Strategi isi (content strategy)
merupakan strategi untuk memberi tahu orang apa yang mereka inginkan dan perlu
ketahui dengan cara kredibel, dapat dipercaya, dan transparan.
Strategi isi berbeda dengan strategi
pemasaran (content marketing), tetapi masih berkaitan. Strategi isi bertujuan
agar konsumen target mendapatkan informasi yang lebih baik dan lebih cerdas,
sedangkan strategi pemasaran bertujuan untuk mendorong tindakan konsumen target
yang spesifik dan menguntungkan. Jadi, strategi isi itu hanya tentang isinya,
sedangkan strategi pemasaran bisa mempromosikan organisasi, produk, atau
lainnya.
Konten dibuat untuk memenuhi kebutuhan
audiens sekaligus menyampaikan informasi yang meningkatkan tujuan organisasi (dan
berdampak pada karir kita). Ia membutuhkan pemahaman akan khalayak yang ingin
dijangkau. Selain itu, konten juga harus dapat meningkatkan kehidupan mereka
dengan cara yang mereka hargai.
Pada umumnya orang-orang sudah sibuk
dengan urusan masing-masing, sedangkan waktu yang dimiliki terbatas. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan perhatian konsumen target, diperlukan konten yang
menarik dan sesuai dengan prioritas konsumen.
Selain itu, kita juga harus memahami
audiens serta di mana, kapan dan bagaimana mereka ingin menerima informasi yang
kita kirim (timing-nya pas/waktunya pas). Siapa yang menerima konten? Di
mana mereka ketika mereka ingin mengaksesnya?
Cara membuat konten yang baik:
1.
Gunakan pengukuran psikografis terhadap konsumen: Siapa
mereka? Apa kebutuhan, nilai, dan motivasi mereka untuk mengkonsumsi informasi?
Apa yang dinilai oleh pelanggan dan bagaimana mereka berperilaku? Apa yang
penting bagi pelanggan dalam pekerjaan dan kehidupan pribadinya?
2.
Pahami tentang pengalaman timeout, yaitu kapan suatu
informasi menjadi berguna dan menarik bagi konsumen.
3.
Relevan dengan konsep brand, tahu segmen targetnya, apa
konsep inti dari merek itu, dan apa pembedanya dari pesaing.
4.
Fokuskan isi pada sasaran strategis organisasi (tempat kita)
yang terpenting.
5.
Gunakan media yang kredibel, dapat dipercaya, dan transparan
untuk penyebaran konten.
6.
Gunakan cerita
Unsur
penting, penggerak strategi konten, adalah untuk memahami pentingnya cerita. Orang-orang
berpikir dalam cerita, mereka hidup dalam cerita, mereka melihat dunia dalam
cerita.
Oleh
karena itu, konten harus didorong oleh cerita, berguna, dapat diselesaikan,
terkini, menarik, fleksibel dan dapat disebarluaskan.
Cerita
yang dimaksud bisa berbentuk visual, dongeng melalui kata-kata, dan sebagainya.
Namun, caranya harus disesuaikan dengan konsumen target.
Untuk
memahami audiens, buatlah konten dengan cara yang belum pernah kita pikirkan,
serta memiliki hasil dan kekuatan terukur.
7.
Penggunaan game adalah salah satu strategi yang bisa dicoba.
Ia merupakan cara ampuh untuk menceritakan cerita yang kompleks, sekaligus
disukai orang muda.
8.
Konten menimbulkan pengalaman audiens terkait perasaan.
Semua produk dan semua konten membuat
pengalaman pengguna. Apakah itu membuat saya merasa lebih pintar? Apakah itu
membuat saya merasa nyaman dengan diri saya sendiri? Apakah itu membuat saya
ingin mengambil tindakan atas apa yang saya baca atau dengar atau lihat? Ini
lebih dari sekadar utilitas konten atau kegunaan produk bagi konsumen.
Misalnya, Mercedes Benz memberikan perasaan bergengsi, mobil listrik memberikan
perasaan cinta lingkungan, dan sebagainya.
Intinya, apa yang kita ingin orang
rasakan?
9.
Ketahui perbedaan antara produk dan merek
Produk adalah barangnya, sedangkan
merek adalah apa yang dipikirkan atau dirasakan orang tentang produk itu
berdasarkan pengalaman mereka.
10.
Pengalaman penting dalam strategi konten karena:
a. Semua konten akan menciptakan pengalaman
pengguna.
Ini akan membuat kita menjadi pembaca,
pengguna, merasakan hal-hal tertentu, bertindak dengan cara tertentu, atau
bertindak terhadap sesuatu.
b. Pengalaman positif dengan konten kita
akan mendorong penggunaan.
c. Kita sebagai ahli strategi konten mampu
membentuk pengalaman itu, untuk membuatnya positif atau negatif, serta lebih
kuat atau lebih lemah. Kita memiliki kontrol atas konten kita.
11.
Terdapat 6 pengalaman utama yang paling mungkin untuk
mendorong keterlibatan, yaitu:
a. Apakah itu membuat saya lebih pintar, tentang
hal-hal yang saya pedulikan?
b. Apakah itu terlihat untuk kepentingan
saya?
c. Nyaman: mudah diakses, mudah tersedia, tidak
perlu bersusah payah untuk mendapatkannya.
d. Pengalaman sosial: memberi saya sesuatu
untuk dibicarakan dan dibagikan dengan orang lain.
e. Pengalaman tentang utilitas.
f.
Pengalaman tentang inspirasi.
12.
Untuk menciptakan pengalaman yang hebat, pahamilah audiens: Siapa
mereka? Seperti apa kehidupannya? Apa tujuan mereka? Apa aspirasinya?
13.
Pengalaman diaplikasikan pada 3 tingkat, yaitu:
a. Tingkat pesan
-
Cerita apa yang akan saya ceritakan dan cerita apa yang
tidak akan saya ceritakan?
-
Disampaikan melalui kasus fakta sederhana atau seni
bercerita?
-
Jika dalam bentuk cerita, berupa teks, montase foto, atau
apa?
b. Tingkat distribusi
Bagaimana semua pesan/semua cerita ini
berkumpul di saluran tertentu?
Kita mungkin menggunakan twitter,
youtube, majalah, brosur, atau lainnya. Pastikan semua pesan, semua cerita di
masing-masing saluran ini sesuai dengan pengalaman yang ingin kita sampaikan.
c. Tingkat strategis.
Pastikan
semua saluran kita menyampaikan pesan yang sama dengan cara yang sama.
Tingkat
pesan dan konten akan sebanding dengan elemen desain individual dan produk kita.
14.
Tulisan profesional tidak harus kering.
Tulisan yang baik adalah tulisan yang
seolah-olah berbicara langsung kepada pembaca. Penulis perlu berbicara dengan
suara yang akan dikenali oleh audiens sebagai seseorang yang menyukai mereka.
Suara mencerminkan kepribadian dan
otoritas kita, sedangkan nada adalah mood, emosi, atau sikap kita. Nada memberi
nuansa suara tulisan, kedalaman, dan warna.
15.
Miliki keunggulan kompetitif, yaitu pengetahuan mendalam
tentang masalah tersebut.
16.
Apa jendela media terbaik di hari pembaca kita?
Memahami audiens dan bagaimana mereka
mengambil informasi adalah kuncinya.
17.
Bernilai positif/membuat emosi (perasaan) menjadi lebih baik
18.
Jadikan kalimat kita mudah dikonsumsi (scanability):
a. Gunakan kalimat aktif!
b. Tuliskan dengan kata benda dan kata
kerja!
c. Gunakan kata sifat dan kata keterangan
secukupnya!
d. Hilangkan kata-kata/bahasa yang tidak
perlu!
e. Fokus pada 1 ide per kalimat.
f.
Judul, caption, kutipan, dan setiap kata harus meningkatkan
pengalaman pembaca.
g. Berikan data yang dapat dicari, tautan
ke informasi yang bermanfaat, atau tautan media sosial.
19.
Penggunaan hashtag/tagar jika dibutuhkan
Pendek kata, konten yang tepat akan
mendukung keterlibatan konsumen target/pemirsa dan mendukung tercapainya tujuan
kita.
Sumber gambar: Pixabay (by Suomi)