26 September 2019

Makin Kekinian dengan Pos Pustaka


Makin Kekinian dengan Pos Pustaka
Perpustakaan
Sumber: krjogja.com

Menurut hasil studi "Most Literred Nation in the world 2016" yang dilakukan oleh Central Connecticut State University (CCSU), tingkat literasi Indonesia masih rendah. Melalui indikator perpustakaan, koran, pendidikan, serta komputer mereka menempatkan Indonesia pada posisi ke-60 dari 61 negara. Padahal, setahun sebelumnya, Indonesia tercatat sebagai negara pencetak buku terbanyak ke-6 di dunia. Mengapa demikian?

Literasi erat kaitannya dengan membaca dan menulis. Sayangnya, kedua aktivitas tersebut masih dianggap sebagai aktivitas golongan introvert saja. Tak hanya itu, film-film menggambarkan para kutu buku sebagai manusia kuno, kuper, aneh, berkacamata tebal, pendiam, dan membosankan. Lain dengan gawai, mereka yang lekat dengan gawainya seolah lebih gaul dan melek teknologi, seru dan asyik.

Makin Kekinian dengan Pos Pustaka
Ilustrasi anak kecil main HP
Sumber: www.infotekno20.com

Seiring dengan kemajuan teknologi penggunaan internet, gawai, laptop, dan PC di Indonesia kian meningkat. Dari yang tadinya orang mengkambinghitamkan TV atas berbagai masalah, kini mengkambinghitamkan internet dan gawai juga. Mereka menyoroti ketiganya, termasuk generasi Z dan milenial sebagai pengguna utamanya. Tak adil sebenarnya, mengingat sejak kecil mereka sudah akrab dengan TV dan gawai. Saat rewel para pengasuh biasa membujuk mereka dengan keduanya untuk menenangkannya. Bisa dimaklumi jika kemudian HootSuite dan We Are Social memasukkan tingkat kecanduan internet Indonesia sebagai tertinggi ke-5 di dunia.

Makin Kekinian dengan Pos Pustaka
Durasi mengakses media
Sumber: https://www.saputrawhy.com/bijak-dalam-menggunakan-media-sosial/

Setiap harinya, orang Indonesia berselancar di dunia maya selama 8-9 jam. Tiga jam di antaranya digunakannya untuk eksis di media sosial. Adapun televisi, lebih dari separuh generasi muda Indonesia sudah meninggalkannya. Hanya 32% responden yang masih menonton TV 1-3 jam per hari, dan 10% lainnya menonton lebih dari 3 jam. Bandingkan dengan kebiasaan mereka membaca buku yang hanya 6 jam per minggu. Terlalu kecil namun mampu menempatkan Indonesia pada posisi ke-16 dari 32 negara yang gemar membaca. Padahal, bila dibandingkan dengan Warren Buffet yang rutin membaca 6 jam per hari, itu belum ada apa-apanya.

Makin Kekinian dengan Pos Pustaka
Tingkat kecanduan Internet di Indonesia tertinggi ke-5 di dunia
Sumber: https://databoks.katadata.co.id/

Data-data di atas tidak menunjukkan bahwa TV, internet, atau gawai adalah musuh. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Nyatanya, negara lain bisa memanfaatkannya dengan baik untuk meningkatkan literasi mereka. Kita juga bisa menirunya, misalnya dengan menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan berbahasa Indonesia, membuat acara di TV tentang buku yang menarik atau kisah-kisah tokoh yang gemar membaca, membuat film gemar membaca, membuat film atau acara tentang kerennya seorang kutu buku, atau membuat games/website/aplikasi/video youtube yang mendukung literasi. Setelah itu,  tugas orangtualah untuk membantu memilihkan program yang tepat bagi anak-anaknya.

Makin Kekinian dengan Pos Pustaka
Mendampingi anak membaca
Sumber: Cantik.tempo.co

Ya, keluarga adalah pondasi utama. Keluarga yang rajin membaca, menyediakan bahan-bahan bacaan bagi anak, sering mendongeng atau membacakan buku pada anak akan membentuk anak yang cinta buku juga. Sebelum menyalahkan Si Anak, lihatlah dulu seperti apa keluarganya.

Sama juga dengan penerapan di sekolah atau masyarakat. Para guru dan pemimpin juga harus rajin membaca dan menampilkannya ke hadapan publik. Keteladanan merupakan salah satu cara yang baik dalam mengajar. Ia ikut mendukung meningkatnya baca tulis di samping faktor-faktor lain seperti kondisi mata, kemampuan membaca dan kebebasan dari buta aksara, lokasi bahan bacaan yang mudah diakses, jumlah dan jenis bacaan yang memadai, SDM yang cukup dan berorientasi konsumen, tingkat daya beli masyarakat, harga buku, dan adanya bacaan yang menarik. 

Makin Kekinian dengan Pos Pustaka
Bursa buku masih ramai dikunjungi 
Sumber:  https://gaya.tempo.co/read/769193/ini-sejarah-dan-rahasia-big-bad-wolf-menjual-buku-murah

Jika dikatakan minat baca rendah, nyatanya beberapa kali penyelenggaraan bursa buku di Surabaya ramai dikunjungi. Begitupun pelatihan-pelatihan menulis online maupun offline, pesertanya banyak. Itu artinya minat mereka terhadap literasi masih tinggi.

Sekarang, mari kita tengok perpustakaan dan toko buku. Keberadaan keduanya masih belum merata di Indonesia. Belum lagi lokasi yang menyempil, ruangan sempit, buku-buku tidak layak dan tidak up to date, fasilitas dan SDM yang kurang memadai, konsep ruangan yang buruk, jam buka yang terbatas, hingga jeleknya pelayanan turut menyebabkan sepinya pengunjung. Data dari PNRI menyatakan, per harinya hanya 0,02% penduduk yang mengunjungi perpustakaan. Ini bukan tentang menambahkan musik atau konsep kafe ke dalamnya, tetapi kondisi yang lebih ramah pengunjung, bisa membaca di taman-taman, gazebo, dan petugas yang berorientasi konsumen. Kemudian, sediakan pula layanan all in one secara online yang memungkinkan pengunjung meminjam buku cetak tanpa harus datang ke lokasi. Walaupun perpustakaan sudah memiliki Ipusnas, tapi tak semua orang suka membaca buku digital. Mengingat terbatasnya jam buka perpustakaan, kesibukan calon peminjam, jarak yang jauh, atau faktor kepraktisan maka adanya layanan peminjaman online dapat membantu. Perpustakaan bisa menggandeng kantor pos di dalam penerapannya melalui program Pos Pustaka.

Makin Kekinian dengan Pos Pustaka
Keteladanan membaca buku dari orangtua dan orang penting
Sumber: kompasiana.com

Masih tentang perpustakaan, perhatikan juga mengenai jenis-jenis buku yang tersedia. Pada web atau aplikasi online, sediakan wadah bagi pengunjung untuk menuliskan buku-buku idamannya yang belum ada di perpustakaan tersebut. Perpustakaan tak harus menambah koleksi bukunya dengan membeli, tetapi bisa juga dengan menggandeng penerbit, toko buku, taman bacaan, perpustakaan lain, atau penulis untuk bekerja sama. Terkait perpustakaan, peran orangtua adalah memilih dan meminjamkan buku-buku tersebut untuk anak-anaknya, terutama yang masih kecil. Kemudian setelah sampai di rumah mereka bisa membacakannya atau mendampinginya membaca.


#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga