Penulis (pekerja seni)
Sumber: Pxhere
Menjadi
seorang pekerja seni yang sukses merupakan tantangan yang tidak sederhana. Tak
sedikit yang akhirnya menyerah. Mereka harus memiliki pekerjaan lain, pindah
kerja, atau semacamnya. Ketika ada seseorang yang benar-benar sukses hanya di
jalur seni, saya merasa wow banget. Dan itu benar-benar ada.
Sebuah
buku menyentak kesadaran saya. Buku yang judulnya saya rahasiakan itu menyebut
bahwa penulis independen seperti saya adalah seorang pengusaha. Buku itulah
yang ditulis oleh pekerja seni sukses tadi.
Saya
terkejut. Selama ini saya tidak memposisikan diri seperti itu. Mungkin lebih ke
pekerja lepas, pekerja paruh waktu, pekerja penuh waktu, atau lebih seringnya
saya menyebut diri sebagai penulis independen.
Ketika
dikatakan sebagai pengusaha (tulisan), tentu saja memunculkan konsekuensi
seperti pengusaha-pengusaha pada umumnya. Ada kegigihan, strategi, dan tak
ketinggalan kemandirian lebih. Kalau selama ini para penulis masih banyak yang
bergantung pada pihak luar, buku itu mengajarkan berbeda. Sebagai pekerja seni
yang sering dianggap “kaum pinggiran” dan sulit kaya, dia sendiri telah
berhasil mematahkan mitos-mitos tersebut. Ditunjukkannya asal mula munculnya
mitos-mitos tersebut dan bagaimana dia bisa keluar darinya. Selain itu, dia
juga mengajak para seniman agar berhenti menghibur (membohongi) diri dengan
mengatakan itu sekadar hobi atau mencari kepuasan diri. Penulis adalah seorang
pengusaha, maka bekerjalah sebagaimana para pengusaha bekerja.
Pelukis (pekerja seni)
Sumber: Pixabay
Di
antara hal yang penting untuk diperhatikan adalah mengintegrasikan segala
keahlian dan “senjata” yang dimiliki. Bisa berupa blog, media sosial, atau
lainnya. Beberapa blogger misalnya, mengintegrasikan keahlian desain grafis ke
dalam blog sehingga blognya sering menjadi langganan juara.
Akan
tetapi, yang saya bicarakan lebih dari itu. Ini adalah tentang pengusaha,
tentang pekerjaan. Bukan hanya tentang sesuatu yang insidental. Tepatnya tentang
pengusaha sukses di bidang seni.
Musisi (pekerja seni)
Sumber: Pixabay
Buku
lain mengatakan, untuk menjadi milyarder setidaknya kita harus memenuhi 3
kaidah:
1.
Memiliki barang dan
jasa yang dijual
2. Memiliki pendapatan
pasif, misalnya royalti dan investasi
3.
Sistemnya autopilot
Nah,
kemampuan untuk membuat dan mengedit video (video editing) sangat mendukung hal
ini. Entah sebagai branding, marketing, atau sebagai sarana pelatihan itu
sendiri.
Bila
dengan mengintegrasikan video ke dalam blog saja sudah bisa menjadikan beberapa
blogger langganan juara, bayangkan apa yang bisa dilakukannya bila komponen
yang diintegrasikan lebih banyak!
Bob Proctor
Sumber: Proctorgallagherinstitute.com
Setia
Furqon Kholid misalnya mengintegrasikan kelas jodohnya dengan buku-buku
cetaknya, buku-buku digital, grup wa, video-video pendukung, dan lain-lain. Ada
juga Bob Proctor, yang mengintegrasikan ebook “You Were Born Rich” dengan
instagram ads, websitenya, email marketing, video-video pendukung, dan
pelatihan-pelatihannya.
Sudah
terlihat bukan jika video itu sangat mendukung karir penulis. Dengan kemampuan video editing, jalan penulis menjadi pengusaha semakin mulus dan lancar jaya.