Bercermin
dari kasus perkosaan di Jakarta International School (JIS), pendidikan anak
usia dini membutuhkan peran serta orangtua dan sekolah.
Kasus
perkosaan terhadap sejumlah siswa TK di JIS terjadi sekitar 5 tahun lalu.
Memalukan, perbuatan bejat tersebut terjadi di sebuah institusi pendidikan.
Salah pihak sekolahkah atau orangtua? Mungkin lebih baik sama-sama instrospeksi
diri. Karena yang dipertaruhkan di sini adalah masa depan anak, generasi
penerus bangsa.
Anak
pada usia dini masih sangat rentan dan lemah. Ia cenderung hanya bisa menerima
apa-apa yang dipilihkan orangtuanya. Termasuk dalam pemilihan sekolah. Selain
itu, ia juga masih kurang bisa membela diri dan memiliki ilmu pengetahuan yang
terbatas. Jangan melihat sekolah hanya dari pembelajaran bahasa inggris atau
label internasional. JIS menjadi bukti bahwa label internasional saja tidak
cukup.
Sebaiknya
pertimbangkan 5 faktor berikut ini sebelum memilih pre-school:
1. Keamanan
Di
dalam memilih tempat prasekolah yang baik, faktor utama yang harus diperhatikan
adalah keamanannya. Aman di sini mencakup aman dari kekerasan guru, pekerja di
sekolah, murid lain, wali murid lain, orang-orang asing, permainan maupun media
dan aktivitas pembelajaran, lalu lintas di sekitar, dan lain-lain. Termasuk
kasus pedofilia, perundungan, dan tindakan kekerasan lainnya (abusive).
2. Menyenangkan
(nyaman) dan baik bagi mental anak
Usahakan
sekolah tersebut memberikan kenyamanan, termasuk dalam hal bersosialisasi. Jika
anak tidak nyaman, tentu akan tidak kerasan dan tidak mau/malas sekolah.
Hingga
usia 7 tahun, otak kita berada dalam fase teta (kondisi hipnosis), yaitu
kondisi saat pikiran bawah sadar dibentuk. Mengubah hal itu sangat sulit karena
kita diprogram untuk kesadaran yang tidak kita pilih. Kita menjadi autopilot
pada sekitar 95% waktu. Jika pada masa kecil kita mengalami pengasuhan atau
pendidikan yang salah, kita akan menjadi tidak percaya diri. Sedangkan
rendahnya percaya diri menyebabkan sifat materialistis, yang bisa berlangsung hingga
dewasa. Temuan ini merupakan hasil penelitian dari dua psikolog, yaitu Lan
Nguyen Chaplin dan Deborah Roedder John. Telah dibuktikan pula bahwa ketika
kepercayaan diri partisipan meningkat, sifat matrenya menurun. Belum selesai
sampai di situ, hasil penelitian dari Elizabeth Dunn dari Universitas Britis
Columbia juga mengungkapkan bahwa di antara ciri orang yang matre adalah
cenderung agak mementingkan diri sendiri sehingga menjadi tidak/kurang bahagia.
Jadi, memenuhi faktor ke dua juga sangat penting bagi anak.
3. Mampu
mengoptimalkan ilmu pengetahuan dan bakat anak
Setiap
anak memiliki potensi tersendiri. Semakin awal potensi tersebut diketahui, semakin
ia bisa dikembangkan lebih awal. Selain keahlian anak dapat lebih terasah, ilmu
pengetahuannya juga dapat berkembang pesat. Sehingga, ia memiliki modal cukup
untuk menuju ke jenjang pendidikan selanjutnya.
4. Membantu
mengembangkan rasa tanggung jawab, akhlak, dan kecakapan hidup
Kebiasaan-kebiasaan
baik perlu dipupuk sejak kecil agar menjadi karakter. Misalnya, tidak semua
anak mau merapikan mainannya setelah bermain. Juga, tidak semua orangtua
mampu/mau mendidik anaknya agar bersedia melakukannya. Ada yang tidak bisa, ada
juga yang tidak tega, ada pula yang menyerahkan sepenuhnya pada ART. Nah, pada
sekolah yang tepat akan ada tenaga yang lebih terdidik atau terlatih di dalam
mengatasi masalah-masalah semacam itu.
5. Dapat
mencegah stunting/kerdil
Stunting
merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi. Anak dengan stunting cenderung kurang/tidak cerdas serta mudah
sakit. Bahkan, berisiko tinggi menderita diabetes, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stroke, dan kegemukan. Stunting hanya bisa dikoreksi
hingga usia sekitar 2 tahun, tepatnya 1000 hari pertama kehidupan. Setelah 1000
hari pertama kehidupan terlampaui, akibat dari stunting tersebut akan bersifat
permanen dan tidak bisa diperbaiki. Oleh karena itu, dua tahun pertama
kehidupan merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup di masa
mendatang. Periode ini disebut periode emas, periode kritis, atau disebut
window of opportunity oleh bank Dunia.
Sekolahnya
Sudah Baik, Lalu Apa Lagi?
Peran
orangtua dalam memilihkan sekolah yang baik sudah dilakukan. Tetapi, jangan
langsung pasrah sepenuhnya pada sekolah. Selama ini masih banyak orangtua yang
sekadar mengantar jemput anaknya, atau lebih parahnya lagi hanya mengambil
rapor. Anak menjadi kurang kasih sayang dari orangtua, kurang rasa kebersamaan
dengan keluarga, dan jarang dipantau. Belum lagi jika tidak ada keteladanan di
rumah dan apa-apa yang diajarkan di sekolah tidak bisa diterapkan di rumah. Ada
lho orangtua seperti itu. Tidak semua orangtua suportif. Ada yang malah
menentang kebijakan sekolah.
Selain
itu, hal yang juga sering dijumpai adalah kebiasaan orangtua di dalam
membanding-bandingkan, melakukan kekerasan (abusive), hanya peduli pada
rapor dan prestasi-prestasi tanpa mempedulikan perasaan anak, dan lain-lain.
Hal-hal semacam ini sangat tidak baik dan tidak sinergis dengan apa yang
diajarkan di sekolah (sekolah yang tepat tentunya).
Pernah
tidak Anda mendengar atau membaca kisah tentang seorang bocah berusia 6 tahun
yang mengalami gangguan jiwa karena orangtuanya? Anak perempuan tersebut
cantik, ibunya lulusan S2 dari universitas ternama. Tetapi, dia tertekan karena
kebanyakan les. Selama dikunjungi oleh teman ibunya, ia terus memamerkan
kepandaiannya akan pelajaran ini dan itu. Tak hanya itu, ia juga tak mau dekat
dengan ibunya. Bahagiakah orangtuanya? Banggakah mereka? Saya menyebut orangtua
semacam ini adalah orangtua yang “kejar tayang”. Hanya peduli tentang nilai,
ujian, rapor, juara, les, dan semacamnya. Banyak sekali orangtua semacam ini di
masyarakat. Pada rumah sakit jiwa tersebut masih ada lima anak kecil lainnya,
tapi dia yang paling kecil, sisanya umur 12 tahunan karena broken home.
Beritanya ada di
sini.
Anak
butuh diterima apa adanya, diterima bahwa dirinya tidak sempurna, diajarkan
untuk mencintai diri sendiri (self love), dipercaya, diperbolehkan
mencoba dan bereksplorasi, serta diperbolehkan kalah dan gagal. Tidak hanya
boleh kalah dan gagal, tetapi diajarkan pula untuk bisa menyikapi kekalahan dan
kegagalan dengan baik. Berubah itu sulit. Andaipun orangtua ingin anak berubah
menjadi lebih baik, apreasiasilah perubahan itu walau sekecil apapun. Serta,
jangan lupa, orangtua harus mendahului menjadi teladan. Itu akan lebih mudah
bagi anak. Di sinilah peran keluarga yang sangat krusial di dalam pendidikan
anak usia dini. Ajarkan segala hal baik padanya: mengucapkan maaf, tolong, dan
terima kasih (sekaligus memaafkan, memberi bantuan, dan mampu menerima ucapan
terima kasih dari orang lain dengan baik); bersyukur, bersabar, menyayangi, dan
sebagainya. Tanyai mereka setiap sepulang sekolah, dengarkan cerita dan keluh
kesahnya, perhatikan perasaannya, sering-seringlah memeluk dan menciumnya,
serta hargailah kebaikan-kebaikannya. Kebaikan di sini lebih berupa akhlak
baik, usaha, dan kesalehan. Tidak berupa pujian seperti “Kamu pintar sekali”,
karena beda efeknya.
Ketika
orangtua tidak berfokus pada kebahagiaan dan perasaan anak itu sendiri, maka
bisa terjadi trauma pada diri si anak. Trauma ini mempengaruhi kehidupan anak
tersebut, bahkan bisa sampai menjadi trauma lintas generasi (trauma yang
“menurun” hingga ke anak cucunya) atau terbawa sampai dewasa. Karena efek dari
perilaku kekerasan (narcissist abusive) ini. Salah satu akibatnya adalah
memiliki harga diri (self esteem) yang rendah.
Dan Lok, rahasia sukses nomer 1
Ada
sebuah pernyataan menarik dari Dan Lok, seorang multi miliuner. Ia mengatakan,
rahasia sukses nomer 1 adalah memiliki harga diri (self esteem)
tinggi. Nah, apa-apa yang saya sebutkan
di atas sangat mendukung seseorang agar memiliki harga diri yang tinggi. Pada
umumnya, para orangtua menginginkan anaknya sukses dan bahagia, bukan? Oleh
karena itu, mulailah dengan lebih memperhatikan self esteem mereka. Pilihkan
pre-school yang baik untuk mereka dan jadilah orangtua yang suportif.
Dengan
mengoptimalkan ikhtiar mudah-mudahan masa depan anak-anak kita menjadi semakin
cemerlang.