21 Oktober 2020

Waspadai Saran Seperti Ini Saat Kamu Mencoba Kosmetik atau Obat-Obatan

Saya menemukan hal ini berulang kali. Banyak orang sudah menjadi korban. Saya sendiri pun pernah mengalaminya. Namun, karena pada dasarnya saya pemikir, hal itu menyisakan rasa skeptis di hati. Bahkan, saya cenderung menolak, meskipun "saran" itu dijejalkan dengan pemaksaan, hinaan, dan terkadang menyangkut pautkan dengan agama. Kalau sudah menyangkut agama maka jatuhnya nggak akan jauh-jauh dari "Kamu dosa, kamu buruk, kamu salah, kamu menyimpang dari agama", dan semacamnya, termasuk "Kamu bodoh" tentunya, karena disampaikan dengan tawa mengejek dan body language serta tone yang mendukung ke sana.


Jadi gini, jika kita sudah berhubungan dengan obat-obatan dan produk kecantikan kita akan sering menemukan orang (terutama penjual or salesnya dong) bilang "Gak pa pa Mbak/Mas, reaksi awalnya memang gitu, diteruskan aja nanti lama-lama kan (kelihatan hasilnya, misalnya wajah jadi glowing)". Padahal, yang punya muka udah gatel-gatel, udah jerawatan di mana-mana, udah tubuh gak enak banget habis minum obatnya, dan lain-lain tapi disuruh nerusin. Mo nunggu ancur banget apa baru berhenti? Nunggu mati dulu?


Trus ada juga namanya invalidasi. Kita itu gak cocok dengan produknya tapi salesnya itu bilang "Ah, nggak mungkin, orang lain semua cocok kok." Seolah kita atau wajah dan badan kita itu bohong. Tentu saja untuk menyelamatkan mukanya dari rasa malu. Ya namanya kondisi orang beda-beda ya, nggak bisa disama-samain. Apalagi misal kasusnya alergi obat gitu dipaksa terus diminum, waduh dah nggak tau deh errornya kayak apa itu yang minum jadinya.


Saya masih sering menemukan ini di marketplace atau komen-komen di review produk gitu banyak orang meyakininya/ketipu.


Jangan ya. Sayangi dirimu. Percayai efek yang dirasakan oleh wajah dan tubuhmu. Percayai sinyal-sinyal tubuhmu sendiri. Percayai dirimu. Jangan sampai udah nggak cocok tapi kamu malah nambah, beli lagi kosmetik atau obatnya. Itu sangat berisiko dan kamu yang akan nanggung sendiri akibatnya. Yang ngomong mah biasanya tinggal ngeles aja. 


Lain kali kamu ketemu kayak gitu lagi, ingat-ingat tulisan saya ini. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.