GREEN HOSPITAL
SEHAT, NYAMAN, RAMAH LINGKUNGAN
Rumah
sakit sebagus apapun sebenarnya bukan tempat yang dituju, penyakitlah yang
memaksa diri untuk ke sana. Apalagi kalau rumah sakitnya tidak bagus,
pelayanannya tidak baik, dan pegawai serta tenaga medisnya tidak ramah, malah
malas ke rumah sakit. Ingin segera pulang tapi tak bisa. Sebaliknya, kecepatan
sembuh pasien juga dipengaruhi oleh keadaan rumah sakit itu, baik pengaturan
gedungnya, ketersediaan alat dan bahan serta obat-obatan, kecepatan dan ketepatan
tindakan, keramahan pegawai dan tenaga medis, dan sebagainya.
Saat
ini marak tambahan kata “green” di mana-mana, sehubungan dengan isu pemanasan
global. Misalnya, green building, green chemistry, dan green nano technology. Itu
tandanya sudah banyak orang yang menyadari kelestarian lingkungan. Green
hospital sendiri merupakan langkah tepat yang mendukung kesembuhan pasien dan
kelestarian lingkungan. Kalau pasien itu berada di rumah sakit yang bagus,
bersih, nyaman, hijau, dan pegawai serta dokternya ramah tentu lebih cepat
sembuh daripada yang mengalami keadaan sebaliknya. Tak bisa diragukan lagi,
faktor fisik (bangunan, makanan, dan lain-lain) dan emosi pasien mempengaruhi
kesembuhannya.
1. Desain bangunan dan penataan kawasan
Apa yang pertama
kali terpikir tentang sesuatu yang “hijau”? Tentu saja pepohonan. Ya, benar.
Hijaukan rumah sakit dengan banyak pohon dan buatlah taman bunga yang indah.
Lengkapi dengan kolam, air mancur, air terjun buatan, tempat pejalan kaki
berolah raga, atau pemanis lainnya. Sertakan pula tanaman-tanaman toga (tanaman
obat keluarga) kemudian di dekatnya diberi keterangan tentang tanaman itu dan
manfaatnya (semacam yang ada di Jatim Park 2, Jawa Timur). Selain berfungsi
ekologis, juga berfungsi estetis dan edukatif. Usahakan agar 30% dari area
rumah sakit adalah ruang terbuka hijau. Jangan biarkan ada lahan kosong. Tanami
dengan pepohonan dan bunga-bungaan.
Bangunan yang
benar-benar ramah lingkungan bisa terinspirasi dari rumah rayap, karena dari
aspek cahaya, udara, dan lain-lain sangat proporsional/tepat. Penentuan bentuk
atap juga bisa diperhatikan, misalnya bentuk atap joglo (rumah adat Jawa) yang
membuat bagian tengah rumah menjadi sejuk. Rumah ramah lingkungan lebih
mengutamakan permainan bukaan dan atap yang tinggi untuk sirkulasi. Sebagai
bahan bangunan; penggunaan gipsum, batu bata, alumunium serta baja ringan bisa
menjadi pilihan yang tepat. Karena selain ramah lingkungan juga menunjang
ketahanan bangunan dan kesehatan. Selain itu, semennya diganti dengan semen
instan agar pembangunan menjadi lebih efektif, efisien, serta hemat biaya dan
waktu. Batu bata yang digunakan bisa menggunakan batem (bata tengahnya
macem-macem), yaitu batu bata yang diisi bermacam sampah anorganik yang tidak
mudah membusuk. Batem ini adalah ide dari Sudarno (Surabaya), dibuat dengan
cara mencampur semen dan pasir dengan komposisi 1:4 dan diisi sampah. Sampah
itu bisa berupa 30 jenis sampah, baik organik maupun anorganik (sampah sulit
membusuk): plastik, botol air kemasan, bungkus snack, pecahan kaca, karet,
styrofoam, aluminium, pecahan keramik, dan sebagainya, dicampur dengan sampah
organik berupa kulit durian, kacang, manggis, kulit telur, kulit kerang, dan lainnya.
Jadi, selain bisa mengurangi sampah batem juga bisa menjadi bahan bangunan yang
berkualitas baik. Pilih material dari bahan lokal yang berkualitas dan
rancangan yang bisa menghemat penggunaan listrik. Jangan lupa sediakan ruang
khusus untuk resapan air!
Tetapkan bahwa
rumah sakit adalah kawasan bebas asap rokok! Kemudian buatlah agar kapasitas
ruangan/kamar seimbang agar tidak gerah. Usahakan agar bagian luar dicat
putih/dominan putih agar dingin, bagian dalam bisa bervariasi (namun tetap
cerah). Sebenarnya warna putih lebih baik (karena dingin), tetapi warna lain
juga diperlukan agar tidak bosan (lebih ceria)! Selain itu, hindari pemakaian
kaca riben!
Dari jarak
beberapa meter menuju rumah sakit disediakan kendaraan khusus yang ramah
lingkungan yang berfungsi untuk mengangkut keluarga/pembesuk (pasien tidak
termasuk karena bisa menularkan penyakit). Kendaraan ini berkapasitas penumpang
besar. Hal ini menghindari banyaknya jumlah kendaraan yang masuk, sehingga
polusi udara di sekitar rumah sakit berkurang.
2. Pemilihan serta pengggunaan alat dan bahan
Kalau ada
dananya, usahakan agar bahan-bahan yang digunakan berkualitas bagus dan tahan
lama, sehingga mengurangi biaya untuk
perbaikan atau pembelian baru. Hal ini bisa menghemat bahan tambang serta bahan
bakar/energi, dan lain-lain.
Pergunakan
kendaraan ramah lingkungan, bahan bakar ramah lingkungan (dari sumber energi
alternatif), gunakan peralatan kantor/rumah sakit yang hemat energi serta
gunakan seperlunya, hematlah air, tutup kran air dengan rapat jika tidak
dipakai, rawatlah kendaraan dan mesin rumah sakit secara berkala, jangan
tinggalkan barang-barang elektronik dalam keadaan menyala, matikan lampu
sebelum tidur, hentikan/kurangi pemakaian AC, hematlah kertas dan tisu, gunakan
lampu hemat energi (misalnya lampu LED), gunakan sabun/deterjen ramah
lingkungan, ada tempat sampah yang cukup untuk tiap pasien/ruangan dan mudah
dijangkau, minimalkan penggunaan alat-alat penyebab pemanasan global (AC,
kulkas, pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada
parfum dan hair spray, dan lain-lain), serta pilihlah kran air yang memakai tap
yang hanya mengeluarkan air dalam volume tertentu. Untuk makanan, pilihlah
makanan organik. Selain ramah lingkungan juga mendukung kesembuhan pasien. Sediakan
pula wadah air dengan pengukur volume yang dipakai, misalnya “galon” air dengan
pengukur untuk tiap-tiap pasien. Biasanya pasien membawa botol air kemasan dari
rumah/membeli dalam jumlah yang banyak. Ini meningkatkan penggunaan sampah
plastik, padahal sampah plastik sulit terurai. Pengukur volume itu digunakan
untuk mengukur berapa banyak air yang diminum pasien (berapa bayarnya).
3. Pengolahan limbah
Limbah rumah
sakit perlu diolah sedemikian hingga tidak mencemari lingkungan. pencemaran
terhadap tanah atau air misalnya, secara langsung atau tidak langsung akan
berpengaruh terhadap tanaman, yang pada akhirnya berpengaruh kepada makhluk
hidup lain/kelestarian lingkungan.
Seringkali tidak
semua pasien menghabiskan makanannya. Sisa makanan ini bisa diolah sebagai
pupuk atau lainnya.
4. Pelayanan
Usahakan agar
pelayanan cepat dan tepat. Mengurus ini itu yang berbelit-belit, lama, atau
mondar-mandir menyebabkan cepat capek. Akhirnya banyak makan dan minum,
sehingga meningkatkan potensi menumpuknya sampah (sampah plastik) dan pembelian
koran/majalah untuk mengisi waktu (sampah kertas). Pengurangan kertas bisa
dibarengi dengan penggunaan program komputer yang tepat sehingga data segera
diketahui dan pasien cepat tertangani.
5. Penganekaragaman pangan pasien
Pasien
membutuhkan makanan yang bervariasi untuk mendukung kesembuhannya. Gizi yang
dibutuhkan akan terpenuhi dan pasien pun tidak bosan. Di sisi lain, hal ini
baik bagi kelestarian tumbuhan itu, karena konsumsi yang berlebihan bisa
menyebabkan kelangkaan/kepunahan (krisis pangan).
Begitu banyak manfaat dari green hospital.
Mari kita dukung RSUD Daya Makassar sebagai the first green hospital in
Indonesia. Semoga langkah ini segera diikuti oleh rumah sakit-rumah sakit
lainnya.
*Artikel ini diikutkan ke dalam lomba blog "Green Hospital" RSUD Daya Makassar
Penulis:
Dini Nuris Nuraini (Dininuris@ymail.com)