30 Oktober 2020

Keluarga: Tempat Memberi yang Terburuk, Mengharap yang Terindah

Pada zaman pdkt dengan taaruf marak seperti saat ini, ada juga lho ustadz yang tidak setuju. Saya pernah lihat videonya. Gak main-main, nggak setujunya itu ngomongnya sangat kasar. Yang intinya tentang harga diri lelaki.
Harga diri apa ya maksudnya?
Mungkin nggak pernah ngamati kali ye, model CV taaruf cowok itu kayak apa dan perilaku taaruf mereka itu bagaimana.

Biar saya jelaskan sebagian (sisanya rahasia):
1. Cowok itu suka ga pake foto, pake pun kadang foto jadul, foto buram, foto yang wajahnya nggak keliatan, abstrak, foto dengan penghalang misal masker atau diburam-buram tiru-tiru cadar pada wanita (iri dia), dan foto-foto nggak jelas lainnya.

2. Foto cowok itu banyak yang asal-asalan, tidak dalam kondisi ganteng maksimal. Foto dan backgroundnya itu nggak banget deh.

3. Banyak bagian dari CV cowok yang nggak diisi atau diisi asal-asalan. 

4. Isi CV cowok itu implisit-implisit, yang intinya penipuan or ga jujur dengan kondisi sebenarnya. Pake kata-kata ambigu.

5. Ikut taaruf pun akun cowok itu modus-modus: diprivat-privat, akun kloningan, akun ga ada isinya/dikit isinya, akun tidak ditemukan, dll.

Dan masih banyak lagi modus-modus lain yang tidak akan saya jelaskan satu persatu. Intinya, kamu itu ngakunya baik-baik, niat nikah, tapi modusnya segambreng. Penipuan di mana-mana. Itu untuk jadi istrimu, bakal keluargamu.

Lalu saat komunikasi atau ketemuan, misal prianya sendirian tanpa perantara, itu omongan dan sikapnya juga gak karuan, kasar. Plus kalau ditanya seputar kualifikasi udah sensi sana-sini bikin makan ati.

Bandingkan dengan ketika pria melamar pekerjaan: surat lamaran pekerjaan dan CV dibuat sebaik mungkin, waktu wawancara/interview penampilannya baik, ditanya terkait kualifikasi bersedia menjawab dengan baik, foto dipilih yang ganteng maksimal, performa terbaik, bicaranya sopan dan kelakuannya juga sopan. Bila tak sesuai kualifikasi pun ya menerima kalau ditolak, sedangkan jika lolos ya bekerja sebaik mungkin untuk perusahaan itu dan mematuhi aturan-aturannya.

Ada juga hubungan antara orangtua dan anak.
"Sayang anak orang lain, kalau anakku sendiri sudah ku ... hhh," sambil getem-getem. 

Pernah nggak denger atau bilang semacam itu? 
Lebih ramah pada anak orang lain daripada anak sendiri.

Atau seperti ini. Rumah mau kedatangan tamu, maka segala hal terbaik (melebihi perlakuan pada keluarganya) disiapkan untuk tamunya. Jadi, perlakuan terhadap tamu lebih istimewa daripada keluarga.

Bagaimana dengan yang satu ini:
Pemberian atau servis terhadap tetangga atau orang lain lebih pol-polan daripada terhadap keluarga sendiri.
Kalau mau ngasih apa-apa itu orang lain dapat yang lebih besar, lebih banyak, lebih enak, dll. Orang lain dulu pokoknya, keluarga mah ntar aja kalau masih sisa, ntar aja yang kecil-kecil, dsb.

Trus ada juga kayak gini:
"Aku kalo sama keluarga dan sahabat itu beda (lebih blak-blakan alias vulgar dan sarkas), soalnya mereka itu kan sudah memahami aku."

Nah, lo. Jadi, terhadap keluarga dan sahabat perlakuannya itu lebih tidak manis, lebih tidak sopan, lebih kasar.

Ada juga bapak-bapak pas ditelpon bosnya bilang "Iya bos, iya bos," sambil manggut-manggut dengan suara rendah dan lembut, tapi saat sama istri dan anaknya malah berubah horor. Meminjam istilah seseorang, "Iya dia bijaksana tapi tidak bijaksini." Hahaha....

Suami bekerja, istri bekerja pas keluar rumah ganteng/cantik maksimal. Badan tegap, perilaku berwibawa, suara se-ramah dan se-menyenangkan mungkin. Pulang-pulang sudah ote-ote, singletan doang, koloran, dasteran, kucel-kucelan, bahu turun, nggak konek diajak ngomong, asal-asalan dalam berinteraksi dan berkomunikasi serta tinggal boboknya. Lalu mereka bertanya, "Kenapa perasaanku sekarang beda sama dia?"

Buwuh/acara keluar juga gitu. Rapi dan berpenampilan baik. Atau gak usah ke luar deh, misal aja pas ada tamu, penampilannya jadi baik toh? Katanya menghormati tamu. Tapi dengan keluarga? Nggak menghormati keluarga? 

Jadi sekarang tanya aja deh sama diri masing-masing. Kamu mengutamakan keluarga?
Ah, yang bener?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.