membedakan seseorang itu wajib sholat atau tidak. Orang gila, selama masih gila, tidak wajib sholat. Padahal, orang yang cacat, sakit keras, atau dalam peperangan pun tetap diwajibkan sholat. Bahkan, posisi sujud, yang dikatakan posisi terdekat antara hamba dengan Tuhannya, memiliki manfaat sampingan berupa mengalirnya darah ke bagian otak tertentu, yang artinya baik untuk kesadaran, daya ingat, serta kecerdasan, yang lagi-lagi tak jauh-jauh dari pikiran.


Di dalam buku "Highly Happy Marriages", penulisnya menyimpulkan, pikiranlah yang menimbulkan perasaan, lalu perasaan menerjemahkan dirinya menjadi perbuatan. Jadi, kalau pikiran kita salah, perbuatan kita akan salah.


Terkait dengan hal ini, buku-buku tentang abuse pun menjelaskan, orang narsis (baik narcissist trait maupun NPD) atau orang yang controlling adalah orang-orang yang mengalami kesalahan berpikir. Mereka melakukan pendekatan terbalik, sehingga hasilnya malah jauh dari harapan. Hal itu pulalah yang menyebabkan para narsis ini nyaris nggak mungkin ditemukan sedang melakukan terapi. Mereka merasa dirinya benar. Kalaupun melakukan terapi itu hanya manipulasi/modus. Kalau dia ke terapis itu biasanya dia yang berpikir bahwa orang-orang di sekitarnyalah yang bermasalah, misalnya pasangannya.


Terlepas dari hal itu, pikiran/otak kita juga punya kelemahan, seperti disinggung di dalam buku "Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat" atau bahkan melakukan kesalahan massal, seperti yang telah dibuktikan oleh penulis buku "Factfulness" di dalam buku tersebut, bahwa apa yang diyakini oleh masyarakat umum bisa saja salah.


Oh ya kamu juga mungkin sudah baca berita santer tentang oknum ustaz yang telah memperkosa banyak santrinya, itu juga berawal dari pikiran. Kasus semacam itu, kasus nabi palsu yang punya pengikut, aliran-aliran sesat, geng-geng sesat, orang yang malu menjadi tidak malu, dll semuanya itu berawal dari kontrol pikiran atau cuci otak atau reframing.


Nah, dalam dunia percintrongan, ada beberapa hal umum yang biasa digunakan oleh para bajingan, badboy, atau fuckboy, di antaranya adalah mengajak minum miras/mencekoki dengan miras agar kesadaran cakornya (calon korbannya) hilang. 

Hal lainnya adalah eskalasi/perbuatan buruk yang makin meningkat. Misalnya, berawal dari dirty talk/ngomong m*sum lalu makin meningkat ke perbuatan-perbuatan m*sum yang lebih jauh. Kamu mungkin pernah atau sering nemuin/denger ada cowok/segerombolan cowok ngomong m*sum. Mungkin kamu anggap biasa karena cowok memang m*sum, mereka uda biasa gitu. Tapi dari hal-hal semacam itulah kemudian meningkat dan meningkat menjadi kem*suman yang lebih tinggi, misalnya affair alias perselingkuhan, ML, dan lain-lain. 

Di sini aku sebenarnya mempertanyakan juga ya, cowok suka ngaku-ngaku pemimpin itu bisa nggak mimpin itu nggak istri/pasangannya doang gitu lho, tapi juga ke cowok-cowok yang ucapan atau perilakunya nggak bener gitu lho. Bisa dan berani nggak? Jangan malah ikut-ikutan. Begitupun ke cewek lain atau ke dirinya sendiri (memimpin dirinya sendiri). 


Pikiran ini puenting banget ya untuk dikontrol, biar nggak jadi bumerang/musuh. Ya memang kadang-kadang pikiran kita bias, tapi setidaknya kita selalu selektif, update ilmu, dan sangat hati-hati untuk meminimalkan sisi negatifnya. Lakukan learning, unlearning, relearning. Pokoknya, terus evaluasi pikiran-pikiran dan keyakinan-keyakinanmu. 

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.