25 Maret 2016

Savari, Menjelajah Dunia dengan Mesin Waktu



Web Savari yang Filosofis

Kiri (Baba), Tengah (Dinggo), Kanan (Cimpala)

Sumber: http://www.savari.id


Pertama kali menjelajah web Savari saya seperti masuk ke dalam dunia kreativitas yang tanpa batas. Di dalamnya, berbagai ide bertemu dan disatukan. Konsepnya sungguh unik. Pada halaman muka kita akan disambut dengan tokoh Baba, Dinggo, dan Cimpala yang berpenampilan nyentrik dan tampak jahat (tidak baik) tetapi sebenarnya baik. Mungkin di sini pembuatnya ingin menyampaikan suatu pesan agar jangan melihat sesuatu dari penampilan luarnya saja. Selain itu, sepertinya si pencipta juga ingin menunjukkan bahwa pada masing-masing tokohnya tersebut ada sisi baik dan sisi buruknya, artinya mungkin tidak ada sesuatu yang murni buruk. Meski mungkin filosofis seperti ini, tetapi secara pribadi saya kurang suka gambarnya. Saya lebih menyukai gambar yang ‘manis’ dan ‘menyenangkan’ untuk dipandang.

Minat yang Berbeda
Baba, Dinggo, dan Cimpala mempunyai minat yang berbeda satu sama lain. Baba digambarkan mencintai lingkungan dan semua makhluk, Dinggo berminat kepada sejarah, sedangkan Cimpala menyukai sains dan ilmu pengetahuan. Pertemuan ketiganya kemudian membawa mereka berkeliling dunia dan melintasi masa dengan menggunakan mesin waktu. Pada sosial media Savari (FB, Twitter, dan Instagram) kita bisa melihat mereka beralih dari Sidang Umum PBB ke-47 pada tahun 1992 tentang penetapan Hari Air Sedunia, menuju sejarah komputer dan internet, kemudian beralih lagi ke Perjanjian Salatiga pada 17 Maret 1757 dengan menggunakan mesin waktu. Seperti itu, mereka bisa berpindah-pindah ke tempat dan masa yang berbeda sesuka hatinya.

Mesin Waktu
Kita tadi kan sudah ngomongin tiga sekawan Baba, Dinggo, dan Cimpala yang bisa berpindah-pindah ke tempat dan masa yang berbeda dengan mesin waktu. Nah ngomong-ngomong soal mesin waktu, pada halaman awal web Savari juga terdapat lagu berjudul “Mesin Waktu” yang dibawakan oleh sebuah band virtual fantasi yang mengusung genre musik modern pop sebagai identitasnya. Band tersebut bernama Savari, band virtual fantasi pertama di Indonesia. Saya sendiri kurang tahu band virtual fantasi itu artinya apa dan seperti apa, yang jelas mereka menamakan dirinya seperti itu. Saya sih cukup menikmati saja lagunya yang menurut saya rancak dan unik. 


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=12ztpOPuIig&feature=youtu.be

Melalui single perdananya “Mesin Waktu” ini, Savari berandai-andai melakukan perjalanan virtual mencari jejak memori masa lalu. Namun, meskipun sama-sama bercerita tentang mesin waktu jangan dibayangkan kalau yang dibahas pada lagunya sama dengan pada media sosialnya. Alih-alih membahas tentang ilmu pengetahuan seperti pada medsosnya, lagu ini malah membahas cinta-cintaan. Jadi, ceritanya si penyanyi ini menyesal dan ingin kembali ke masa lalu untuk mengulang cintanya dengan sang kekasih. Sedikit dihubungkan dengan luar angkasa sih, tetapi hanya sebagai pemanis lagu. Sama sekali tidak berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Ini yang agak membingungkan. Tapi apapun itu terobosan baru ini telah berhasil membawa Savari menjadi band virtual fantasi pertama di Indonesia.

Apa? Ada yang ingin berpetualang dengan Savari? Bisa. Ikuti saja medsosnya di https://twitter.com/savari_id, https://www.facebook.com/savari.id, dan https://www.instagram.com/savari.id/ . Di sana disajikan beragam ilmu pengetahuan. Kita bisa belajar bersama dengan Baba, Dinggo, dan Cimpala. Jangan lupa pula untuk mengunjungi websitenya di http://savari.id/ untuk mendengarkan “Mesin Waktu”, single perdana dari Savari yang unik banget. Siapa tahu ada yang seperti saya, belum paham band virtual fantasi itu seperti apa, bisa lihat contohnya di lagu “Mesin Waktu” milik Savari ini.
Selamat jalan-jalan ya! Ikutan Savari, gih menjelajah dunia dengan Mesin Waktu!