Sampah
sisa makanan (food waste) menempati 60% produksi sampah di Indonesia1.
Menurut Badan Ketahanan Pangan Kementan dan sumber lain, Indonesia menyampah 1,3
juta ton food waste per tahun, dengan 113 kilogram per tahun berasal
dari rumah tangga. Dari jumlah tersebut, masing-masing orang rata-rata
menyampah 28 kg per tahun, terutama dalam bentuk sayuran 7,3 kg, buah-buahan 5
kg, tempe-tahu-oncom 2,8 kg, umbi dan jagung 2,4 kg serta beras 2,7 kg. Tak
heran bila akhirnya Indonesia dinobatkan menjadi negara penyumbang food
waste terbesar ke dua di dunia.2
Pemborosan
dan pemubaziran pangan ini membutuhkan perhatian serius. Robert Malthus telah
mengingatkan, “Laju pertumbuhan penduduk itu seperti deret ukur, sedangkan laju
pertumbuhan pangan seperti deret hitung.” Ketahanan pangan dapat terancam bila
kita ceroboh mengelolanya atau menerapkan gaya hidup yang salah. Berdasarkan
hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada
2020 sebesar 269,6 juta jiwa3, meningkat dari tahun 2019 yang hanya 266,91
juta jiwa4. Sementara itu, meskipun Kementan menginformasikan
kenaikan luas sawah menjadi 7.463.948 hektare (ha)5, namun LIPI memprediksi
krisis pangan akan terjadi 10 hingga 20 tahun lagi akibat terjadinya krisis
petani.6 Apalagi, menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP),
Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi (8/11/2019), saat ini status
dari 789 Kecamatan di Indonesia masih rentan rawan pangan, yang artinya kebutuhan
kalori yang masuk belum memenuhi 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG).11
Sementara
itu, Global Hunger Index (GHI) masih menempatkan tingkat kelaparan dan
kekurangan gizi di Indonesia dalam kategori serius, yaitu dengan skor 20,1. Skor
ini masih lebih tinggi dari negara-negara lain di Asia Tenggara, meskipun indeks
kelaparan di Indonesia terus menurun. Bahkan, dalam laporan tersebut Indonesia
hanya mampu menempati peringkat 70 dari 117 negara. 12
Di
dunia, FAO dan WHO telah melaporkan angka kelaparan dunia melalui “The State of
Food Security and Nutrition in the World.” Pada 15 Juli 2019, PBB
memperingatkan, angka kelaparan dunia telah meningkat 3 tahun berturut-turut. Pada
2018 saja angka kelaparan dunia sudah melebihi 821 juta orang, itupun belum
termasuk masalah malnutrisinya.7
Ironisnya,
saat pada satu sisi masyarakat kelas atas dan menengah banyak memboroskan dan menyia-nyiakan
makanan, pada sisi lain masih banyak orang yang kelaparan dan kekurangan gizi. Muhhamad
Farish Irsyad Nor Sukaimi (10) dan Nur Farah Insyirah (12) misalnya, kakak
beradik dari Malaysia yang terpaksa harus mengais-ngais tong sampah Sekolah
Kebangsaan Gong Pasir agar bisa makan.8 Ada pula bocah di Jalan Raya
Kuta, Bali9 dan bocah-bocah di Maracaibo, Venezuela yang juga
terpergok mencari makan dengan mengais sampah.10
Food
waste ini harus segera diatasi meskipun berupa sampah
organik yang bisa membusuk dan terurai, karena mengatasi food waste
berarti:
- Menurunkan laju stunting (kekerdilan) dan obesitas,
- Menurunkan jumlah bayi lahir dengan berat badan rendah,
- Meningkatkan perdamaian dan stabilitas,
- Meningkatkan pertumbuhan ekonomi global dan produktivitas,
- Membantu mengatasi kelaparan global,
- Mengurangi
emisi gas rumah kaca
Sampah organik mengeluarkan gas metan ke atmosfer. Gas metan efeknya 21 kali lebih dahsyat dari CO2 dalam menyebabkan efek rumah kaca, pendorong pemanasan global. - Mencegah sumber daya alam agar tidak cepat habis
Setiap
orang dapat berpartisipasi dalam menekan laju food waste, karena food
waste dapat berasal dari restoran, hotel, usaha katering, perusahaan,
maupun rumah tangga. Penerapannya bisa dimulai dari kebiasaan-kebiasaan sederhana
pada diri dan rumah masing-masing, seperti:
- Tidak berlebihan dalam membeli bahan atau produk makanan,
- Memperhatikan
tanggal kedaluarsa bahan atau produk makanan maupun umur simpannya,
Terkadang setelah membeli bahan atau produk makanan kita langsung menyimpannya dan tidak kunjung mengkonsumsi atau menggunakannya. Saat kita mengeceknya lagi ternyata ada yang terlanjur basi, rusak, atau kedaluarsa sehingga tidak layak dikonsumsi. - Menyimpan
makanan dengan benar,
Kesalahan dalam menyimpan buah-buahan dan sayur-sayuran misalnya, dapat menyebabkan bahan-bahan tersebut terlalu cepat matang dan cepat busuk. - Memasak makanan sesuai porsi yang dibutuhkan (tidak berlebihan),
- Makan hanya pada saat lapar dan berhenti saat sepertiga volume perut sudah terisi,
- Sedekahkan kelebihan makanan pada manusia lain atau hewan/ternak,
- Mengolah
sisa makanan menjadi makanan atau produk lain,
Orang Jawa biasa mengolah nasi sisa menjadi kerupuk puli atau menjemurnya menjadi karak/intip. - Mengolah sisa makanan menjadi kompos,
- Jika sisa makanan dari hajatan berlebihan, kita bisa memanggil organisasi pengumpul makanan, seperti Food Bank dan Food Cycle untuk disalurkan pada masyarakat yang membutuhkan,
- Menerapkan komunikasi yang efektif dalam keluarga
Mengkomunikasikan
Kebiasaan Makan pada Keluarga
Makanan
bisa menjadi berlebih atau tidak termakan karena berbagai sebab. Meskipun tampak
sederhana, dampaknya bisa serius. Contoh sederhana adalah ketika
ibu memasak seperti biasa sedangkan bapak membawa oleh-oleh makanan dari luar
tanpa mengabarkan sebelumnya. Masakan ibu bisa tidak termakan karena anggota
keluarga sudah kenyang memakan oleh-oleh dari bapak. Contoh lain adalah ketika
ada anggota keluarga yang diundang untuk makan di luar/kantor/resepsi tetapi
tidak menyampaikannya sebelumnya, porsi normal sajian di rumah pasti menjadi
berlebihan. Hal serupa juga terjadi jika ada anggota keluarga yang akan
berpuasa namun tidak mengatakan sebelumnya.
Kebiasaan
lain yang juga sebaiknya dihindari adalah memaksakan anggota keluarga lain
untuk memakan makanan pantangannya, padahal mereka sedang diet, alergi, pantang
karena sakit tertentu, tidak suka atau tidak selera untuk memakannya, dan
semacamnya. Kita sudah tahu bahwa mereka kemungkinan besar tidak akan
mengambilnya namun kita tetap memaksa, sehingga menyebabkan food waste.
Sebaliknya, mereka yang sedang diet, alergi, atau sakit hendaknya
mengkomunikasikan makanan apa saja yang boleh mereka makan agar kita tidak
sia-sia saat menyajikan makanan. Selain itu, kita juga sebaiknya mengingat dan
mengenali makanan apa yang disukai dan tidak disukai oleh masing-masing anggota
keluarga.
Para
ibu sering mengeluh tubuhnya menggemuk karena menghabiskan makanan
anak-anaknya. Namun, ketika sudah sakit, bosan, atau tidak mampu lagi
memakannya, food waste akan tetap terjadi. Oleh karena itu, setiap
anggota keluarga, terutama ibu, harus memperkirakan dengan baik berapa porsi
makanan yang tepat untuk diri dan keluarganya, selain juga memperhatikan
faktor-faktor lain di atas.
Menurut
BPS, seperti dikutip IKEA dalam siaran persnya, pada 2020 sampah rumah tangga
dari 384 kota di Indonesia menggunung 80,235 ton setiap harinya, dengan 70
hingga 80 persen bersumber dari sampah organik dapur. Oleh karena itu, dengan menurunkan
angka food waste rumah tangga, berarti kita menekan angka food waste
dunia berikut semua dampak buruknya.13
Sumber:
- https://katadata.co.id/analisisdata/2019/11/26/kelola-sampah-mulai-dari-rumah
- https://mediaindonesia.com/read/detail/282977-wow-1-orang-indonesia-hasilkan-sampah-makanan-300-kg-per-tahun
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/01/02/inilah-proyeksi-jumlah-penduduk-indonesia-2020
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/04/jumlah-penduduk-indonesia-2019-mencapai-267-juta-jiwa
- https://industri.kontan.co.id/news/kementan-catat-total-luas-lahan-baku-sawah-saat-ini-sebesar-746-juta-hektare?page=all
- https://www.liputan6.com/news/read/3968578/indonesia-terancam-krisis-pangan-begini-cara-mengatasinya
- http://www.koran-jakarta.com/angka-kelaparan-global-semakin-memburuk/
- https://pop.grid.id/read/301636888/mengiris-hati-dua-anak-kepergok-mencari-makanan-di-tong-sampah-karna-sang-ibu-tak-punya-uang?page=all
- https://medan.tribunnews.com/2018/07/20/bocah-mengais-tempat-sampah-untuk-cari-makan-dan-minum-situasi-miris-saat-anak-seusia-melihat-lihat
- https://solo.tribunnews.com/2019/03/25/venezuela-krisis-pangan-anak-anak-mengais-sampah-untuk-mencari-makan
- https://pilarpertanian.com/kementan-tegaskan-tidak-benar-22-juta-penduduk-alami-kelaparan-kronis
- https://www.kompas.com/tren/read/2019/12/03/163603665/riset-indeks-kelaparan-global-indonesia-dalam-kategori-serius
- https://gaya.tempo.co/read/1043157/kontak-mata-dengan-bayi-tingkatkan-kecerdasan-otak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.