24 Juni 2013

GREEN HOSPITAL



GREEN HOSPITAL

SEHAT, NYAMAN, RAMAH LINGKUNGAN


Rumah sakit sebagus apapun sebenarnya bukan tempat yang dituju, penyakitlah yang memaksa diri untuk ke sana. Apalagi kalau rumah sakitnya tidak bagus, pelayanannya tidak baik, dan pegawai serta tenaga medisnya tidak ramah, malah malas ke rumah sakit. Ingin segera pulang tapi tak bisa. Sebaliknya, kecepatan sembuh pasien juga dipengaruhi oleh keadaan rumah sakit itu, baik pengaturan gedungnya, ketersediaan alat dan bahan serta obat-obatan, kecepatan dan ketepatan tindakan, keramahan pegawai dan tenaga medis, dan sebagainya. 

Saat ini marak tambahan kata “green” di mana-mana, sehubungan dengan isu pemanasan global. Misalnya, green building, green chemistry, dan green nano technology. Itu tandanya sudah banyak orang yang menyadari kelestarian lingkungan. Green hospital sendiri merupakan langkah tepat yang mendukung kesembuhan pasien dan kelestarian lingkungan. Kalau pasien itu berada di rumah sakit yang bagus, bersih, nyaman, hijau, dan pegawai serta dokternya ramah tentu lebih cepat sembuh daripada yang mengalami keadaan sebaliknya. Tak bisa diragukan lagi, faktor fisik (bangunan, makanan, dan lain-lain) dan emosi pasien mempengaruhi kesembuhannya.

Berbicara mengenai rumah sakit hijau (green hospital) mengarahkan saya kepada hal-hal berikut:

1.    Desain bangunan dan penataan kawasan


Apa yang pertama kali terpikir tentang sesuatu yang “hijau”? Tentu saja pepohonan. Ya, benar. Hijaukan rumah sakit dengan banyak pohon dan buatlah taman bunga yang indah. Lengkapi dengan kolam, air mancur, air terjun buatan, tempat pejalan kaki berolah raga, atau pemanis lainnya. Sertakan pula tanaman-tanaman toga (tanaman obat keluarga) kemudian di dekatnya diberi keterangan tentang tanaman itu dan manfaatnya (semacam yang ada di Jatim Park 2, Jawa Timur). Selain berfungsi ekologis, juga berfungsi estetis dan edukatif. Usahakan agar 30% dari area rumah sakit adalah ruang terbuka hijau. Jangan biarkan ada lahan kosong. Tanami dengan pepohonan dan bunga-bungaan.

Bangunan yang benar-benar ramah lingkungan bisa terinspirasi dari rumah rayap, karena dari aspek cahaya, udara, dan lain-lain sangat proporsional/tepat. Penentuan bentuk atap juga bisa diperhatikan, misalnya bentuk atap joglo (rumah adat Jawa) yang membuat bagian tengah rumah menjadi sejuk. Rumah ramah lingkungan lebih mengutamakan permainan bukaan dan atap yang tinggi untuk sirkulasi. Sebagai bahan bangunan; penggunaan gipsum, batu bata, alumunium serta baja ringan bisa menjadi pilihan yang tepat. Karena selain ramah lingkungan juga menunjang ketahanan bangunan dan kesehatan. Selain itu, semennya diganti dengan semen instan agar pembangunan menjadi lebih efektif, efisien, serta hemat biaya dan waktu. Batu bata yang digunakan bisa menggunakan batem (bata tengahnya macem-macem), yaitu batu bata yang diisi bermacam sampah anorganik yang tidak mudah membusuk. Batem ini adalah ide dari Sudarno (Surabaya), dibuat dengan cara mencampur semen dan pasir dengan komposisi 1:4 dan diisi sampah. Sampah itu bisa berupa 30 jenis sampah, baik organik maupun anorganik (sampah sulit membusuk): plastik, botol air kemasan, bungkus snack, pecahan kaca, karet, styrofoam, aluminium, pecahan keramik, dan sebagainya, dicampur dengan sampah organik berupa kulit durian, kacang, manggis, kulit telur, kulit kerang, dan lainnya. Jadi, selain bisa mengurangi sampah batem juga bisa menjadi bahan bangunan yang berkualitas baik. Pilih material dari bahan lokal yang berkualitas dan rancangan yang bisa menghemat penggunaan listrik. Jangan lupa sediakan ruang khusus untuk resapan air!

Tetapkan bahwa rumah sakit adalah kawasan bebas asap rokok! Kemudian buatlah agar kapasitas ruangan/kamar seimbang agar tidak gerah. Usahakan agar bagian luar dicat putih/dominan putih agar dingin, bagian dalam bisa bervariasi (namun tetap cerah). Sebenarnya warna putih lebih baik (karena dingin), tetapi warna lain juga diperlukan agar tidak bosan (lebih ceria)! Selain itu, hindari pemakaian kaca riben!

Dari jarak beberapa meter menuju rumah sakit disediakan kendaraan khusus yang ramah lingkungan yang berfungsi untuk mengangkut keluarga/pembesuk (pasien tidak termasuk karena bisa menularkan penyakit). Kendaraan ini berkapasitas penumpang besar. Hal ini menghindari banyaknya jumlah kendaraan yang masuk, sehingga polusi udara di sekitar rumah sakit berkurang.


2.    Pemilihan serta pengggunaan alat dan bahan


Kalau ada dananya, usahakan agar bahan-bahan yang digunakan berkualitas bagus dan tahan lama, sehingga  mengurangi biaya untuk perbaikan atau pembelian baru. Hal ini bisa menghemat bahan tambang serta bahan bakar/energi, dan lain-lain. 

Pergunakan kendaraan ramah lingkungan, bahan bakar ramah lingkungan (dari sumber energi alternatif), gunakan peralatan kantor/rumah sakit yang hemat energi serta gunakan seperlunya, hematlah air, tutup kran air dengan rapat jika tidak dipakai, rawatlah kendaraan dan mesin rumah sakit secara berkala, jangan tinggalkan barang-barang elektronik dalam keadaan menyala, matikan lampu sebelum tidur, hentikan/kurangi pemakaian AC, hematlah kertas dan tisu, gunakan lampu hemat energi (misalnya lampu LED), gunakan sabun/deterjen ramah lingkungan, ada tempat sampah yang cukup untuk tiap pasien/ruangan dan mudah dijangkau, minimalkan penggunaan alat-alat penyebab pemanasan global (AC, kulkas, pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum dan hair spray, dan lain-lain), serta pilihlah kran air yang memakai tap yang hanya mengeluarkan air dalam volume tertentu. Untuk makanan, pilihlah makanan organik. Selain ramah lingkungan juga mendukung kesembuhan pasien. Sediakan pula wadah air dengan pengukur volume yang dipakai, misalnya “galon” air dengan pengukur untuk tiap-tiap pasien. Biasanya pasien membawa botol air kemasan dari rumah/membeli dalam jumlah yang banyak. Ini meningkatkan penggunaan sampah plastik, padahal sampah plastik sulit terurai. Pengukur volume itu digunakan untuk mengukur berapa banyak air yang diminum pasien (berapa bayarnya).


3.    Pengolahan limbah


Limbah rumah sakit perlu diolah sedemikian hingga tidak mencemari lingkungan. pencemaran terhadap tanah atau air misalnya, secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap tanaman, yang pada akhirnya berpengaruh kepada makhluk hidup lain/kelestarian lingkungan.

Seringkali tidak semua pasien menghabiskan makanannya. Sisa makanan ini bisa diolah sebagai pupuk atau lainnya.


4.    Pelayanan 


Usahakan agar pelayanan cepat dan tepat. Mengurus ini itu yang berbelit-belit, lama, atau mondar-mandir menyebabkan cepat capek. Akhirnya banyak makan dan minum, sehingga meningkatkan potensi menumpuknya sampah (sampah plastik) dan pembelian koran/majalah untuk mengisi waktu (sampah kertas). Pengurangan kertas bisa dibarengi dengan penggunaan program komputer yang tepat sehingga data segera diketahui dan pasien cepat tertangani. 


5.    Penganekaragaman pangan pasien


Pasien membutuhkan makanan yang bervariasi untuk mendukung kesembuhannya. Gizi yang dibutuhkan akan terpenuhi dan pasien pun tidak bosan. Di sisi lain, hal ini baik bagi kelestarian tumbuhan itu, karena konsumsi yang berlebihan bisa menyebabkan kelangkaan/kepunahan (krisis pangan).

 Begitu banyak manfaat dari green hospital. Mari kita dukung RSUD Daya Makassar sebagai the first green hospital in Indonesia. Semoga langkah ini segera diikuti oleh rumah sakit-rumah sakit lainnya.


*Artikel ini diikutkan ke dalam lomba blog "Green Hospital" RSUD Daya Makassar

Penulis: 
Dini Nuris Nuraini (Dininuris@ymail.com)