17 Desember 2023

Mengoptimalkan Angkutan Umum di Surabaya sebagai Solusi Polusi Udara

Polutan pm-2,5

Polutan PM-2,5

Sumber: https://m.facebook.com/photo.php/?photo_id=1667446210083918


Banyak daerah menginginkan kualitas udara yang benar-benar bersih dan nol atau minim emisi. Namun, hal itu bukanlah sesuatu yang mudah. Kendati mereka telah bergelut sekuat tenaga untuk mengatasinya, tetapi masih menyisakan satu atau beberapa polutan di sana, tak terkecuali Surabaya.

Ada banyak polutan penyebab pencemaran udara. Yang jelas-jelas mencemari Surabaya adalah PM-2,5, sementara data untuk polutan-polutan lain masih simpang siur, tidak berasal dari website pemerintah, atau memiliki data yang berbeda dari pemerintah.

Misalnya timbal (Pb), pemerintah memang telah menggalakkan penggunaan bensin tanpa timbal sejak Juli 2006, tetapi nyatanya hasil riset BATAN terhadap kadar Timbal (Pb) pada PM-2,5 di 16 kota besar di Indonesia menyatakan rekor konsentrasi timbal tertinggi malah diraih oleh Surabaya, Tangerang, dan Jakarta. 

Pada PM-2,5 juga demikian, meskipun sama-sama menunjukkan cemaran PM-2,5, tetapi nilainya berbeda antara https://ispu.menlhk.go.id dan https://www.iqair.com. Tak jelas apakah hal itu disebabkan karena penentuan titik lokasi pemantauannya yang berbeda ataukah karena hal lain, karena pada https://ispu.menlhk.go.id hanya memuat alamat Tandes di sana, sedangkan 3 alat pemantau ISPU yang tetap berada di Wonorejo, Kebonsari, dan Tandes, dan meski memiliki alat pemantau portabel, tidak dijelaskan mengenai di mana penempatannya serta bagaimana sistem pengukurannya. Berbeda dengan website tersebut, https://www.iqair.com memberikan sumber data yang jelas dan dikatakan berasal dari 3 tempat, yaitu Keputih, Tandes, dan Kertajaya.

Polutan pm-2,5

Polutan PM-2,5

Sumber: https://m.facebook.com/photo.php/?photo_id=1667446210083918


Saat saya mengakses Data Indeks Kualitas Udara (AQI) di Surabaya di https://www.iqair.com pada 12 Desember 2023 pukul 10.00, angka AQI-nya sebesar 134 (tidak sehat bagi kelompok sensitif) dengan kadar polutan PM-2,5 sebesar 49 mikrogram/meter kubik (10 kali lebih tinggi dari acuan WHO); sedangkan pada 14 Desember 2023 pukul 09.00, angka AQI-nya telah berubah menjadi 163 (tidak sehat) dan kadar PM-2,5-nya meningkat menjadi 78,3 mikrogram per meter kubik (16 kali lebih tinggi dari acuan WHO). Artinya, pada kedua data tersebut, PM-2,5 masih menjadi polutan utama dan masih sangat tinggi kadarnya dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh WHO. Saya kembali mengaksesnya pada 14 Desember 2023 pukul 10.00 dan kali ini saya membandingkannya dengan data dari pemerintah. Ternyata pada https://www.iqair.com, AQI-nya menjadi 129 (tidak sehat bagi kelompok sensitif), sedangkan pada https://ispu.menlhk.go.id, ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara)-nya menunjukkan angka 87 (sedang/kualitas udara masih dapat diterima pada kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan), dengan kadar PM-2,5 dan PM- 1 https://ispu.menlhk.go.id hanya berada pada kategori sedang, yaitu berturut-turut menunjukkan angka 87 dan 54.

Ketika Ahmad Safrudin, Ketua Komite Penghapusan Bahan Bakar Bertimbal (KPBB), menyatakan penggunaan bensin bertimbal sudah tidak ada sejak tahun 2006, ia malah menyebut 3 nama polutan baru sebagai tantangan penggantinya, yaitu BBM dengan belerang dan benzena berkadar sangat tinggi serta olefin. Kadar benzena kita masih di atas 5 persen, padahal World Wide Fuel Charter mensyaratkan kadarnya maksimal hanya 1 persen. Pada belerang lebih parah lagi, belerang kita kadarnya masih di atas 1800 ppm, padahal Euro 4 (seperti yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan) hanya memperbolehkannya maksimal 50 ppm. 

Melihat keganjilan-keganjilan di atas, kita jadi mempertanyakan apakah jika pengukuran dan penghitungan dilakukan oleh orang atau pihak lain, kadar polutan yang diperoleh juga akan berbeda dari data Kementerian Lingkungan Hidup. Yang artinya, mungkin saja Surabaya juga masih bermasalah dengan belerang (sulfur), benzena, dan olefin.

Mikroplastik

Mikroplastik

Sumber: https://kimia.uin-malang.ac.id/mengenal-mikro-plastik/


Tak berhenti sampai di situ, hasil penelitian dari Ecoton pada Juli hingga September 2021 membuktikan bahwa udara Surabaya juga tercemar dengan mikroplastik, dengan kandungan rata-rata sebesar 13,86 partikel per 2 jam.

 

Menuju Transisi Energi di Surabaya

 Pada tulisan kali ini saya hanya memfokuskan pada pencemaran udara akibat kendaraan bermotor, mengingat menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sektor transportasi merupakan penyebab utama buruknya kualitas udara di kota-kota besar di Indonesia saat ini, disusul oleh sektor industri. Apalagi, di Surabaya juga tidak ada PLTU sehingga tidak bermasalah dengan PLTU seperti kota-kota besar lainnya.


Macam-macam polutan kendaraan

Macam-macam polutan kendaraan

Sumber: Koran-Jakarta


Polutan dari bersumber dari kendaraan bermotor banyak jenisnya, misalnya CO, NO2, SO2, HC, Pb, benzena, serta partikel debu yang terdiri dari PM-10 dan PM-2,5. 

Jika ingin meminimalisir polusi asap kendaraan yang ada di Surabaya, terdapat berbagai cara yang bisa dilakukan, misalnya sebagai berikut:

 

Menggunakan cara yang sudah terbukti efektif

Dampak pencemaran timbal

Dampak pencemaran timbal

Sumber: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2463932/ecological-genocide-saat-harapan-anak-anak-cinangka-dibunuh-racun-timbal#top


Untuk mengatasi polusi timbal (Pb), Surabaya tinggal mengikuti anjuran pemerintah untuk menghapuskan penggunaan bensin bertimbal. Apalagi, menurut Muhayatun, Peneliti Senior BATAN, sudah ada contoh nyatanya yaitu di Kota Bandung. Rata-rata konsentrasi timbal di Kota Bandung telah menurun drastis setelah menerapkan program ini.

Cara lain adalah dengan membeli alat pembersih tanpa filter pertama di dunia (Praan) karya Angad Daryani asal Mumbai, yang harganya sekitar 25,6 juta (harga di India). Alat ini mampu menyaring 300 kubik udara per menit dan menyimpan 11.540 sentimeter kubik polutan. Dalam penggunaannya, ruang pengumpulan perlu dikosongkan setiap dua hingga enam bulan, tergantung seberapa tercemar udara luar. Selain itu, Daryani dan timnya bisa memanfaatkan karbon yang ditangkap dan dijual ke perusahaan di India untuk membuat ubin lantai dekoratif buatan tangan. Alat ini dibuat oleh Daryani untuk mengatasi polusi PM-2,5 di New Delhi, India yang pada 2020 hingga 2021 kadarnya 14 kali batas aman yang ditetapkan oleh WHO. Jadi, sepertinya cocok untuk Surabaya yang juga bermasalah dengan tingginya kadar PM-2,5, setidaknya sebagai solusi pendukung atau solusi sementara sampai kondisi nol emisi atau emisi terendah telah tercapai.

 

Menghentikan cara-cara yang tidak efektif

·      Menghentikan uji emisi kendaraan bermotor

Ahmad Safrudin, Ketua Komite Penghapusan Bahan Bakar Bertimbal (KPBB), mengatakan uji emisi dan perawatan mesin berkala akan sia-sia jika kita masih menggunakan bahan bakar “kotor”. 

Selain itu, pendapat tentang kurang efektifnya uji emisi di Surabaya juga didasari oleh pernyataan Budi Setiawan, dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya, bahwa uji emisi di Surabaya hanya dilakukan secara acak dan di titik-titik tertentu.

Di masyarakat, jenis bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan bermotor adalah Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, dan Shell v Power. Di antara semuanya, yang paling disarankan adalah Pertamax Turbo karena Pertalite dan Pertamax masih mengandung sulfur 0,05% m/m (setara 500 ppm) (belum memenuhi standar Euro 4), sedangkan Pertamax Turbo hanya mengandung sulfur setara 50 ppm (sudah memenuhi standar Euro 4).

Pertamax Turbo juga merupakan jenis bensin ideal saat ini menurut Ahmad, sedangkan untuk jenis solar yang ideal ia merekomendasikan Pertadex High Quality.

Jika kita menggunakan bahan bakar fosil pasti ada emisinya, sedangkan jika kita masih menggunakan BBM “kotor” hasil uji emisinya kemungkinan besar masih akan sangat buruk/tidak sesuai harapan. Jadi, cara ini masih kurang maksimal jika diterapkan.

 

·      Menghentikan subsidi BBM “kotor” dan mengalihkannya ke subsidi BBM yang lebih “bersih”

Pertamax Turbo dan Euro 4

Pertamax Turbo memenuhi Euro 4
Sumber: https://indonesiabaik.id/infografis/standar-emisi-euro-4-untungkan-indonesia


Subsidi BBM dari pemerintah juga tergolong upaya penanganan polusi yang tidak efektif karena yang disubsidi berupa BBM “kotor”, padahal seharusnya yang disubsidi adalah Pertamax Turbo dan Pertadex High Quality sebagai BBM terbersih. Lucunya, pada saat kita sendiri sangat membutuhkan keduanya dan harganya selangit di Indonesia, BBM tersebut malah diekspor dengan harga sangat murah ke Malaysia. Pertamax Turbo hanya dijual seharga 7200 ringgit per liter, sedangkan Pertadex High Quality hanya dihargai sebesar 4300 ringgit per liter. Permainan harga seperti ini butuh ditertibkan karena sebenarnya harga kedua jenis BBM berkualitas tinggi tersebut tidak semahal itu dan masih terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Harga yang terlalu mahal tadi timbul karena permainan harga dari para penyedia BBM dan harga tersebut juga masih bisa ditekan lebih jauh jika mendapat alihan subsidi dari pemerintah. Itu artinya, jika kita benar-benar ingin menurunkan tingkat emisi, kita perlu betul-betul memperhatikan kualitas BBM-nya.

 

BBM berbasis tanaman (dari energi terbarukan) juga sering disebut-sebut sebagai cara untuk mengurangi polusi udara. Akan tetapi, hal tersebut terlalu berisiko karena adanya risiko persaingan lahan antara pembudidayaan tanaman penghasil bahan bakar dengan pembudidayaan tanaman pangan sehingga menurut saya penerapannya akan kurang efektif.

 

Mengoptimalkan cara-cara yang sudah ada

Masalah kemacetan dan volume kendaraan yang melintasi suatu jalan juga sering dikaitkan dengan masalah tingginya polusi udara dari kendaraan bermotor. Untuk itu, pemerintah Surabaya berusaha mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, dengan cara mengeluarkan angkutan umum baru, di antaranya adalah Suroboyo Bus, Feeder WiraWiri, dan Trans Semanggi Suroboyo.

Namun, masih banyak keluhan masyarakat terkait penerapannya, misalnya karena tidak semua daerah dilintasi olehnya, ketepatan waktu datang, masa tunggu yang lama, atau lainnya.

Ketika saya mencoba aplikasi GOBIS Suroboyo Bus, saya menemukan bahwa aplikasi tersebut masih memerlukan banyak perbaikan. Selain karena keterbacaannya susah dan kurang detail, kita membutuhkan aplikasi yang bisa mengintegrasikan antara kenyamanan penumpang dengan solusi kemacetan, solusi polusi udara, dan solusi bagi pekerja angkutan itu sendiri, suatu solusi yang bagi saya sejalan dengan keluhan Nanda Pratama dari Organda Surabaya atas masalah angkutan umum di Surabaya.

Penerapan angkutan umum baru di Surabaya harus diatur dengan cermat. Kita harus ingat momen pergantian masa antar angkutan umum yang satu dengan angkutan umum yang lain. Mengapa angkutan umum yang satu sepi/tumbang atau digantikan dengan angkutan umum yang lain, mengapa rute yang tadinya ramai menjadi sepi, mengapa angkutan umum kalah bersaing dengan ojek online, dan lain-lain. Jangan sampai perubahannya tidak signifikan dan terkesan hanya berganti nama.

Untuk mengatasinya, saya menawarkan suatu konsep modifikasi dari aplikasi yang sudah ada (GOBIS Suroboyo Bus).

Kita bisa membuat suatu web atau aplikasi yang memuat:

·                Rekomendasi kendaraan dan rute beserta tarifnya (hanya untuk kendaraan terbaik per kategori).

Kategorinya yaitu:

v Rute terpendek ke tujuan kita,

v Kendaraan terdekat dengan kita (jenis angkutan umum dan kodenya),

v Rute teraman dari polusi,

v Rute termurah,

v Rute dengan dugaan terlancar dari kemacetan atau masalah lain,

v Rekomendasi hasil terbaik dari seluruh parameter yang ada (kesimpulan),

 

·                Info jika ada penundaan, keterlambatan, masalah di jalan (misal kecelakaan, banjir, dll), pengalihan ke kendaraan dan rute lain, atau masalah lainnya,

·                Integrasi dengan data kemacetan lalu lintas/traffic light (bagi yang langsung pergi saat itu juga/data real time),

·                Integrasi dengan data polusi udara (bagi yang langsung pergi saat itu juga/data real time),

·                Integrasi dengan WA /detail info dikirim ke WA kita (opsional jika kita punya WA dan mau),

·                Bisa membeli dan membayar tiket secara langsung (melalui pemesanan online), membayar tunai, dan berbagai metode lainnya, tidak hanya dengan penukaran sampah plastik di tempat-tempat tertentu.

·                Ada kontak kritik dan saran dan kontak customer service real time,

·                Memiliki opsi “berlangganan” dan pembatalan,

·                Bisa memilih kursi dan mengubah rencana perjalanan,

·                Terintegrasi dengan prakiraan cuaca untuk lokasi jemput (pada waktu keberangkatan kita) dan lokasi tujuan (pada waktu kita sampai di lokasi tujuan),

·                Bisa menyimpan tujuan favorit (dan mengubah/menghapusnya jika diinginkan), dan

·                Memuat kotak pencarian yang memunculkan halte terdekat dan alamat serta cara mencapai halte tersebut, transisi menuju lokasi/kendaraan berikutnya, dan setiap langkah menuju tujuan akhir (serupa dengan yang terdapat pada aplikasi Trans Jatim).


trans jatim

Contoh format pada Trans Jatim

 

Sebagai tambahan, bentuk peta dengan banyak titik (halte/bus) seperti yang ada pada GOBIS Suroboyo Bus sangat sulit dilihat jelas, lebih baik diubah ke bentuk tabel atau deskripsi, sedangkan jika ingin menampilkan peta petanya jangan peta keseluruhan (full), peta perbesaran (zoom) saja yang terdekat dengan lokasi kita. Begitupun jika ingin menampilkan gambar kendaraan pada peta, lebih baik ditunjukkan jumlah kursi yang tersedia saja pada bubble-nya, dan bukan kode kendaraannya. Kendaraannya juga dipilih yang terbaik sesuai kategori di atas saja.

 

Ini adalah konsep saya untuk memperbaiki aplikasi angkutan umum yang sudah ada di Surabaya (semua angkutan umum termasuk bus dan mikrolet masuk dalam satu aplikasi dan web). Harapannya isinya bisa detail tapi ukurannya sekecil mungkin. Selain itu, aplikasi dan web tadi harus bisa diakses oleh tipe HP yang dimiliki oleh mayoritas warga Surabaya karena jika berbicara masalah digital ada orang yang belum terlalu melek teknologi, ada pula yang hanya punya HP dengan memori kecil atau tipe android versi jadul, dan semacamnya.

Saya berasumsi bahwa baik masyarakat maupun sopirnya itu ingin cepat sampai, tidak suka kena macet, tidak ingin kena polusi, ingin tiba dengan aman (tanpa hujan atau banjir), serta ingin andil di dalam perbaikan lingkungan ataupun kehidupan, meskipun dengan melakukan sesuatu yang sangat kecil (misalnya dengan pemilihan rute ini). Saya yakin masih banyak orang yang akan peduli. Untuk itu, kita perlu melakukan uji coba dulu dengan memberi mereka pilihan-pilihan di atas. Namun, aplikasi ini tentu tidak bisa berdiri sendiri. Penyempurnaan akan hal-hal lain (faktor pendukung lain) masih diperlukan, baik sambil jalan ataupun setelah memantau hasilnya.

 

 Sumber:

Ichsanudin, Ghozali. 2023. Analisa Faktor Emisi Gas Buang pada Motor 4 Langkah 150 cc Menggunakan Gasboard 5020. Semarang: Universitas Diponegoro.

Https://m.jpnn.com/news/polusi-udara-3-kota-dengan-kadar-timbal-tertinggi-oh-surabaya?page=2

Https://ispu.menlhk.go.id/webv4/#/peta/SURABAYA/-7.258999824523926/112.6780014038086

Https://www.surabaya.go.id/id/berita/75794/pemkot-surabaya-rutin-pantau-kualitas-udara-dengan-5-parameter

Https://www.iqair.com/id/indonesia/east-java/surabaya

Https://m.youtube.com/watch?v=PnrG6fcRENo

Https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220419170725-199-786755/udara-di-5-wilayah-jawa-timur-tercemar-mikroplastik-penyebab-kanker

Https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-58558810

Https://m.antaranews.com/berita/798063/jenis-jenis-polutan-kendaraan-dan-bahayanya-bagi-kesehatan






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.