Di saat persaingan antara manusia dan robot/mesin semakin ketat, bukannya manusia menjadi semakin manusiawi tetapi malah menjadi semakin kayak robot. Sisi manusiawinya malah berkurang.
Aneh.
Mereka semakin tergesa-gesa, semakin jauh dari kehidupan nyata, dan semakin kurang feel and touch-nya.
Segalanya hanya tentang target, jadwal, kecepatan, dan lain-lain. Semakin lama semakin jarang bertemu muka, semakin "face to face" itu tidak berharga.
Sekarang ya sama tetangga dekat aja suka telponan/wa-an, sementara sama tetangga jauh suka nitip-nitip doang sama tetangga yang lebih dekat dengan tetangga tujuan (dari kiriman tersebut).
Kalo beli-beli itu bukan dia yang dia yang keluar dari rumahnya tapi penjual kelilingnya yang "mempersembahkan" barang dagangannya ke depan pagar pemilik rumah tersebut.
Lalu loper-loper yang lempar-lempar koran sembarangan. (Eits ga usa protes ya, cz ada loper yang sopan dan ga ngelempar lho. Yang lempar2 itu emang attitude-nya jelek).
Pas dulu aku jual pulsa juga gitu, bayar doang trus ngilang, belum juga kukasih kembalian, maunya disuruh nganter gitu ke rumahnya.
Trus tetangga lain juga kalo jualan/ngasih barang itu suka nggantungin di pager, bahkan walo keliatan aku sebagai yang punya rumah.
Kayak susah banget gitu ketemu muka sama muka.
Ada juga kurir2 ekspedisi zaman sekarang yang main lempar atau taruh aja barangnya trus nge-wa yang punya rumah.
Aku sering nemuin di e-commerce itu pembeli tukaran sama penjualnya cz pembeli ngaku gak nerima sementara penjual ngaku sudah ngirim dan ada bukti terimanya. Paling ya gara2 kurir gini ini.
Uda sekarang pembeli ga dapat bukti terima barang, ga ketemu kurirnya pula, kilat gitu ngilangnya.
Pada saat aku ngelesi privat, aku bahkan invisible lho, jarang wali murid yang ada atau ngajak ngobrol perkembangan anaknya gitu. Bahkan, waktu aku jadi guru sekolah, wali murid-wali murid itu nggak akan/enggan ngambil rapor anaknya kalo nggak ada panggung, alias dia cekrek2 anaknya yang sedang tampil.
Banyak hal telah berubah. Orang-orang sudah jarang ketemu, kalopun ketemu bukan tentang rindu, tetapi tentang "kepentingan" antara aku dan kamu.
Ketemu pun akan tetap tergesa-gesa.
Ketemu pun tidak ramah.
Ketemu pun terpaksa/formalitas saja.
Ketemu pun pandangan masih terpaku pada HP masing-masing.
Sungguh aneh.
Kalau manusia benar-benar takut tersaingi oleh robot/mesin, seharusnya manusia menjadi semakin manusiawi, bukan sebaliknya, menjadi semakin mirip robot.
Tentu saja yang ori akan selalu menang.
Kalo ke-ori-anmu berkurang atau bahkan hilang, siap2 aja kalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.