12 Februari 2022

Review Buku "Love & Respect"

"Love & Respect," the love she most desires, the respect desperately needs. 

Penulis: Dr. Emerson Eggerichs


Pertama baca buku "Love & Respect" itu aslinya aku mau skimming dulu karena bagiku judulnya nggak menarik. Aku nggak tau penulis mau ngomong apa. Ya memang sih masalah perbedaan kebutuhan pria/suami dan wanita/istri itu beberapa kali disinggung oleh ahli lain, tapi kan aku nggak tahu buku setebal ini isinya itu apa aja.


Aku pribadi sebenarnya merasa aneh dan nggak setuju dengan orang yang mengkotak-kotakkan antara kebutuhan pria adalah ini dan kebutuhan wanita adalah itu. Bagiku, yang ada adalah kebutuhan dasar manusia. Di mana-mana beberapa ahli mengatakan kebutuhan utama pria adalah rasa hormat sedangkan kebutuhan wanita adalah cinta/dihargai. Coba kamu nggak menghormati wanita atau nggak mencintai pria, apa ya tetep akan fine-fine aja hubungannya? Aku pribadi lebih menganggap itu adalah label-label dan label-label seperti ini nggak perlu/sebaiknya dihilangkan dan mari kita fokus pada kebutuhan dasar manusia.


Aku mau kasih contoh praktis ya. Aku masih cewek nih ya, yang menurut sebagian ahli hanya butuh dihargai. Suatu hari ada bapak-bapak asing yang nyariin jodoh buat anaknya. Dia kontak aku pagi-pagi banget. Buatku itu adalah nggak punya manner, nggak punya sopan santun. Sedekat apa kamu sama aku sampai kamu merasa punya jalur khusus untuk hubungi aku di waktu yang nggak normal untuk orang yang baru pertama kali kontak. Di situ aku merasa dia tidak menghormati aku. Nggak selesai sampai di situ, isinya pun maksa-maksa minta cepet dibalas. Pertama, aku itu gak suka orang asing kontak di jam-jam gak normal; ke dua, siape elu, ngatur-ngatur gue. Gue benci banget orang diktator/controlling/otoriter; ke tiga, aku ga suka berhubungan dengan ortunya, aku butuh berhubungan dengan calonku langsung; ke empat, aku itu masih sibuk; ke lima, aku makin ga suka ketika kucuekin dia langsung marah-marah gak jelas. Di situ aku merasa dia disrespect aku. Ganteng sih anaknya sebenarnya, tapi ortunya toksik banget kayak gitu aku mah ogah. Aku males ribut, gak kesuwen tak blokir langsung. Draining otomatis. Merusak pagiku aja.


Tapi aku nggak tahu pasti definisi menghormati dan menghargai versi cowok itu apa. Sama atau beda denganku.


Kembali ke buku "Love & Respect," buku ini unik. Entah ini memang murni tulisan dan ide dia atau ada ikut campur cewek di dalamnya, misal istrinya atau mungkin editornya cewek atau proofreader-nya cewek atau gimana. Ini biasanya gaya bahasa cewek dan cara cewek bersikap. Atau mungkin kamu pernah dengar tentang cowok T+ (alpha male), Tx, dan T-, mungkin penulis termasuk Tx atau T- jadi lumayan memahami cewek. Jadi, sebagai ahli relationship, sepertinya dia berhasil. 


Biasanya nih ya, cowok itu kalau ngomong tentang cewek dan cowok, dia masih unfair atau bolo cowok banget. Tapi di buku ini, baik komposisi, cara bicara, cara melihat kesalahan cewek maupun cowok, atau lainnya dia berusaha netral. Aku respek dan salut soal ini. Lumayan lah ya ada usaha untuk adil dan memahami.


Secara isi, ini banyak kisahnya, termasuk pengalaman pribadi penulis. Dia memberikan berbagai contoh real dari miskomunikasi, yang menurut versi penulis, terjadi karena perbedaan gender (bukan perbedaan misal pengasuhan, gaya hidup, atau lainnya).


Di antara berbagai banyak buku/video/apapun (terutama yang ditulis cowok) yang biasanya cuma nyalah-nyalahin cewek atau nyuruh cewek berubah, sedangkan buku/ajaran relationship untuk cowok yang biasanya hanya seputar s*langkangan, buku ini termasuk bagus lho. Apalagi, penulisnya cowok ya, dia beberapa langkah di depan cowok-cowok yang lain. Patut diapresiasi.


Tapi, ini ternyata buku Kr*sten ya, ada beberapa ayat Kr*stennya. Aku sih kalo baca ku-skip aja ayatnya.


Memang lebih pas buat orang Kr*sten sih, tapi yang non Kr*sten juga bisa dengan men-skip ayat-ayatnya kayak aku. Ayatnya nggak dominan kok, beberapa aja. 


Terakhir, meskipun menurutku buku "Love & Respect" ini lumayan bagus, tapi isinya juga mengandung potensi bahaya, yaitu ketika penulis menganggap abuse itu terjadi karena perbedaan gender (miskomunikasi, tidak memahami, atau semacamnya). 

Ini fatal banget.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.