Pesona adalah daya tarik, yaitu sesuatu yang menggetarkan hati. Semua orang memilikinya.
Bahkan, mungkin tak hanya satu, masing-masing dari kita punya multi pesona.
Wujud pesona bisa bermacam-macam, namun secara garis besar bisa dikelompokkan
menjadi 4, yaitu:
1.
Pesona
fisik, misalnya: kecantikan, suara yang merdu, penampilan yang rapi, tutur kata
yang halus dan sopan, dan senyuman yang indah.
2.
Pesona
talenta/keahlian, misalnya: memiliki beragam keahlian, menjuarai sesuatu, memiliki
jiwa kepemimpinan, dan ahli di bidang tertentu. Pesona ini biasanya
mendatangkan pujian berupa “Wah, hebat bener!”.
3.
Pesona
batiniah
Adalah hal-hal
yang berhubungan dengan akhlak yang baik dan pikiran positif, misalnya suka
menolong, jujur, pemaaf, dan optimis.
4.
Pesona
spiritual
Adalah pesona yang berhubungan
dengan peribadatan agama, misalnya: rajin mengaji, rajin sholat berjamaah ke
masjid, ceramahnya begitu menggugah hati, suara ngajinya indah, dan sebagainya.
Pengelompokan ini tidaklah kaku. Satu pesona bisa saja masuk ke
dalam satu atau lebih dari 4 kategori di atas. Semakin banyak ranah yang
dicakup, semakin kuatlah pancarannya.
Pesona bersifat unik. Dia bisa meningkat atau memudar, bisa bersifat sementara atau selamanya, dan bisa juga tertutupi. Lebih uniknya lagi, ada pesona tertentu yang hanya bisa dilihat oleh orang tertentu. Misalnya, si A punya 5 pesona. Si B dan D terpesona akan kecantikannya. Si C tidak menganggap A cantik, hanya terpesona pada senyumannya. Si E malah melihat 3 pesona A yang lainnya.
Kita tak perlu iri dengan pesona orang lain atau ingin menjadi
orang lain. Karena memang tidak adil jika kekurangan kita dibandingkan dengan
kelebihan mereka. Pun sebaliknya, jika kekurangan mereka dibandingkan dengan
kelebihan kita. Masing-masing punya pesona tersendiri, yang bisa didapat dari
bawaan (genetik), belajar/latihan, atau anugerah khusus.
Pesona bisa bersifat sementara atau selamanya.
Kecantikan/ketampanan yang memudar seiring dengan usia yang makin renta adalah
contoh dari pesona yang bersifat sementara. Sedangkan pesona yang bersifat
selamanya misalnya didapati pada orang yang istiqomah (rutin dan
berkesinambungan) berbuat baik. Sejak kecil dia suka menolong dan terus
demikian seumur hidupnya, maka seolah-olah label “suka menolong” telah melekat
pada dirinya. Itulah pesonanya. Orang akan menyebutnya dengan “Oh, si A yang
suka menolong itu.”
Adapun pesona yang tertutupi terutama terbagi menjadi 4 macam:
Pertama,
Tertutupi karena belum mengenal baik. Jadi, informasi yang didapat tentang
orang tersebut masih sedikit. Contoh dari ini terdapat pada kisah antara Nabi Musa dan Nabi Khidir. Nabi Musa belum mengenal Nabi Khidir dengan baik sehingga ketika melihatnya membunuh, melubangi perahu, dan membangun kembali rumah yang roboh Nabi Musa menganggap Nabi Khidir jahat.
Ke dua,
Tertutupi karena akhlak buruk/keburukan lain. Dia punya kelebihan
tetapi keburukannya seperti tampak lebih menonjol sehingga membuat kelebihannya
tertutupi. Contohnya beberapa hari yang lalu. Ada seorang wanita menulis di
blognya, “Iya sih ganteng dan mapan, tapi bau mulut.” Akhirnya pesona ganteng
dan mapannya tadi itu tidak berguna, kalah oleh bau mulutnya.
Ke tiga,
Tertutupi karena kurang ilmu. Misalnya, dia sebenarnya cantik tapi
kurang pandai merawat diri, tidak pandai berdandan, tidak pandai
memadu-padankan pakaian, dan sebagainya.
Ke empat,
Tertutupi karena suasana yang tidak tepat. Kehidupan itu naik
turun, ada pasang surutnya. Tidak semua orang bisa berada dalam kondisi yang
stabil, selalu baik. Jika mungkin seseorang yang belum mengenal kita dengan
baik bertemu kita pertama kali dalam kondisi kita sedang buruk, misalnya marah
besar, maka dia bisa langsung mencap kita sebagai orang yang buruk. Dia melihat
saat kita bad mood, saat rumah berantakan, dan momen-momen tidak bagus lainnya maka
kelebihan apapun yang kita miliki saat itu bisa saja tertutupi.
Menjadi
Versi Terbaik dari Diri Kita di Mata Allah
Berpose dengan lombok hasil panenku
Jujur saja, kadang kita bahkan tidak tahu tentang sesuatu dari
diri kita yang dianggap mempesona oleh orang lain. Ada orang yang tampak lebih
menarik saat berolahraga dan berlelehan keringat, ada yang menganggap wanita yang
‘tampak berantakan’ karena mengerjakan tugas-tugas rumah tangga itu menarik,
ada yang suka wanita polosan, ada yang suka wanita berdandan, ada juga yang
suka wanita karir, dan semacamnya. Uniknya, setiap pesona ada peminatnya
sendiri-sendiri. Susah dimengerti ya? Tapi memang itulah keadilan
Tuhan. Tidak akan ada orang yang terlahir tanpa pesona.
Mengingat pesona bisa memudar, menghilang, atau tertutupi maka kita
harus pandai-pandai membawa diri. Berusahalah untuk senantiasa belajar dan
mengembangkan diri lalu menerapkan apa yang diketahui serta selalu istiqomah
dalam berbuat kebaikan. Itulah cara agar tampil lebih memesona.
Kita semua punya pesona meski mungkin tidak bisa memesona semua
orang (tidak semua orang akan terpesona pada kita). Intinya, memesona itu
menjadi versi terbaik dari diri kita di mata Allah. Biarkan Allah yang menilai
dan jangan terlalu terpaku pada penilaian makhluk-Nya.