Kehidupan
manusia itu tentang label, definisi, dan persepsi (prasangka/asumsi). Orang lain
dan mungkin diri kita suka membuat ketiganya. Banyak hal dianggap
menetap/permanen padahal itu hanyalah label-label yang disematkan orang lain.
definisi pun demikian, banyak hal yang awalnya “kosong/nol/netral” lalu
didefinisikan ini itu oleh orang yang berbeda-beda sehingga memiliki arti yang
berbeda bagi masing-masing orang tersebut. Sedangkan persepsi dipengaruhi oleh
pengalaman, pengamatan, segala yang kita indera (misalnya bacaan atau
tontonan), kedalaman ilmu pengetahuan kita, serta lengkap tidaknya informasi
yang sampai kepada kita. Persepsi berhubungan juga dengan sudut pandang.
Banyak
persepsi salah yang terjadi di masyarakat, misalnya:
1.
Semua orangtua
suci dari dosa, pasti anaknya yang salah,
2.
Dokter pasti
sehat dan menjalani gaya hidup sehat,
3.
Guru pasti
pintar dan bermoral,
4.
Ustaz, kyai,
santri, orang-orang yang bekerja di tempat-tempat berlabel agama, lulusan
sekolah agama, dll pasti baik dan benar agama (teori dan penerapan) dan
akhlaknya,
5.
Orang kaya
pasti jahat dan buruk perangainya dan pasti hidupnya enak,
6.
Orang ganteng/cantik
pasti buruk perangainya,
7.
Orang sukses
pasti sombong,
8.
Orang yang
banyak bicara/suka tampil pasti ahli dan pandai menyenangkan,
9.
Orang pendiam itu
pasti sombong dan tidak suka bergaul,
10.
Murid/alumni
sekolah favorit pasti pintar, dsb.
Kita
harus memahami bahwa label-label itu bisa dilepas, definisi bisa kita buat
sendiri, dan persepsi bukanlah kebenaran. Berhati-hatilah dalam memasukkan
label-label dan definisi-definisi ke otakmu. Segala sesuatu perlu dicek dulu
kebenarannya (sebisa kita), pisahkan antara fakta dan opini, dan definisikan
dirimu sendiri dengan definisi terbaik. Jangan menerima definisi buruk orang
lain tentang kamu (kamu lebih tahu tentang dirimu), karena apa yang kamu
pikirkan dapat mempengaruhi dirimu, keputusanmu, dan hidupmu.
Baik
label/definisi maupun persepsi akan menentukan responmu terhadap sesuatu. Kalau
kamu merasa dirimu serba tahu/paling pandai, kamu akan sulit belajar. Kalau kamu
merasa paling benar, kamu akan sulit berubah pikiran.
Ingatkah
kamu akan kisah Musa dan Khidhir? Musa merasa dirinya paling pandai dan
menganggap tindakan-tindakan Khidhir sebagai suatu keburukan/kejahatan, padahal
dia tidak tahu sama sekali. Itu kelas Nabi ya, apalagi kita?
Ada
satu (hadits?) yang kurang lebih isinya begini, “Jangan katakan Si A itu baik,
tapi katakan setahu saya Si A itu baik”. Pada (hadits?) lain berbunyi yang
intinya “Dari mana kamu tahu dia akan masuk surga, bahkan sebenarnya dia
tercatat sebagai penghuni neraka (dan banyak lagi (hadits?) yang isinya semacam
ini). Dan jangan lupa pula tentang (hadits?) yang intinya berbunyi “Sebagian
besar prasangka itu dosa”. Artinya, berhati-hatilah dalam berprasangka.
Kita
tidak tahu sesuatu melainkan sedikit, maka kembalikanlah segala sesuatu hanya
kepada Allah.
Hidup
ini adalah kesempatan untuk beribadah dan beramal, jangan sia-siakan dengan perbuatan
yang akan menghambat jalan kita “pulang”.
Pikirkanlah
dan jadikanlah renungan harianmu, yaitu renungan pagi dan renungan malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.