Zaman dulu wanita itu dianggap tidak berharga. Anak-anak wanita dibunuh, wanita-wanita dijadikan budak, dll. Lalu Islam hadir untuk mengangkat harkat dan martabat kaum wanita, membuatnya diperlakukan layak.
Akan tetapi, makin ke sini makin banyak penyelewengan yang terjadi, yang dilakukan oleh individu-individunya tetapi mencoreng Islam atau membawa-bawa nama Islam.
Ada wanita yang tak bisa punya anak
Ada wanita yang lambat punya anak
Ada wanita yang anaknya cuma sedikit
Ada wanita yang anaknya cuma 1 cepat mati pula
Ada wanita yang punya beberapa anak tetapi mati semua kecuali 1
Dll. Nasibnya beda2 terkait anak.
Kisah wanita sebagai pembawa rahim dan terkadang janin juga begitu beraneka rupa.
Mulai dari masalah virginitas, kaum kamilah yang lebih disorot karena konon lebih terlihat dan karena kesakralan/kesucian itu seperti hanya aturan untuk kaum kami.
Lalu tentang kemandulan atau kesuburan, lagi-lagi kami yang disorot duluan dan mungkin juga satu-satunya yang disorot.
Lihat betapa banyaknya bapak-bapak yang enggan periksa kalau ada masalah k*lamin atau reproduksi. Seolah hanya dirinya yang malu dan ibu-ibu tidak. Seolah pasti penyebab penyakit atau kemandulannya ada pada istrinya.
Sampai pada masalah pemilihan jodoh dan masalah ranjang pun lagi-lagi wanita/istri yang diubek-ubek.
Sampai-sampai ada ceramah ustaz yang bilang dengan kasarnya (baik secara intonasi maupun isi), "Istri itu harus seperti p*lacur (saat melayani suaminya)".
Segitunya dia ngarep/berfantasi tentang wanita sampai nyama-nyamain istri dengan p*lacur.
Aku marah. Dia tak pantas jadi ustaz jika bermulut seperti itu.
Siapa yang peduli tentang kenikmatan/kepuasan istri? Semua yang dibesar-besarkan adalah tentang suami.
Yang kalo suami pengen istri harus mau.
Yang kalo habis marahan berdamainya dengan cara ML dengan suami
Dll yang isinya cuma perintah. Dan suami lagi suami lagi.
Kalau kamu ngikuti status or artikel-artikelku aku mungkin terlihat menentang Islam. Padahal, aku menentang ajaran ustaz/ustazahnya.
Hanya jika orang mempersepsikan ustaz/ustazah = Islam, pasti melihatku seperti menentang Islam.
Suatu hari aku nyetatus tentang ketidakadilan urusan ranjang itu dan beberapa suami orang mengolok-olok.
Heran deh, betapa banyak orang yang nggak paham dengan hal mudah semacam itu? Or sengaja nggak mau tau?
Bagiku ya, ibadah itu bukan berarti nggak bisa dinikmati atau nggak boleh dapat bagian dunia juga. Seperti s*ks misalnya, itu masalah yang sakral. Harusnya bisa sama-sama puas, sama-sama pengen karena nyenengin, enak, or apa pun istilahmu. Bukan sekadar kewajiban, beban, sedang jadwalnya, dll yang intinya males-malesin dan bikin kepaksa banget.
Masalah kepuasan or cocok-cocokan s*ksual ini bahkan sering dijadikan alasan bagi orang-orang bule untuk icip-icip sebelum menikah.
Siapa yang menang? Tentu yang sudah expert toh. Yang jam terbangnya tinggi.
Seorang cewek bule bahkan pernah sangat desperate-nya dalam mencari jodoh sampai-sampai nyasar ke guru yang amburadul, yang mengajarkan menggaet cowok dengan s*ks dan berbagai kiat s*ks yang jos gandoz.
Kesolehan mana kesolehan. Suatu kata religius yang sering dijadikan jualannya para pencari jodoh. Padahal, yang diubek-ubek sekitar penampilan, kehamilan, dan selangkangan. Dan seolah-olah semua cowok itu pasti subur dan pasti jago s*ksnya, juga pasti lebih tinggi libidonya dari cewek.
Suatu hari aku membaca ada kriteria cowok yang unik, mencari yang haidnya lancar.
Trus aku lihat apanya dong? Yang mimpi basahnya lancar dan teratur gitu?
Hahaha ya ampun.
Nasib cewek ya, kalau dianggap kurang hot, kalau sakit/nggak bisa melayani, kalau nggak bisa punya anak suaminya mikirnya poligami. Sementara jika sebaliknya suami yang gitu istrinya dituntut setia.
Buanyak banget cowok keweden (ketakutan) ditinggal istrinya kalo dirinya sedang susah/di bawah, tapi kalo fine-fine aja kenapa kok jadi belagu gitu. Nyari-nyari masalah.
Oke oke udah deh basa-basinya.
Aku mo cerita betapa mirisnya kaum wanita yang hanya dinilai sebatas s*ks dan peranakan/rahim. Aisyah saja tidak punya anak dan siapa yang meragukan beliau sebagai salah satu wanita terbaik.
Kalau kamu wanita dan sudah berusia kepala 3 atau 4 bersiaplah untuk semakin dilecehkan termasuk terkait masalah anak ini. Emang masih bisa punya anak?
Tekanan untuk punya anak pada wanita ini kemudian menyebabkan beberapa hal berikut terjadi:
1. Agar punya anak, ada wanita yang berhubungan s*ks sebanyak-banyaknya
Ada seperti ini di luar negeri. Saat masih bisa punya anak mereka punya anak dulu, walaupun belum ketemu jodohnya/belum nikah, kuatir besok-besok nggak bisa punya anak kalau menikahnya terlambat. Yang penting punya anak dulu.
2. Dites oleh pria bisa punya anak apa nggak (dibuat modus/percobaan icip-icip)
3. Menikah sembarangan, yang penting nikah,
4. Penghinaan/abuse terhadap wanita yang belum nikah setelah mencapai usia tertentu,
5. Dianggap hanya layak untuk duda atau dipoligami atau mbah2.
6. Sebagian wanita barat/bule menyimpan sel telurnya di bank sperma dan sel telur agar jika suatu saat ketemu jodoh mereka masih bisa punya anak.
Kesolehan mana kesolehan. Saat pria-pria yang ngomongin agama dengan mulut "berbusa-busa" kutanya "Kamu punya kriteria umur dan lokasi tidak?" (Yang jelas2 aku tau nggak ada kriteria gitu di profilnya) kebanyakan mundur walau tidak tau aku soleh atau tidak, cantik atau tidak, dll.
Yah intinya hidupmu akan penuh drama kalo nikah sama cowok yang nyari s*ks atau anak doang. Nggak mikirin kamu.
Ntar dituntut punya anak seolah dia doang yang pengen anak/menanti kehadiran Si Buah Hati.
Ntar kita doang yang diubek2 dengan proses or terapi ini itu biar punya anak, biar servisnya hebat, dll.
Ntar kita akan dituntut punya anak dengan jenis kelamin tertentu atau jumlah tertentu. Dll.
Ups, aku jadi ingat pernah punya kenalan cowok yang kurang ajar banget. Baru pada chat pertama itu udah bilang gini "Aku pengen punya anak 11 laki semua. Nanti aku mo bikin kesebelasan."
Aku nyengir. "Busyet dah, manak'o dewe."
Emang kita bisa nentuin/mastiin anak kita berapa, jenis kelaminnya apa, dll? Emang kita Tuhan?
Semua ditentuin sendiri lho. Nggak mikir pasangannya. Eits, enak aja pasangan, baru juga ngobrol sekali itu kok. Ogah gua punya pasangan kek gitu.
Wis talah pokok'e pinter2 ae milih bojo. Jangan sampai kita dianggap sebagai pemuas nafsu (ngecas doang) or peternakan.
NB: Siapa yg suka jualan kata2 "pacaran sesudah nikah?" Pacaran tuh enak sama2 bukan lu doang. Buktiin dong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.