27 Desember 2021

Review Buku "Help! I'm Living with A Boy"

 


Buku ini sungguh tak bisa kulukiskan dengan kata-kata. Masya Allah! Luar Biasa! Penulisnya seperti kembaranku. Banyak pikiran kami yang sama tentang isu-isu yang dibahas di buku ini. It's amazing akhirnya ketemu orang yang ngertiin pikiranku. Wow banget. Bener, isu-isu yang ada di dalam buku ini adalah apa yang ngganjel di hati dan pikiranku.


Buku tersebut berjudul "Help! I'm Living with A Boy", sedangkan penulisnya adalah Betty Mc. Lellan, seorang psikoterapis feminis (feminist psychotherapist) dengan pengalaman lebih dari 20 tahun. 


Tak heran kalau pemikiran semacam dia dilabel feminis, tapi aku, yang punya pemikiran serupa, cuek saja. 


Sejauh aku baca macem-macem buku, terutama psikologi, komunikasi, dan semacamnya, orang-orang semacam Betty ini jarang kutemui. Aku begitu senang mereka ada dan karya-karyanya lolos terbit, bahkan buku Betty ini diterjemahkan ke dalam 12 bahasa. Kalo di Indonesia mah boro-boro lolos dari meja redaksi/penerbit.


Kehidupan pria itu penuh drama (hal ini sering dikaitkan dengan evolusi, kemampuan untuk survive, dll). Mereka bukan kaum yang polosan, ada banyak permainan (mind games dan manipulasi) di dalamnya. Meski demikian, wanitalah yang lebih sering dilekatkan pada predikat tersebut, lalu dilabel "Drama Queen."


Kalau kamu sepertiku, mungkin kamu sama muaknya denganku. Betapa banyaknya hal-hal semacam itu di masyarakat. 


Kalau kamu pengikut setia blogku, kamu mungkin sudah tahu beberapa di antaranya (beberapa contohnya). Misalnya tentang berita "Seorang ayah memp*rkosa anaknya, ibunya tau tapi diam saja." 

Di sini ayah dan ibunya sama-sama salah, tapi yang disorot pada berita tersebut adalah ibunya, sedangkan ayahnya sebagai pelaku/p*merkosa malah disamarkan. 


Kemudian ada lagi berita pasangan berzina, yang ceweknya ini (sepertinya) p*lacur. Lagi-lagi yang disorot pada berita tersebut adalah ceweknya. Disorot, diulas habis-habisan, dan dihukum oleh warga. Sementara cowok pasangan zinanya bersih, tak tersentuh hukuman dan sama sekali tak dibahas di media. 

Gaya bahasa dan angle berita itu sangat pro pria.


Lalu masih ingatkah kamu dengan santernya isu jumlah cowok yang katanya lebih sedikit dari cewek dan dikait-kaitkan dengan isu poligami dan cewek harus nerima jodoh "sembarangan"? Nyatanya apa? Pemerintah mengeluarkan data sebaliknya, yang bisa membungkam isu-isu hoaks semacam itu. Berdasarkan data dari pemerintah, secara umum jumlah pria masih lebih banyak dari wanita.


Ada pula tentang gaya bicara. Cewek selalu dicap cerewet, padahal telah terbukti tidak. Profesor linguistik, Deborah Tannen, pernah membantah hal ini di dalam bukunya "Kamu Memang Nggak Bakal Ngerti". Begitupun pada buku "Help! I'm Living with A Boy" ini, Betty menunjukkan bahwa Dale Spender juga mengangkat isu yang sama: jika wanita berbicara akan dianggap cerewet/terlalu banyak bicara, menggosip, bicara omong kosong, mengomel, terlalu emosional, bahkan tidak logis.


Rasanya segala sesuatu pada wanita itu dibesar-besarkan/dikecil-kecilkan oleh pria agar sesuai dengan tujuannya. 


Sebagaimana pada yang kuamati pada umumnya dan juga kualami, akan ada serangan-serangan pada cewek-cewek yang mengangkat isu gender semacam ini, mulai dari meminta versi yang sama (di mana cewek yang buruk/berbuat kesalahan), melecehkan, merendahkan, sampai dengan hal-hal lain. Jika Deborah Tannen menjelaskan di dalam bukunya bahwa dia dan proses pengerjaan bukunya itu direndahkan para pria, Betty Mc. Lannen pun mengalami tekanan dari pria untuk membuat buku versi cewek childish. Dan ini biasa you know, sudah sering kuamati di mana-mana. Kalau cowok ngomong tentang cewek, ya cewek aja isinya, atau setidaknya tentang kejelekan-kejelekan cewek tok. Beda kalau cewek yang ngomong/nulis, hampir selalu bawa kedua gender: kalau ngomong tentang cewek/cowok akan berujung bahas keduanya. Seolah-olah berimbang.

Contoh:

Cowok ngomong tentang suami istri: 

Istri yang baik adalah istri yang gini gitu. Istri yang nggak gini gitu itu jelek. Apaan istri kayak gitu. 

(Kalau bahas kebaikan cewek akan bahas kejelekan/keburukan cewek juga. Kalau bahas kejelekan cowok akan bahas kejelekan cewek juga. Kalau bahas kejelekan cewek akan bahas kejelekan cewek tok.)


Cewek ngomong tentang suami istri:

Tugas suami adalah gini gitu, tapi istri juga harus ngelakuin ini itu. Suami yang nggak gini gitu itu buruk, tapi ada juga istri yang buruk/ada juga suami yang berbuat gitu karena istrinya nggarai duluan (Ada penghalusan atau menyalahkan diri/kaum sendiri atau apa gitu lho). Sulit kujelaskan dengan contoh maupun kata-kata, tapi kalau ketemu orang ngomong ya aku ngenali gayanya, yang umumnya sama.


Nah, Betty ini juga mengalami tekanan dan dijelaskan juga di dalam bukunya, sehingga dia harus berusaha melawan ketakutannya tersebut, meski akhirnya dia juga melahirkan buku serupa versi cewek childish. 


Buku "Help! I'm Living with a Boy" ini dibuka dengan pembukaan yang menarik.

"Saat menikah aku membayangkan akan menikah dengan seorang pria lalu kami mengasuh anak-anak bersama. Tapi ternyata, bertahun-tahun aku hidup sendiri dengan 4 orang anak, yang 3 adalah anak-anakku dan yang satu adalah suamiku yang kekanakan/childish."


Sepanjang aku membaca berbagai buku, pembukaan ala ini adalah suatu gebrakan yang sangat menarik dan powerful.


Betty mengemas bukunya dengan sangat apik. Dia membahas berbagai masalah tentang suami childish itu per masalah dan tiap masalah langsung diakhiri dengan solusinya. Bahasanya juga enak, sederhana dan mengalir, bukan bahasa yang spektakuler dan sok canggih. Font-nya juga lumayan enak dibaca. Selain itu, buku ini disusun per bahasan, singkat dan jelas dan bisa dibaca tanpa urut. Misal kamu punya masalah dengan ke-childish-an suami pada hal tertentu, kamu bisa langsung menuju ke bahasan itu, tanpa perlu membaca urut atau membaca masalah ke-childish-an lainnya dulu.


Buku "Help! I'm Living with a Boy" ini adalah buku yang sangat mencerdaskan wanita. Banyak wanita tidak tahu tentang isu-isu gender ini dan setelah membaca buku ini semoga pikiran mereka lebih terbuka.


Menariknya lagi, aku sudah membaca banyak sekali buku dengan berbagai tema/topik, and you know, yang namanya toksik, orang sulit (difficult people), mental disorder, abusive, ego-egoan, dan cowok childish itu sama, serupa, tumpang tindih, sebelas duabelas, yah gitu-gitulah. Seperti buku Betty, "Help! I'm Living with A Boy" ini yang ternyata isinya tentang cowok abusive. Dan lucunya aku juga baru nyadar, iya juga ya, sama ternyata.


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.