WISATA
TSUNAMI ACEH
DARI HISTORIS, EDUKASI, HINGGA UCAPAN TERIMA KASIH
Masih
ingatkah Anda dengan Tsunami di Aceh 26 Desember 2004 silam? Gempa itu adalah
gempa dengan kekuatan terdahsyat dan durasi terlama di dunia dalam kurun waktu
10 tahun terakhir. Tepatnya jam 7:58:53 WIB, gempa berkekuatan 9,3 skala
Richter yang terjadi selama 500-600 detik (sekitar 10 menit) ini
meluluh-lantakkan Aceh dan memicu beberapa gempa bumi di berbagai tempat di
dunia.
Tsunami Aceh, 26 Desember 2004
Sumber: bagusbayuhermawan.blogspot.com
Gelombang
tsunami setinggi 30 meter itu sempat membuat Banda Aceh menjadi kota mati.
Kini, sepuluh tahun telah berlalu. Banda Aceh pun menggeliat membangun jalan,
jembatan, memperbaiki bangunan-bangunan yang rusak, meningkatkan kebersihan
kota, meningkatkan pengetahuan agama, dan berbagai langkah positif lainnya.
Bahkan, pasca tsunami itu muncul beberapa obyek wisata baru, misalnya museum
tsunami.
Pemerintah
dan masyarakat tidak membiarkan Banda Aceh berlarut-larut dalam masa-masa yang
kelam. Mereka pun tanggap, belajar untuk bangkit dan mengubah bencana tersebut
menjadi suatu berkah. Dan...wisata
tsunami Aceh adalah salah satu jawabannya.
Yuk
kita mulai wisata tsunami ke Aceh!
Untuk
bisa membayangkan kedahsyatan tsunami Aceh beberapa tahun silam, Anda tak perlu
harus mengalami sendiri bencana itu. Cukup datang ke Banda Aceh, di sana ada
beberapa tempat yang akan membawa Anda seolah-olah kembali ke masa bencana
dulu. Ini dia tempat-tempat wisata bernilai historis tersebut:
1. Kuburan
massal Ulee Lheue
Kuburan massal Ulee Lheue (bagian depan)
Sumber: Indonesiakaya
Sumber: Indonesiakaya
Tsunami
dahsyat di Aceh ini menelan ratusan ribu jiwa. Korban-korban yang berjatuhan
dimakamkan di kuburan massal. Kebanyakan korban tersebut dimakamkan di kuburan
massal Ulee Lheue, Lhoknga, dan Siron; namun yang paling terkenal adalah
kuburan massal Ulee Lheue. Mengapa? Karena letaknya yang berada di “titik nol
tsunami”. Kuburan ini dikenal juga dengan nama kuburan massal Merauxa, karena
terletak di distrik Merauxa. Sebelum tsunami, kuburan ini adalah Rumah Sakit
Umum Merauxa. Setelah rusak parah diterjang tsunami, rumah sakit tersebut
direlokasi sedangkan halamannya dijadikan pemakaman massal.
Ada
lebih dari 14.264 korban dimakamkan di kuburan Ulee Lheue. Di depan pintu
gerbang Anda akan menjumpai prasasti bertuliskan kuburan massal dan bacaan dari
surat Al Anbiya ayat 35.
"Tiap
yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan,"
(Al-Anbiya : 35).
Bagian
dalam kuburan seperti taman dengan rumput hijau dan pohon-pohon yang rindang,
sedangkan sekelilingnya dihiasi dengan pagar. Setiap tanggal 26 Desember,
banyak orang menuju jalan Iskandar Muda ini. Hal ini disebabkan karena disana
setiap tanggal itu diadakan tabur bunga dan doa bersama mengenang tragisnya
bencana tsunami.
Jika
Anda mengunjungi tempat wisata ini, jangan lupa untuk singgah pula di Taman
Kuliner yang ada di depannya. Selain makan, kita juga bisa memancing di sana.
Kedua tempat ini pun tak jauh dari pelabuhan Ulee Lheue. Di pelabuhan ini Anda
bisa memuaskan hobi memancing atau fotografi untuk mengabadikan matahari
terbenam yang indah.
2. Masjid
Baiturrahman Ulee Lheu
Masjid Baiturrahman (pasca tsunami)
Sumber: Infokitasaja
Sumber: Infokitasaja
Masjid
ini merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah. Bagaimana tidak, di saat
bangunan-bangunan lain rata dengan tanah masjid di pinggir Pantai Ulee Lheue
ini tetap berdiri kokoh walaupun diterjang tsunami. Dengan kata lain, masjid yang
dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) di Ulee Lheu, Kecamatan Meuraxa,
Kota Banda Aceh ini adalah satu-satunya bangunan yang tidak hancur, hanya
beberapa bagian saja yang rusak.
Masjid Baiturrahman (Sumber: kacamatamakna)
Salah
satu masjid terindah di Indonesia ini luasnya mencapai 4760 m2. Area
seluas itu bisa menampung 9000 jamaah. Masjid ini memiliki 7 kubah, 4 menara,
dan 1 menara induk. Dari depan masjid tampak sebuah kolam besar, rerumputan
yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kelapa. Menuju ke bagian dalam
Anda akan menjumpai ruangan yang sangat sejuk dan berlantai marmer buatan
Italia.
Untuk
bisa melihat interior masjid pakailah pakaian muslim yang tepat, dan bagi
muslimah wajib berjilbab (yang boleh terlihat hanya wajah dan telapak tangan).
Selain itu, semua wisatawan harus menghentikan aktivitasnya sementara di kala
adzan tiba. Semua syarat ini diberlakukan karena masjid adalah salah satu
tempat ibadah.
3. Kapal
Apung Lampulo
Kapal apung lampulo (Sumber: muslimpoliticians)
Di hari kelam itu, kapal nelayan ini baru saja
mengalami perbaikan. Ia hendak diturunkan ke sungai menuju Lhoknga untuk diisi
pukat. Sebelum rencana itu terwujud tsunami terlebih dahulu menyambutnya. Lima
puluh sembilan orang merangkak naik ke dalamnya. Dalam keadaan mengangkut 59
orang, ia dihempas tsunami hingga terdampar di perumahan penduduk di kawasan
Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Alam. Posisinya unik, tepat di atas rumah
penduduk. Kisahnya yang mirip nabi Nuh membuatnya dijuluki dengan sebutan
“Kapal Nuh” oleh masyarakat Aceh.
4. Kapal
PLTD Apung
Kapal PLTD apung (Sumber: panglima-ubiet)
Kapal
PLTD Apung menjadi saksi sejarah yang lain atas betapa dahsyatnya gelombang
tsunami di Aceh. Kapal milik PLN ini sebelumnya ditempatkan di pelabuhan Laut
Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. Ia ditempatkan di sana bulan Juli
2003 untuk mengantisipasi gangguan listrik, saat konflik antara pemerintah RI
dengan Gerakan Aceh Merdeka. Kapal seberat 2600 ton ini mampu mensuplai listrik 10,5 MW untuk kebutuhan
masyarakat kota Banda Aceh dan sebagian kabupaten Aceh Besar. Kemudian tsunami
membawanya terapung hingga karam di desa Punge Bang Cut, Kecamatan Jaya Baru,
Banda Aceh, sekitar 5 km dari lokasi sebelumnya. Kapal ini termasuk kapal yang
utuh walau diterjang gelombang mengerikan itu. Gampung Punge Blang Cut pun
akhirnya ditetapkan oleh walikota Banda Aceh sebagai “Gampong Wisata”.
Taman edukasi tsunami (Sumber: nelva-amelia)
Kapal
PLTD Apung tetap dibiarkan di tengah kota untuk dijadikan monumen peringatan
tsunami. Jika kita naik ke tingkat paling atas kapal, kita bisa melihat
pemandangan kota Banda Aceh. Di sekitar kapal dibangun Taman Edukasi Tsunami, yaitu taman yang sangat asri sebagai media
edukasi dan pelaksanaan even-even Islami. Jalan setapak yang dibangun
berkelok-kelok semakin mempercantik taman itu. Di sana kita bisa menelusuri
catatan-catatan informasi tsunami beserta foto-foto pendukung saat tsunami
terjadi.
Monumen tsunami (Sumber: panglima-ubiet)
Di
sebelah barat kapal ada monumen tsunami berupa jam bundar setinggi 2,5 meter.
Jam itu menunjukkan pukul 07.55 WIB, waktu di mana tsunami terjadi. Pada
miniatur gelombang tsunami terdapat gambar timbul berupa rumah dan manusia
hanyut tersapu tsunami.
5. Tugu
Peringatan Tsunami
Tugu peringatan tsunami (Sumber: sony502)
Jika
Anda menemukan bangunan semacam ini, maka itu menandakan daerah tersebut pernah
merasakan amuk tsunami 26 Desember 2004 lalu. Jumlahnya ada ratusan di berbagai
titik di Banda Aceh. Dari tugu ini Anda bisa membayangkan betapa dahsyatnya tsunami
yang melanda tempat itu sekaligus jaraknya dari tepi pantai. Tinggi air bisa
dilihat dari garis biru melingkar di bawah kuncup bunga kuning. Sementara prasasti
pada bagian penyokongnya memuat penjelasan mengenai posisi tugu dari tepi
pantai serta ketinggian air saat itu.
Tugu
Peringatan Tsunami dibangun oleh Yayasan Harapan Bangsa Nusantara dan didanai
oleh yayasan dari Amerika. Pembuatan tugu ini diresmikan oleh Panglima Kodam
Iskandar Muda, Mayjen TNI Supiadin AS di tahun 2008.
6. Museum
Tsunami
Museum tsunami (depan)
Sumber: fadeel-hameed
Sumber: fadeel-hameed
Museum
tsunami dibangun sejak 2006 oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR)
Nangroe Aceh Darussalam-Nias, kemudian secara resmi dibuka oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada 23 Februari 2008.
Didesain
dengan unik dan teliti oleh Ridwan Kamil yang saat itu menjadi walikota Bandung
sekaligus dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB), bangunan ini berkesan
megah namun mencekam. Desainnya terinspirasi oleh arsitektur Aceh, sebagaimana
bisa dilihat pada lantainya yang merupakan model rumah tradisional Aceh.
Dari
luar bangunan ini tampak berwarna cokelat dengan tembok berlubang-lubang. Jika
dilihat dari atas akan serupa dengan gelombang tsunami, namun jika dilihat dari
samping
akan
terlihat seperti kapal lengkap dengan cerobong asap dan geladak yang luas
sebagai ecape building.
Museum tsunami (dalam)
Sumber: berita.plasa
Sumber: berita.plasa
Memasuki
halaman museum, pengunjung akan disambut dengan bangkai helikopter Polri yang
ikut merasakan ganasnya ombak tsunami. Di dalam museum terdapat ruang pameran
berisi video, foto, dan alat peraga tsunami. Ruang ini didominasi warna gelap. Suasana
mencekam sangat terasa oleh adanya efek 4 dimensi. Lorng-lorong gelap dengan
efek air yang jatuh dari atas membuat percikan di mana-mana dan membasahi
lantai. Pintu masuk koridor dua dinding tinggi merupakan tsunami itu sendiri. Ditambah
dengan suara-suara tangis dan doa dalam bahasa Arab benar-benar membawa Anda
larut dalam suasana pasca tsunami, memilukan. Sebuah kamar tabung gelap dengan
nama-nama gulungan kematian tertulis di dindingnya, sedangkan tulisan Allah
dalam bahasa Arab terdapat di atas ruangan. Seolah-olah Anda berada di dalam
sumur dan berusaha menemukan cahaya Allah. Di sini Anda bisa mencoba melawan
dahsyatnya gelombang tsunami dan jika berhasil maka Anda akan menuju jembatan
harapan. Jembatan ini membawa Anda menuju tempat tinggi menjauhi tsunami. Di
tangga ini pengunjung akan melihat 52 bendera kenegaraan yang melambangkan
bentuk bantuan tiap negara. Kemudian Anda bisa melihat film dokumenter tentang
tsunami dengan durasi sekitar 15 menit.
Terlepas
dari rekornya sebagai museum pertama dan terlengkap dalam rekam jejak tsunami, museum
yang menelan dana 140 miliar ini memiliki banyak fungsi. Di antara fungsi
museum ini adalah sebagai berikut:
· Mempelajari
segala hal tentang tsunami, khususnya tsunami di Aceh tahun 2004 silam.
· Sebagai
pusat penelitian dan pendidikan tentang gempa bumi dan bahaya tsunami.
· Sebagai
tempat berlindung saat terjadi kasus tsunami serupa.
Di
sini ada sisi historis dan edukasi tentang tsunami.
Museum
tsunami bertempat di jalan Iskandar Muda Banda Aceh. Bangunannya sangat
mencolok. Di samping dan di belakang museum ada pemakaman Belanda (Kerkhof).
Tak hanya itu museum ini juga dekat dengan tempat wisata lain seperti Peutjoet
(makam putra kesayangan Sultan iskandar Muda yang dihukum karena bersalah),
Blang Padang (replika pesawat Seulawah RI 1 dan monumen Aceh thanks to the
world), Gunongan (Gunung kecil sebagai miniatur perbukitan), Taman Sari, museum
negara Aceh (Rumah Aceh) dan Taman Ratu Safiatudin ( taman dengan arsitektur
tradisional Aceh ).
7. Tsunami
Escape Building
Tsunami escape building, Gampong Lambung
Sumber: bandaacehkotamada
Sumber: bandaacehkotamada
Tsunami
escape building ada empat, salah satunya dikombinasikan dengan gedung TDMRC
(Tsunami & Disarter Mitigation Research Centre). Semua bangunan luasnya
1.400 meter persegi, dan tersebar di tiga lokasi yaitu di Desa Lambung, Desa
Deah Geulumpang dan Desa Alue Deah
Teungoh, Kota Banda Aceh. Kesemuanya berada di titik nol tsunami, yaitu di Ulee
Lheue.
Fungsi
utama gedung ini adalah sebagai tempat evakuasi korban bencana. Selain fungsi
tersebut, gedung ini juga merupakan obyek wisata. Dari puncak gedung kita bisa melihat wajah
kota Banda Aceh, Pantai Ulee Lheu, Bukit Barisan, Pulau Aceh, wilayah kawasan
Aceh Besar dan Pulau Sabang. Masyarakat juga biasa menggunakan
gedung ini sebagai gedung serbaguna atau balai warga untuk pertemuan dan
sebagainya.
Gedung
berlantai 4 setinggi 18 m ini dibangun dengan konstruksi tahan gempa dan tsunami
dengan kapasitas 1000 orang. Lantai satu merupakan ruang terbuka, ruang tunggu,
dan ruang olahraga. Lantai dua tingginya sekitar 10 meter sesuai dengan tinggi
gelombang tsunami tahun 2004 lalu. Di lantai tiga kita bisa menemukan dapur
umum, sedangkan lantai teratas merupakan tempat evakuasi berkapasitas 500 orang.
Selain itu, di lantai teratas juga disediakan helipad yaitu landasan helikopter
untuk membantu evakuasi dan logistik.
Pemerintah
Jepang banyak membantu di dalam desain dan pembangunan tsunami escape building
ini, yaitu melalui JICS. Desainnya saja dibuat oleh konsultan asal Jepang
Nippon Koei, Co Ltd, dengan konsep awal berasal dari JICA Study Team dalam
project Urgent Rehabilitation and Reconstrcution Plan (URRP) untuk Kota Banda
Aceh pada Maret 2005 hingga Maret 2006.
8. Gedung
TDMRC (Tsunami & Disarter Mitigation Research Centre)
Gedung TDMRC (Sumber: tdmrc.org)
TDMRC
yaitu Pusat Studi Tsunami dan Mitigasi Bencana Universitas Syiah Kuala
merupakan lembaga riset yang didirikan pada 30 Oktober 2006. Pembangunannya dilatarbelakangi
oleh reaksi tanggap bencana dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Awalnya dibentuk
UAR (Unsyiah for Aceh Recontruction), kemudian
dalam prosesnya secara bersamaan Unsyiah juga membentuk TRC (Tsunami Research
Center) dan MC (Mitigation Center). Ketiganya kemudian digabung menjadi TDMRC
(Tsunami and Disaster Mitigation Research Center) dengan dana dari Badan
Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh. Tujuan pembentukan gedung ini adalah untuk
meningkatkan sumber daya riset kebencanaan yang berkualitas, memberikan
advokasi pada pemerintah dalam membuat kebijakan, mengumpulkan dan menyediakan
data terbaik dengan mempercepat prosess pengumpulan data yang tepat berkaitan
dengan dampak dari bencana. Disamping itu, TDMRC juga berkontribusi
meningkatkan masyarakat yang tahan bencana, berkolaborasi dengan para peneliti
dan lembaga riset lainnya dalam riset-riset kebencanaan.
Gedung
TDMRC terletak di sebelah kuburan massal Ulee Lheue. Gedung ini juga dapat
berfungsi sebagai escape building.
9. Monumen
Aceh Thanks to the World
Monumen Aceh Thanks to the World (Sumber: bandaacehkotamada)
Bangkitnya
Aceh dari kerusakan hebat akibat tsunami tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, termasuk dunia internasional. Masyarakat Aceh menyadari hal itu dan
mereka tidak lupa akan budi baik pihak-pihak yang telah menolongnya. Untuk
mengenang hal itu dibangunlah Monumen Aceh Thanks to the World di sebelah utara
lapangan Blang Padang (kini alun-alun), di depan museum tsunami Aceh. Bangunan
putih ini bentuknya seperti gelombang tsunami.
Walk
of Frame Tsunami
Walk of frame (Sumber: bandaacehkotamada)
Di
depan monumen ini kita akan menemukan banyak prasasti yang memuat jumlah korban
tewas dan hilang, jumlah warga yang mengungsi, jumlah jembatan yang musnah,
panjang jalan yang hancur, dan sebagainya.
Plakat thank you and peace (Sumber: bandaacehkotamada)
Selain
monumen tersebut, bentuk terima kasih rakyat Aceh juga dituangkan dalam sebuah
prasasti/plakat persahabatan yang bentuknya seperti kapal yang hampir tenggelam.
Di sepanjang lintasan jogging yang mengelilingi lapangan Blang Padang terdapat
53 “Plakat Thank You and Peace”. Plakat itu bertuliskan nama negara, bendera
negara, dan ucapan ‘Terimakasih dan Damai’ dalam bahasa masing-masing negara.
Di
dekat monumen dan plakat ini (masih di lapangan Blang Padang), ada juga tempat
wisata yang lain yaitu monumen Dakota DC-3 RI-001 dengan nama Seulawah dan
monumen tsunami.
Monumen Dakota DC-3-RI-001
Monumen tsunami di Blang Padang
Dari
sini kita bisa melihat betapa besar sumbangsih dunia dalam pemulihan kembali
Aceh dari tsunami. Ada bantuan dari Jepang untuk membangun tsunami escape
building, ada bantuan dana dari Saudi Charity Campaign, ada rumah sakit Zainoel
Abidin baru The yang didanai oleh Jerman dan Australia, ada sekolah dasar yang didanai
oleh Badan Federal Jerman, dan masih banyak lagi. Masyarakat Aceh adalah
masyarakat yang tahu berterima kasih, di antaranya diabadikan dalam monumen Aceh
Thanks to the World dan plakat “Thank You and Peace”.
10.
Monumen-monumen tsunami lainnya
Monumen Tsunami di Aceh Besar (Sumber: buzzerbeezz)
Prasasti Den Zipur Dhika Anoraga (Sumber: friend.staf.ugm)
Prasasti
ini dibuat untuk mengenang kompleks perumahan satu kompi pasukan TNI beserta
keluarganya yang habis diterjang tsunami, letaknya di jalan menuju pantai
Lhoknga.
Tugu tsunami mukim lhoknga (Sumber: travel.detik)
Di
dekat pantai Lhoknga, Aceh ada sebuah tugu untuk memeringati warga mukim
sekitar yang tewas akibat tsunami. Tugu itu adalah Tugu Tsunami Mukim Lhoknga.
Dampak
tsunami yang hebat bisa mengubah peradaban dan budaya. Pemerintah Aceh sadar
akan hal itu, lalu mengabadikan jejak-jejak tsunami untuk dipelajari dan
diantisipasi. Oleh karena itu dibangun wisata-wisata yang bernilai historis dan
edukasi, dibangun tempat evakuasi, pusat penelitian, dan sebagainya. Tsunami
terjadi dalam suatu siklus sehingga bisa diprediksi. Bahkan, peneliti dari Earth Observatory of Singapore, Charles Rubin
telah menemukan jejak tsunami purba yang terjadi di Aceh, di sebuah gua kapur
di dekat sumber tsunami 2004 lalu. Gua ini terletak beberapa ratus meter dari
pantai yang berada di Banda Aceh. Jejak-jejak tsunami itu diduga telah berusia
7500 tahun dan merupakan temuan paling rinci yang bisa menjelaskan terjadinya
tsunami Aceh. Dari temuan itu didapati bahwa 11 tsunami yang sama pernah
terjadi sebelum tahun 2004. Namun, Charles rubin belum bisa memprediksi kapan
tsunami berikutnya akan terjadi. Dari temuan Charles Rubin di atas, gua yang
sangat berharga ini seharusnya dimasukkan juga sebagai obyek wisata tsunami.
Sebagai
daerah yang rawan tsunami, pemerintah Aceh perlu menggalakkan penelitian di
bidang ini. Apalagi dengan adanya berbagai pusat penelitian tsunami yang bisa
mendukung ke arah itu. Bukannya tidak mungkin bahwa Aceh akan menemukan
penemuan baru di bidang tsunami yang bisa menjadi rujukan bagi dunia
internasional.
Sangat
menarik bukan wisata tsunami di Banda Aceh? Berkunjunglah ke sana dan rasakan
kedahsyatan gelombang mengerikan itu.
Sumber:
http://travel.detik.com/read/2014/03/14/184600/2471503/1025/indahnya-kota-banda-aceh-dari-tsunami-escape-building
http://www.virtualtourist.com/travel/Asia/Indonesia/Aceh_Special_Region/Banda_Aceh-1223610/Things_To_Do-Banda_Aceh-TG-C-1.html
https://www.facebook.com/notes/sejarah-aceh/tragedi-tsunami-aceh-paling-hebat-di-dunia-pada-abad-ke-21/10151804107538541
http://m.bisnis.com/traveller/read/20131226/224/194283/jangan-lewatkan-6-objek-wisata-mengenang-tsunami-aceh
http://www.tribunnews.com/iptek/2013/12/26/peneliti-temukan-jejak-tsunami-purba-di-aceh
http://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2013/12/28/28380/kisah-masjid-baiturrahim-ulee-lheue-refleksi-9-tahun-tsunami-aceh/#sthash.ibTslCZd.sL67nefN.dpbs
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/2014/02/05/kapal-apung-kapal-pembangkit-listrik-yang-diseret-tsunami-akhir-tahun-2014-di-banda-aceh/
http://acehtourismagency.blogspot.nl/2012/12/monumen-thanks-to-world.html
http://www.acehpedia.org/Tugu_Peringatan_Tsunami